Faktor yang Berhubungan dengan Keterlambatan Rujukan Ibu Bersalin Ke RSUD Gunungsitoli, Kabupaten Nias Tahun 2014
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KETERLAMBATAN RUJUKAN IBU BERSALIN KE RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH GUNUNGSITOLI, KABUPATEN NIAS TAHUN 2014
SKRIPSI
OLEH :
NIM. 111021083
CHRISTIANTY OLIVIA ZEBUA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2014
(2)
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KETERLAMBATAN RUJUKAN IBU BERSALIN KE RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH GUNUNGSITOLI KABUPATEN NIAS TAHUN 2014
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
OLEH : NIM. 111021083
CHRISTIANTY OLIVIA ZEBUA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2014
(3)
(4)
ABSTRAK
RSUD Gunungsitoli merupakan rumah sakit pemerintah yang menjadi pusat rujukan di pulau Nias. Ibu bersalin yang dirujuk ke rumah sakit, masih banyak yang mengalami keterlambatan. Dilakukan penelitian ini dengan tujuan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan keterlambatan rujukan ibu bersalin ke RSUD Gunungsitoli, Kabupaten Nias.
Jenis penelitian ini adalah observasional dengan metode pengumpulan data secara cross sectional. Populasi adalah semua ibu bersalin yang dirujuk ke RSUD Gunungsitoli. Sampel berjumlah 19 orang dan teknik pengambilan sampel secara
consecutive artinya pasien yang datang pada saat penelitian dijadikan sebagai sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keputusan keluarga, dana, dan geografis tidak memiliki hubungan bermakna dengan keterlambatan rujukan ibu bersalin ke RSUD Gunungsitoli. Sedangkan faktor penolong persalinan memiliki hubungan bermakna dengan keterlambatan rujukan ibu bersalin ke RSUD Gunungsitoli dengan nilai p = 0,005 (<0,05). Penolong persalinan yang kompeten ada 10 orang, yaitu 8 orang (80%) tidak terlambat dan 2 orang (20%) terlambat dirujuk. Sedangkan penolong persalinan yang tidak kompeten, yaitu 1 orang (11,1%) tidak terlambat dan 8 orang (88,9%) terlambat dirujuk.
Saran adalah petugas kesehatan terutama bidan desa atau puskesmas diharap lebih peduli terhadap ibu hamil melalui pengawasan antenatal care dan ibu bersalin dalam proses persalinan serta lebih peka terhadap masalah atau adanya indikasi yang membutuhkan penanganan segera dan perlu dirujuk ke rumah sakit. Pemerintah daerah diharapkan lebih memperhatikan akses masyarakat dalam mencapai tempat pelayanan kesehatan dan melakukan upaya penyuluhan serta pelatihan terhadap tenaga tradisional atau dukun.
Kata Kunci : Keputusan keluarga, dana, geografis, penolong persalinan, keterlambatan ibu bersalin, RSUD Gunungsitoli
(5)
ABSTRACT
Gunungsitoli Hospital is a government hospital that became a referral centers in Nias Island. Referred to the maternity hospital, there are many who experience delays. Conducted this study in order to determine the factors associated with maternal referral delay to Gunungsitoli Hospital, in Nias Regency.
The kind of this research was observational by the collection method of data was cross sectional. Population is all maternal who were referred to Gunungsitoli Hospital. The number of sample was 19 persons and this research used consecutive as technique sampling. It means that the sample were patients who were coming to the hospital when the research was done.
The result of the research got that family decision, fund, and geographic did not have a significant relationship with maternal referral delay to Gunungsitoli Hospital. While the birth attendants factor have a significant relationship with maternal referral delay to Gunungsitoli Hospital by p value = 0,005 (<0,05). Competent birth attendants there are 10 people, which is 8 people (80%) is not too late and 2 (20%) were referred late. While birth attendants who are not competent, ie 1 (11.1%) is not too late and 8 (88.9%) were referred late.
Advice is mainly health workers midwife or health centers are expected to more concerned about pregnant through antenatal surveillance and maternal and delivery is more sensitive to problems or indications that require immediate action and should be referred to hospital. Region governments are expected to pay more attention to public access to reach the health services and counseling efforts and training of the tradisional healer or shaman.
Keyword : Family decision, fund, geographic, birth attendants, maternal referral delay, Gunungsitoli Hospital
(6)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : CHRISTIANTY OLIVIA ZEBUA
Tempat/Tanggal Lahir : Gunungsitoli, 29 Septermber 1987
Agama : Kristen Protestan
Status : Belum Menikah
Alamat Rumah : Jl. Sutomo No. 26, Desa Lasara Bahili, Kec. Gunungsitoli, Kota Gunungsitoli.
Riwayat Pendidikan :
1. TK Cendrawasih (1992-1993) 2. SD Swasta RK Mutiara (1993-1999) 3. SMP Swasta Bunga Mawar (1999-2002) 4. UPT SPK Gunungsitoli (2002-2005)
5. Akademi Kebidanan Darmo Medan (2005-2008) 6. Fakultas Kesehatan Masyarakat USU (2011-2014)
Riwayat Pekerjaan :
(7)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan anugrahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktor Yang Berhubungan Dengan Keterlambatan Rujukan Ibu Bersalin Ke RSUD Gunungsitoli, Kabupaten Nias Tahun 2014”.
