Struktur dan Pelaku PEMBERDAYAAN HUKUM OTONOMI DAERAH DAN POTENSI WILAYAH: STUDI TENTANG KEMUNGKINAN TERBENTUKNYA PROVINSI SURAKARTA - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR) Edy S. Wirabhumi

kepada peneliti untuk memeriksa konsep-konsep tersebut dari sudut pembuktian empiris. §§§§§§§§§§§§§§§§§§ Dari kedua metoda yang ditawarkan oleh Blumer tersebut, nampaknya perlu dilengkapi dengan apa yang disebut pemaknaan atau penafsiraninterpretasi. Menurut Berger dan Luckman, interpretasi diperlukan karena masyarakat selalu berada dalam dua dimensi yaitu dimensi kenyataan obektif dan dimensi kenyataan subyektif. Masyarakat sebagai kesatuan objektif dapat diartikan, bahwa orang, kelompok, dan lembaga-lembaga adalah “nyata”, terlepas dari pandangan kita terhadap mereka. Namun demikian, kesemuanya itu adalah juga kenyataan subjektif masin-masing. Persepsi merupakan “kenyataan” bagi mereka yang memberikan penilaian tersebut. ††††††††††††††††††† Goffman dan Blumer menekankan tidak menanggapi orang lain tersebut sesuai dengan “bagaimana ia membayangkan mempersepsikan orang itu”. Dalam perilaku manusia, “kenyataan” tersebut dibangun dalam alam pikiran manusia pada saat mereka berinteraksi satu sama lainnya. Pembentukan kenyataan sosial ini berlangsung sepanjang orang menetapkan perasaan dan keinginan atas orang lain. Tidak semua fakta mempunyai makna. Makna hanya diberikan oleh manusia dari tindakan dan interaksi manusia itu sendiri. ‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡

E. Struktur dan Pelaku

Anthony Giddens, kritkus dan pencetus teori strukturalis, antara lain mengetengahkan hubungan pelaku dan struktur. Pelaku berbeda dengan struktur adalah jelas. Akan tetapi perbedaan itu bersifat dualisme atau dualitas? Giddnes melihat bahwa ilmu sosial dijajah gagasan dualisme pelaku vs struktur. Ia memproklamasikan hubungan keduanya sebagai dualitas, “tindakan dan struktur yang saling mengandaikan.” §§§§§§§§§§§§§§§§§§§ Apa yang §§§§§§§§§§§§§§§§§§ Paloma, op. cit., hal. 273.274 Paul Horton Chster L. Hunt, Sosiologi 1, Jakarta: Erlangga, cet. ke-6, 1919, hal 17. ††††††††††††††††††† Ibid ‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡ Ibid, hal 18. §§§§§§§§§§§§§§§§§§§ Anthony Giddens, Central Problem in Social theory, London: McMillan, 1979, hal. 53. disebut ‘pelaku’ menunjuk pada orang kongkret dalam “arus kontinyu tindakan dan peristiwa di dunia”. ‘Struktur’ bukanlah nama bagi totalitas, bukan kode tersembunyi dalam strukturalisme, bukan pula yang terbentuk bagian-bagian dari suatu totalitas. Struktur ialah “aturan dan sumber daya yang terbentuk dari dan membentuk keterulangan praktik sosial”. †††††††††††††††††††† Struktur analog dengan langue mengatasi waktu- waktu. Berdasarkan prinsip dualistas struktur pelaku ini, Giddens menggagas suatu teori baru: Teori Strukturasi. ‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡ Pertama dan terutama harus disebut adalah Teori Strukturasi. Seperti sudah disebut, hubungan antara ‘pelaku’ tindakan dan struktur berupa relasi dualitas, bukan dualisme. Dualitas ini terjadi ‘praktek sosial yang berulang dan terpola dalam lintas ruang dan waktu. Dualitas terletak dalam fatwa bahwa skemata mirip aturan yang menjadi prinsip bagi praktik di berbagai tempat dan waktu tersebut merupakan hasil outcome keterulangan tindakan kita, dan sekaligus skemata yang mirip “aturan” itu