Terjemahan yang Kurang Berterima
1.2.2. Terjemahan yang Kurang Berterima
Terjemahan yang dikategorikan sebagai terjemahan yang kurang berterima adalah terjemahan yang pada umumnya sudah terasa alamiah; namun ada sedikit masalah pada penggunaan istilah-istilah umum atau terjadi sedikit kesalahan gramatikal. Yang termasuk kategori kurang berterima disini adalah terjemahan yang tingkat keberterimaannya berada pada kisaran 1,51-2,00. Dari total 178 data yang ada, sebanyak 76 data atau sekitar 47,19% terjemahannya kurang berterima di kaidah dan budaya bahasa sasaran. Berikut data-data yang terjemahannya kurang berterima antara lain:
Contoh terjemahan yang kurang berterima: BSu: Becks has tattoos of Victoria, Brooklyn and Romeo’s names, as well as the
phrase spiritual purity. BSa: Becks memiliki tattoo nama Victoria, Brooklyn, dan Romeo juga fase
kemurnian spiritual. (Data no 102)
Pada teks terjemahan diatas, ketiga rater memberikan nilai mutlak 2 untuk tingkat keberterimaannya. Hal ini mengindikasikan bahwa terjemahan tersebut masuk kategori terjemahan yang kurang berterima. Pada data no 102 diatas, penerjemah menggunakan tiga teknik yaitu transposisi, peminjaman murni, dan Kalke. Teknik yang membuat teks terjemahan ini kurang berterima adalah teknik peminjaman murni. Teknik ini dilakukan dengan meminjam istilah bahasa asing tanpa adanya penyesuaian atau perubahan. Terjemahan teks diatas yang menggunakan teknik peminjamam murni kurang alamiah dan berterima karena dua hal. Pertama, penggunaan istilah tattoo sebagai padanan tattoo dalam bahasa sasaran yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa sasaran. Tattoo merupakan istilah asing yang dalam bahasa Indonesia sudah mengalami proses naturalisasi atau
kata tattoo akan lebih berterima dalam bahasa sasarannya jika diterjemahkan menjadi tato bukan tattoo. Kedua, penggunaan kata fase untuk padanan phrase dalam bahasa sasaran membuat terjemahan ini kurang berterima karena penggunaan istilah yang salah. Padanan dari phrase adalah frase bukan fase; sedangkan fase merupakan padanan dari phase bukan phrase. Agar terjemahan menjadi berterima, istilah phrase harus diterjemahkan dengan padanannya yaitu frase bukan fase. Berdasarkan dua kesalahan utama yang telah teridentifikasi, maka teks tersebut akan berterima jika diterjemahkan menjadi: Becks memiliki tato nama Victoria, Brooklyn, dan Romeo juga frase kemurnian spiritual.
Contoh lain terjemahan yang kurang berterima terdapat pada data no 10 sebagai berikut:
BSu: Born May 2, 1975, in Leytonstone, London, football’s smiling assassin
brought many goalkeeper to his knees, even at the age of 11 when he won the Bobby Charlton Soccer Skills Award .
BSa: Lahir 2 Mei 1975 di Leytonstone, London, pemain sepakbola ini membuat
para kipper bertekuk lutut, bahkan saat dia berusia 11 tahun saat dia memenangi piala Bobby Charlton Soccer Skills.
(Data no 10)
Pada teks terjemahan diatas, ketiga rater memberikan nilai mutlak 2 untuk tingkat keberterimaannya. Hal ini mengindikasikan bahwa terjemahan tersebut masuk kategori terjemahan yang kurang berterima. Pada data no 10 diatas, penerjemah menggunakan lima teknik yang berbeda dalam
generalisasi, amplifikasi, dan peminjaman alamiah. Teknik yang membuat teks terjemahan diatas kurang berterima karena dua alasan. Pertama, penggunaan teknik peminjaman alamiah dengan memilih kata kipper sebagai padanan keeper. Teknik peminjaman alamiah merupakan teknik yang dilakukan dengan meminjam istilah dari bahasa asing atau bahasa sumber dengan sedikit penyesuaian yang diselaraskan dengan bahasa sasarannya. Pada teks terjemahan diatas, terjadi kesalahan gramatikal yaitu kesalahan penulisan ejaan kata kiper yang merupakan hasil naturalisasi atau peminjaman alamiah dari kata keeper. Kata kiper menurut ejaan yang disempurnakan hanya menggunakan satu huruf p, sedangkan pada teks terjemahan dalam bahasa sasarannya ditulis menggunakan dua huruf p. Kedua, pengulangan atau redundansi kata saat dan dia. Pada teks terjemahan diatas, kata saat dan dia diulang hingga dua kali. Hal ini membuat kalimat yang dihasikan menjadi tidak efektif secara gramatikal dalam bahasa sasaran. Kalimat tersebut akan lebih efektif jika kata dia yang kedua dihilangkan dan kata saat yang kedua diganti dengan kata ketika. Agar terjemahan menjadi berterima, teks tersebut sebaiknya diterjemahkan menjadi:
Lahir 2 Mei 1975 di Leytonstone, London, pemain sepakbola ini membuat para kiper bertekuk lutut, bahkan saat dia berusia 11 tahun ketika memenangi piala Bobby Charlton Soccer Skills.
