Tindakan Sosial Definisi Situasi

Kelima, pendamping. Penduduk miskin pada umumnya mempunyai keterbatasan dalam mengembangkan dirinya. Karena itu, diperlukan pendamping untuk membimbing penduduk miskin dalam upaya memperbaiki kesejahteraannya. Pendamping bertugas menyertai proses pembentukan dan penyelenggaraan kelompok masyarakat sebagai fasilitator, komunikator atau dinamisator.

D. Tindakan Sosial Definisi Situasi

Tindakan sosial menurut Weber adalah tindakan individu sepanjang itu mempunyai makna atau arti subjektif bagi dirinya dan diarahkan pada orang lain. Tindakan sosial itu juga dapat berupa tindakan yang nyata-nyata diarahkan pada orang lain, juga dapat berupa tindakan yang menginternal dan bermakna, atau merupakan tindakan perulangan dengan sengaja sebagai akibat dari pengaruh situasi yang menurutnya menguntungkan. †††††††††††††††† Selanjutnya Weber mengusulkan lima hal pokok yang harus dikaji dalam studi tentang tindakan sosial: 1. Tiap tindakan manusia yang menurut pelaku mempunyai makna yang subjektif dan bermanfaat. 2. Tindakan nyata yang bersifat membatin dengan maksud tertentu dari perilaku. 3. Tindakan yang berkaitan dengan pengaruh positif menurut pelaku dengan situasi dan kondisi tertentu. 4. Tindakan tersebut diarahkan kepada orang lain dan bukan pada barang mati. 5. Tindakan itu dilakukan dengan memperhatikan tindakan orang lain dan terarah pada orang lain tersebut. ‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡ Hebert Blumer, selain mengembangkan pemikirannya sendiri, juga mengadopsi dan mengembangkan pemikiran pendahulunya, George Herbert Ibid †††††††††††††††† Ibid ‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡ Ibid, 1980, hal. 85 Mead 1863-1931 sebagai perintis dan peletak dasar teori interaksionisme simbolik. Rangkaian konsep-konsep tersebut adalah sebagai berikut : Pertama, tentang konsep diri . Manusia bukan semata-mata organisme yang bergerak karena rangsangan dari luar dan dari dalam, melainkan organisasi yang sadar akan dirinya. Karenanya ia mampu memandang dirinya, pikirannya dan berinteraksi dengan dirinya sendiri. Kedua, adalah konsep perbuatan action. Perbuatan manusia dibentuk dalam dan melalui proses interaksi dengan dirinya sendiri, sehingga berbeda gerak makhluk yang bukan manusia. Ketiga, konsep objek . Manusia hidup di tengah-tengah objek yang meliputi hal-hal apa saja yang menjadi sasaran dan perhatian manusia. Keempat, konsep interaksi sosial . Interaksi berarti para peserta masing-masing memindahkan diri mereka secara mental ke posisi orang lain. Dengan berbuat demikian mereka mencari tahu maksud yang diberikan oleh pihak lain terhadap aksinya sehingga komunikasi dan interaksi dimungkinkan terjadi. Interaksi tidak hanya berlangsung melalui gerak-gerik saja, tetapi terutama melalui simbol-simbol yang perlu dipahami dan dimengerti artinya. Kelima, konsep aksi bersama joint-action. Istilah “joint-action” digunakan untuk mengganti konsep “sosial arti” dari Mead. Joint-action berarti aksi yang kolektif yang lahir dimana perbuatan masing-masing dicocokkan dan diserasikan satu sama lain. §§§§§§§§§§§§§§§§ William I. Thomas, memberikan sumbangan yang penting bagi perkembangan teori interaksionisme simbolik, karena penekanannya akan arti penting “definisi situasi” yaitu pandangan seseorang yang bersifat subjektif terhadap suatu situasi yang dihadapi. Prinsip dasar ini sering disebut sebagai “teorism Thomas” yang menyatakan “kalau orang mendefinisikan situasi sebagai riil, maka akan riil pula konsekuensinya”. if man define sitation as real, they are real in their consequences. Stimulus yang sama mungkin menghasilkan respon yang berlainan, kalau pada waktu definisi situasi yang bersifat subjektif atau berbeda-beda, seperti dikatakan Thomas: “Mengawali setiap tindakan atau perilaku yang ditentukan sendiri, selalu ada §§§§§§§§§§§§§§§§ KJ Veeger, Realitas Sosial, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1993, hal. 224- 226. Willian I. Thomas and Florian Inaninciecki, The