menjadi sarana medium bagi berlangsungnya praktek sosial kita. Giddens menyebtu skemata itu ‘struktur’. Struktur mengatasi waktu dan tempat. Karena itu bisa diterapkan pada berbagai situasi. Lain dengan pengertian Durkhemian tentang struktur yang lebih bersifat mengekang constrarining, strktur dalam gagasan Giddens juga bersifat memberdayakan enabling. Maksudnya memungkinkan berlangsungnya praktik sosial. Itulah mengapa Giddens melihatnya sebagai ‘sarana’. §§§§§§§§§§§§§§§§§§§§ Dari berbagai prinsip struktural, Giddens melihat tiga gugus besar struktur. Pertama, struktur ‘signifikansi’ signification menyangkut skemata simbolik, penyebutan dan wacana. Kedua, struktur ‘dominasi’ domination yang menyangkut sekemata peraturan normatif yang terungkap dalam tata Ibid, hal. 55 †††††††††††††††††††† Ibid, hal. 5; juga Anthony Giddens, The Contribution of Society: outline of the Theory of Structuration, Cambridge: Polity Press, 1984, hal. 374. ‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡ Ibid, 1984, hal. 75-76 §§§§§§§§§§§§§§§§§§§§ Ibid, 1979, hal 3-4; Anthony Giddens, A Contemporary Critique of Hospital Materialisme, London: McMillan Press, edisi kedua, 1995, hal 57 hukum. Prinsip ‘signifikansi’ pada gilirannya juga mencakup skemata ‘dominasi’ dan ‘legitimasi’, karena signifikansi ‘ orang yang mengajar disebut guru’ pada gilirannya menyangkut skemata dominasi ‘kekuasaan guru atas murid’ dan juga skemata legitimasi ‘pengadaan ujian’. Hal yang sama juga berlaku bagi struktur ‘dominasi’ dan ‘legitimasi’. Ambillah konsepsi struktur sebagai sarana medium praktek sosial. Tindakan dan praktek sosial ‘berkomunikasi’ selalu mengandaikan struktur ‘sigtnifikansi’ tertentu, misalnya tata-bahasa, ‘penguasaan’ atas barang ekonomi dan orang politik melibatkan skemata ‘legitimasi’. Ketiga, arus sebaliknya: struktur sebagai hasil outcome dari praktek sosial. ††††††††††††††††††††† Reproduksi sosial berlangsung lewat dualitas ‘struktur’ dan ‘praktek sosial’ tersebut. Soalnya ialah apakah kita pada pelaku tahu akan hal itu, ataukah kita hanya seperti wayang di tangan para dalang dalam berbagai lakon yang telah ditemukan, seperti status pelaku dalam fungsionalisme Parsons atau Marxisme Althusser? Jawaban Giddens lugas: kita tahu. Akan tetapi “tahu” tidak harus diartikan “sadar”, apalagi sebagai kapasitas yang menjelaskan semua proses secara eksplisit. Giddens membedakan tiga dimensi internal pelaku; motivasi tidak sadar practical consciousness, dan kesadaran dirkusif discursive consciousness. ‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡ Rutinitas hidup personal dan sosial terjadi melalui gugus strukturasi, betapapun kecilnya perubahan itu. “Batas antara kesadaran pratis dan kesadaran diskursif sangatlah lentur dan tipis, ... tidak seperti antara kesadaran diskursif dan motivasi tak sadar”. §§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§ Teori strukturasi Giddens mengklaim, bahwa tindakan seseoran tidak selalu ditentukan atau disesuaikan dengan struktur nilai-nilai, norma-norma, kekuasaan yang ada, tetapi mempunyai kebebasan yang menyimpang dari Ibid, 1995, hal 69-108 ††††††††††††††††††††† Ibid, 1984 ‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡ Ibid §§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§ Ibid struktur. Keterkaitan dan sekaligus kebebasan terhadap struktur karena adanya kegandaan struktur duality of