Terjemahan yang dikategorikan sebagai terjemahan yang tidak berterima adalah terjemahan yang tidak alamiah atau terasa seperti karya terjemahan; istilah- istilah umum yang digunakan tidak lazim digunakan dan tidak akrab bagi pembaca; frasa, klausa dan kalimat yang digunakan tidak sesuai dengan kaidah- kaidah bahasa Indonesia. Yang termasuk kategori tidak berterima disini adalah terjemahan yang tingkat keberterimaannya berada pada kisaran 1-1,50. Dari total 178 data yang ada, hanya ada 2 data atau sekitar 1,12% yang tidak akurat. Data yang terjemahannya tidak berterima tersebut terdapat pada data no 16 dan 24.
Contoh terjemahan yang tidak berterima:
BSu: He was a rough diamond with a cheeky grin, raw talent and wide-eyed
innocence. BSa: Berlian belum diasah yang suka menyeringai, berbakat alam dan mata besar
tanpa dosa. (data no 16)
Pada teks terjemahan diatas, ketiga rater secara mutlak memberilan nilai
1 untuk tingkat kerterimaannnya. Hal ini merupakan indikasi bahwa terjemahan di atas dikategorikan sebagai terjemahan yang tidak berterima. Pada data no 16 di atas, penerjemah menggunakan tiga teknik antara lain: reduksi, transposisi dan Amplifikasi. Teknik yang menyebabkan terjemahan menjadi tidak berterima adalah penggunaan teknik kalke untuk menerjemahkan rough diamond menjadi berlian belum diasah. Kalke merupakan teknik penerjemahan harfiah dari kata
sumber sehingga terjemahan yang dihasilkan pun terkesan kaku dan tampak seperti karya terjemahan. Aspek budaya pun tak tersampaikan, misalnya pada teks diatas frase rough diamond diterjemahkan secara harfiah menjadi berlian belum diasah. Menurut Oxford Advanced Learner’s Dictionary( 1995:1023), rough diamond is a person who lacks good manners, education, etc, but who is considered to have great ability , charm, etc. . Jadi, makna rough diamond disini bukan mengacu pada berlian yang sesungguhnya, melainkan sebuah perumpamaan untuk orang yang kurang memiliki tata karma, pendidikan, dan sebagainya; namun memiliki pesona dan kemampuan yang hebat. Agar lebih berterima maka rough diamond diterjemahkan dengan teknik deskripsi yaitu dengan cara mendeskripsikan pengertian dari rough diamond yang ditulis lengkap berdasarkan pengertian yang tercantum di kamus karena belum ada padanan dalam bentuk yang sama di bahasa sasarannya.
Berikutnya, frase cheeky grin, pada teks bahasa sasaran, cheeky grin dipadankan dengan suka menyeringai. Masih menurut sumber yang sama (Oxford Advanced Learner’s Dictionary), kata cheeky merupakan kata sifat yang berarti
suatu sikap yang menunjukkan rasa kurang hormat, sedangkan makna grin mengacu pada senyuman lebar, sehingga yang dimaksud cheeky grin adalah sejenis senyuman sinis yang menunjukkan rasa kurang hormat. Jadi, senyuman sinis maknanya sangat jauh berbeda dengan suka menyeringai. fungsi cheeky grin dalam bahasa sumber adalah memperkuat atau mempertegas kesan negatif dari
berpadu dengan baik. Logikanya, berlian adalah benda mati, biasanya pun tidak diasah dan tidak dapat menyeringai. selanjutnya frase raw talent yang dalam teks terjemahan bahasa sasarannnya dipadankan dengan berbakat alam. Padanan tersebut juga kurang tepat karena raw secara harfiah bermakna mentah, sedangkan talent artinya bakat. Jika dilihat dari hasil padanannya, dapat diketahui bahwa kata raw dalam raw talent tidak terjemahkan karena padanannya hanya berbunyi berbakat alam. Bakat adalah sesuatu yang diperoleh dan diwarisi sejak lahir istilahnya didapat dari alam. Jadi agar lebih berterima dengan kaidah bahasa sasaran makan lebih baik frase ini diterjemahkan dengan memiliki bakat yang belum diasah.
Berdasarkan penjelasan diatas mengenai tingkat keberterimaaan teks subtitle film Beckham Unwrapped, dapat dilihat bahwa prosentase terjemahan yang berterima lebih besar daripada terjemahan yang kurang berterima. Meskipun selisih prosentase antara keduanya cukup tipis karena prosentase data yang kurang berterima cukup banyak, namun secara keseluruhan terjemahan teks subtitle film Beckham Unwrapped ini masih cenderung berterima. Hal ini diperkuat dengan skor rata-rata keberterimaan berdasarkan penilaian ketiga rater yaitu 2,54. Skor rata-rata tersebut merupakan indikasi bahwa terjemahan teks subtitle film Beckham Unwrapped alamiah dan sesuai dengan kaidah bahasa sasaran. Jadi secara keseluruhan, teks terjemahan subtitle film Beckham Unwrapped ini alamiah dan sesuai dengan kaidah bahasa sasaran.
Teknik, metode, dan ideologi yang digunakan oleh penerjemah dalam subtitle film ini menghasilkan 173 (97,19%) terjemahan dengan tingkat keterbacaan tinggi (mudah dipahami) dan 5 (2,81%) terjemahan dengan tingkat keterbacaan sedang (kurang bisa dipahami).