Polish in Europe dan America, New York Dover, 1959; lihat: Robert K. Merton, The Self Theory of Social Structure, New York: Free Press of Gleoncoe, 1957, hal. 21-436. tahap pertimbangan dan pengujian yang disebut definisi situasi”. ††††††††††††††††† Konsep ini dapat diterapkan pada tingkat identitas diri seseorang. Harus dilihat pula, bahwa objektifitas dalam dunia sosial, tidak lain adalah intersubjektifitas. Karena itu, definisi yang tumbuh dari pandangan individual itu dapat berkembang menjadi pandangan kolektif, karena ada kesamaan cara pandang dan ukuran yang dipakai. Definisi-definisi sosial tentang situasi, ketetapan subjektifnya, mempunyai konsekuensi objektif. ‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡ Misalnya pandangan seseorang pribumi tentang keberadaan orang-orang Tionghoa di Surakarta, tentunya bermula dari pandangan subjektif seseorang yang berkembang menjadi pandangan kolektif, karena ada kesamaan cara pandang dan kategori yang dipakai. Sementara itu, Blumer memandang bahwa dunia sosial empiris terdiri dari manusia beserta berbagai kegiatan kehidupan sehari-hari mereka. Pengetahuan perilaku yang intim itu hnya diperoleh melalui tangan pertama dan partisipasi dalam kelompok yang diteliti. §§§§§§§§§§§§§§§§§ Kemudian, Blumer menawarkan dua model pengamatan yang memungkinkan pengkajian fenomena sosial secara langsung yaitu penjelajahan exploration dan pengamatan inspection. Tujuan utama penjelajahan adalah memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai apa yang terjadi di lapangan, dengan selalu waspada dan memperbaiki hasil observasi. Hasil penjelajahan yang seperti itu oleh Blumer disebut dengan “pemekaan konsep” atau sensitizing concept. †††††††††††††††††† Blumer melihat bahwa konsep-konsep kebudayaan, lembaga-lembaga moral dan kepribadian sebagai sensitizing concept. ‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡ Selain penjelajahan, metoda yang ditawarkan oleh Blumer adalah pemeriksaan. Pemeriksaan inspections, memberikan jalan ††††††††††††††††† Jarome Manis and Berbard Metlzer, eds., Symbolic Interaction: A Reader in Social Psychology, 2 nd edition, Boston: Allyn and Bacon, 1972, hal. 331-336. ‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡ Doyle Paul Johson, Teori Sosiologi Klasik dan Modern II, Jakarta: PT. Gramedia terj. Robert MZ Lawang, 1986, hal. 35 §§§§§§§§§§§§§§§§§ Herbert Blumer, Symbolic Interaction: Perspektive and Method, Englewood Cliffs, N.J: Prentice Hall, 1969, hal. 34 Margaret M. Paloma, Sosiologi Kontemporer Jakarta: Rajawali Press, 1984, hal 273 †††††††††††††††††† Blumer, op. cit., hal. 147 ‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡ Ibid kepada peneliti untuk memeriksa konsep-konsep tersebut dari sudut pembuktian empiris. §§§§§§§§§§§§§§§§§§ Dari kedua metoda yang ditawarkan oleh Blumer tersebut, nampaknya perlu dilengkapi dengan apa yang disebut pemaknaan atau penafsiraninterpretasi. Menurut Berger dan Luckman, interpretasi diperlukan karena masyarakat selalu berada dalam dua dimensi yaitu dimensi kenyataan obektif dan dimensi kenyataan subyektif. Masyarakat sebagai kesatuan objektif dapat diartikan, bahwa orang, kelompok, dan lembaga-lembaga adalah “nyata”, terlepas dari pandangan kita terhadap mereka. Namun demikian, kesemuanya itu adalah juga kenyataan subjektif masin-masing. Persepsi merupakan “kenyataan” bagi mereka yang memberikan penilaian tersebut. ††††††††††††††††††† Goffman dan Blumer menekankan tidak menanggapi orang lain tersebut sesuai dengan “bagaimana ia membayangkan mempersepsikan orang itu”. Dalam perilaku manusia, “kenyataan” tersebut dibangun dalam alam pikiran manusia pada saat mereka berinteraksi satu sama lainnya. Pembentukan kenyataan sosial ini berlangsung sepanjang orang menetapkan perasaan dan keinginan atas orang lain. Tidak semua fakta mempunyai makna. Makna hanya diberikan oleh manusia dari tindakan dan interaksi manusia itu sendiri. ‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡

E. Struktur dan Pelaku