wakil Bupati pangkatnya menjadi Bupati Anom. Sejak tahun 1928
hierarti pemerintah daerah menjadi Kabupaten, Kawedanan distrk dan Sub Kawedanan onderdistrict yang dijabat oleh asisten wedana.
5. Perubahan Administrasi Pemerintahan
Pada tahun 1928 terjadi perubahan dalam administrasi pemerintahan Kasunanan. Perubahan yang terpenting yang terjadi waktu itu ialah adanya
pemisahan antara urusan rumah tangga raja dengan urusan rumah tangga kerajaan atau negara. Urusan rumah tangga raja dikepalai oleh Pangeran
Adipati Anom disebut Reh Kadipaten. Sementara itu urusan rumah tangga negara berada di bawah wewenang patih, pengelolaan bagian ini disebut Reh
Kepatihan. Di luar kedua init itu terdapat unit penanganan urusan keagamaan yang disebut Reh Pangulon di bawah pimpinan seorang Penghulu.
Semua urusan pemerintahan berada di bawah kekuasaan raja. Karena dalam Redh Kadipaten urusannya cukup banyak, maka diadakan pembagian
kerja untuk berbagai urusan seperti keuangan, kendaraan, bangunan perekonomian, juga termasuk tenaga kasar.
††††††††
Dalam Reh Kepatihan juga diadakan pembagian, seperti sekretariat, keuangan, pengadilan, pendidikan,
kesehatan, kebudayaan dan lain-lain. Sementara itu Reh pangulon mengurusi hal-hal yang berkaitan dengan keagamaan, perkawinan, perceraian, wasiat dan
sebagainya. Untuk pegawai Reh Pangulon disebtu Abdi dalem Mutihan pametakan, misalnya kotib juru khotbah, merbot pemukul bedhug, naib
urusan pernikahan, suranata petugas langgar dan lain-lain. Pembentukan administrasi pemerintahan ini telah dicoba sejak tahun
1927. Karena dapat berjalan dengan baik maka kemudian sistem ini dilaksanakan pada tahun 1928 dengan peraturan pepatih dalem tanggal 17
Januari 1928.
‡‡‡‡‡‡‡‡
F. Karaton Surakarta Masa Pergerakan
Rijksblad van Soerakarta, no. 14 tahun 1928
††††††††
Pawanti Soerakarta, Soerakarta: Karaton Kasoenanan Soerakarta, 1939, hal. 115
‡‡‡‡‡‡‡‡
Kabar Papentrahan, Soerakarta: Karaton Kasoenanan Surakarta, Pebruari 1928
Kesadaran politik yang dialami oleh kalangan bumi putera Indonesia akhirnya terwujud sejak dilontarkannya kebijakan politik etis oleh pihak
kerajaan Belanda terhadap wilayah Hindia Belanda tahun 1901.
§§§§§§§§
Akibat dari perkembangan pendidikan yang cukup berarti sesudah munculnya politik
Etis, banyak timbul kelompok-kelompok pergerakan seperti Budi Utomo, Sarekat Dagang Islam, Indische Partij dan sebagainya. Sejak tahun 1863 yang
berkuasa di Kasunanan Surakarta adalah Paku Buwana IX 1863-1893 dan Paku Buwana X 1893-1939. Masa kini merupakan masa pergerakan nasional
Indonesia. Gerakan ini ternayat mempunyai pengaruh besar terhadap rakyat Kasunanan. Akibatnya di wilayah Surakarta banyak muncul organisasi sosial
politik. Kota Surakarta merupakan kota tempat Sarekat Dagang Islam, tahun
1911 Takashi Shiraishi, 1997, hal. 55. Organsiasi ini walaupun lebih bersifat sosial tetapi juga berkembang menjadi organisasi politik. Organisasi ini
didirikan oleh para pengusaha batik. Mereka, pengusaha batik di Laweyan yang merasakan dominasi ekonomi pedagang Tionghoa, terutama dalam hal
bahan baku batik akhirnya mempersatukan diri di bawah pimpinan Haji Samanhudi. Sarekat Dagang Islam SDI mentiikberatkan perjuangannya
bukan pada kalangan terpelajar, tetapi pada rakyat jelata. Karena sifat perjuangan kerakyatan itulah maka nama SDI selanjutnya sejak 11 September
1912 diganti menjadi Sarekat Islam, sehingga organisasi ini akhirnya dapat berkembang dengan cepatnya.
Di samping organisasi-organisasi sosial politik skala nasional seperti Budi Utomo, SI, PKI, di sini juga ebrkembang organisasi-organisasi lokal,
seperti organisasi bagi Sentana Dalem, Abdi dalem dan Kawula Dalem Surakarta. Mereka antara lain Pakempalan Kawulan Surakarta PaKaSa,
Pakempalan Narpawandawa, serta Pirukunan Pakempalan Politik Surakarta PPS.
§§§§§§§§
Robert Van Nicler, Munculnya Elat Modern Indonesia, Jakarta: Pustaka Jaya, 1984, hal. 50
Untuk menanggapi adanya gerakan tersebut maka pemerintah Kolonial Belanda membuat ketentuan-ketentuan baru bersama Sunan Paku
Buwana X. Isi ketentuan itu adalah mengenai kedudukan Pemerintah Kasunanan terhadap penguasa Belanda. Di samping itu Sunan beserta sentana
dalem diharapkan jangan terseret oleh arus pergerakan politik pada waktu itu. Di lain pihak gerakan nasional makin menggelora. Pada 12 Juli 1938,
PPS mengadakan rapat di Kanggotan dan Habipraya. Rapat tersebut dihadiri lebih kurang 1600 wakil-wakil dari berbagai organisasi sosial politik yang ada
pada waktu itu, antara lain: PPKI, Parindra, Narpawandana, PKS, PKC, Al Islam, PSSI dan sebagainya. Pembicaraan dihantarkan oleh Dr. Soetomo,
RMTH Pringgawinata, KRT Radjiman Wedyadiningrat. Rapat tersebut menghasilkan tuntuan agar apa yang disebtu Dewan Perwakilan Bale Agung,
sebuah dewan perwakilanan Kasunana berfungsi sebagai benar-benar sebagai Dewan Perwakilan Rakyat. Perlu diketahui bahwa maksud didirikannya Raad
Bale Agung adalah untuk menampung hasrat Sentana Dalem, Abdi Dalem, dan Kawula Dalem Kasunanan Surakarta. Dewan ini didirikan tahun
1935.
G. Struktur Sosial: Proses Perumitan