structure. Posisi seseorang dalam kegandaan struktur menyebabkan ia berada dan dibentuk oleh tatanan struktur, tetapi sekalius juga sebagai penyumbang terbentuknya struktur melalui interaksi yang dilakukannya. †††††††††††††††††††††† Pada titik ini, ia selalu terlibat dalam proses reproduksi struktur, dan pada saat yang bersamaan ia terlibat dalam proses penciptaan struktur- strukturbaru. ‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡ Agent, dalam teori strukturasi bertugas menerjemahkan peraturan umum menjadi lebih bermakna bagi pergumulan riil sehari-hari. Teori strukturasi menjelaskan, bahwa tindakan seseorang tidak semata-mata terikat pada nilai, norma, dan kekuasaan bersama, tetapi berkaitan dengan tujuan ang diharapkan berdasarkan alasan tertentu. §§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§ Menurut Giddens, alasan-alasan tertentu tersebut, tidak harus dikaitkan dengan norma-norma atau kebiasaan tertentu sebagaimana teori aksi Parsons, melainkan berkaitan dengan masalah praktis dalam konteks kehidupan sehar- hari. Struktur dalam teori strukturasi tidka hanya merupakan kumpulan aturan atau kapabilitas yang terisolasi, tetapi juga merupakan media dan hasil reproduksi sistem sosial. ††††††††††††††††††††††† Struktur merupakan kondisi yang bersifat membantu terbentuknya suatu tindakan atau sikap, sekaligus memberi peluang terbentuknya aksi dan struktur-struktur baru yang terlahir dari pilihan bekas seseorang. ‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡ Berkaitan dengan peranan agensi tersebut, Waters secara ringkas mengetengahkan tentang karakteristik utama teori-teori agensi manusia sebagai berikut : Giddens, 1984, op. cit †††††††††††††††††††††† Ibid ‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡ Ibid, hal 50. §§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§ Ibid, hal 4. Ibid ††††††††††††††††††††††† Ibid, 1979, hal. 91-92 ‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡ Ibid, 1984, hal. 258 1 Mereka memperlakukan manusia sebagai subjek yang cerdas dan kreatif, yang terutama sekali dalam mengontrol kondisi-kondisi yang mempengaruhi kehidupan sosial mereka. 2 Manusia melengkapi tingkah laku mereka dengan makna. Tugas penting dari sosiologi adalah untuk memasuki dan memahami makna-makna itu. Karena itu sosiologi haruslah menjadi disiplin ilmu yang kemeneutik yang menyelidiki tindakan-tindakan. 3 Tindakan manusia didorong oleh makna yang diberikan pada tindakan itu, berkeaan dengan cara individu yang secara mental memproyeksikan tindakan melalui waktu untuk mencapai tujuan. Motif-motif ini dapat diakses oleh sosiolog dengan memakai perhitungan atau alasan verbal untuk tingkah laku. 4 Substansi dunia sosial adalah interaksi manusia, suatu proses konstan tentang negosiasi makna antar subjek dengan menggunakan kata-kata, gerakan-gerakan dan simbol-simbol lainnya. 5 Pola-pola yang teratur muncul dalam interaksi manusia sehingga tidak semua aspek mekna harus dinegosiasi ulang. Pola-pola yang muncul ini, merupakan susunan kehidupan sosial dengan skala besar yang dianggap pasti. 6 Karena itu, tekanan dalam teori tentang agensi adalah memberikan gambaran dan penjelasan tentang pengalaman sosial sehari-hari dan yang baru, seringkali dari sudut pandang individu tertentu daripada menyusun teori struktural berskala besar. §§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§

F. Rangkuman