Penyusunan skripsi ini telah mendapatkan bantuan berupa materi dan motivasi serta bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Heru Santosa, MS, Ph.D selaku Ketua Departemen Kependudukan dan Biostatistik Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 3. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, Msi, selaku Dosen Pembimbing I yang telah
memberikan saran dan masukan untuk kelancaran skripsi ini.
4. Bapak Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan saran dan masukan demi kelancaran skripsi ini.
5. Ibu Asfriyati, SKM, M.Kes, selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan demi kelancaran skripsi ini.
6. Seluruh Dosen beserta seluruh pegawai (terkhusus buat bg. Romzzi) dan karyawan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah membantu demi kelancaran skripsi ini.
7. Bapak Drs. Sokhiatulo Laoli, MM, selaku Bupati Nias yang memberikan izin untuk melakukan penelitian di Kabupaten Nias.
8. Bapak dr. Julianus Dawolo, M.Kes, selaku Direktur RSUD Gunungsitoli yang telah memberi izin untuk melakukan penelitian di RSUD Gunungsitoli
9. Ibu Nurhayati Zendrato selaku kepala ruangan dan staf perawat diruangan Kamar Bersalin yang telah membantu saya dalam memperoleh data.
10. Secara khusus terima kasih buat keluarga tercinta, untuk orang tua Bapak F. Zebua dan Mama Y. Zebua yang telah mendoakan, mendukung dan
(8)
membiayai perkuliahan ini dan adik-adik tersayang Ruthy dan Lyus suaminya; Sally (yang mau mengantarkan ke kampus walau sesaat), Dandy dan Billy yang juga turut mendukung dalam doa sehingga bisa kuat melewati perkuliahan ini. 11. Untuk B’Aroziduhu Lase (my dear fiance) dan papa mama di Bawalato yang
selalu mendukung dan mendoakan penulis agar tetap semangat menjalani perkuliahan hingga selesai.
12. Teman-teman departemen kependudukan dan biostatistik (khususnya buat kk’Iska) yang membantu mengolah data dan teman-teman lain yang saling memberi support selama proses penyusunan skripsi.
13. Sahabat terbaik Desta Zebua (dan dede bayi) yang mendukung dan mendoakan serta percaya kalau penulis sanggup melewati semua proses ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan penulisan selanjutnya dari berbagai pihak.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua yang memerlukannya. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkat dan karuniaNya kepada kita semua.
Medan, Juli 2014
(9)
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN... i
ABSTRAK ... ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 8
1.3 Tujuan Penelitian... 8
1.3.1 Tujuan Umum ... 8
1.3.2 Tujuan Khusus ... 8
1.4 Manfaat Penelitian... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10
2.1 Keterlambatan Rujukan ... 10
2.2 Antenatal Care ... 16
2.2.1 Tujuan Pengawasan Dalam Antenatal Care ... 17
2.2.2 Kehamilan dan Janin Dengan Resiko Tinggi ... 18
2.2.3 Jadwal Antenatal Care ... 20
2.3 Asuhan Persalinan Normal ... 21
2.3.1. Proses Persalinan... 23
2.3.2 Kala Satu Persalinan ... 24
2.3.3 Kala Dua Persalinan ... 26
2.3.4. Kala Tiga Persalinan... 29
2.3.5 Kala Empat Persalinan... 29
2.4 Penanganan Kegawatdaruratan... ... 31
2.4.1 Penilaian Awal... 31
2.4.2 Penilaian Klinik Lengkap... 32
2.4.3. Prinsip Umum Penanganan Gawatdarurat ... 33
2.4.4. Upaya Pemerintah Dalam Menurunkan AKI dan AKB ... 34
2.5 Kerangka Konsep Penelitian... 36
(10)
BAB III METODE PENELITIAN ... 37
3.1 Jenis Penelitian ... 37
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian... 37
3.2.1. Lokasi Penelitian... 37
3.2.2. Waktu Penelitian... 37
3.3 Populasi dan Sampel... 37
3.3.1. Populasi... 37
3.3.2. Sampel... 37
3.4 Metode Pengumpulan Data ... 38
3.4.1. Data Primer ... 38
3.4.2. Data Sekunder... 38
3.5 Defenisi Operasional ... 38
3.5.1 Variabel Dependen ... 38
3.5.2 Variabel Independen ... 45
3.6 Aspek Pengukuran... 46
3.6.1 Variabel Dependen ... 46
3.6.2 Variabel Independen ... 46
3.7 Teknik Pengolahan Data... 47
3.8 Analisi Data ... 48
BAB IV HASIL PENELITIAN... 49
4.1 Gambaran Umum RSUD Gunungsitoli... 49
4.1.1 Lokasi RSUD Gunungsitoli... 49
4.1.2 Fasilitas Pelayanan yang Tersedia ... 49
4.2 Hasil Analisis Univariat... 51
4.2.1 Umur ... 51
4.2.2 Pekerjaan... 51
4.2.3 Frekuensi Kehamilan ... 52
4.2.4 Frekuensi Persalinan ... 53
4.2.5 Frekuensi Abortus... 53
4.2.6 Keterlambatan Rujukan Ibu Bersalin... 54
4.2.7 Keputusan Keluarga... 56
4.2.8 Faktor Dana ... 59
4.2.9 Faktor Geografis ... 63
4.2.10 Penolong Persalianan... 67
4.3 Hasil Analisis Bivariat... 70
4.3.1 Hubungan Keputusan Keluarga dengan Keterlambatan Rujukan Ibu Bersalin ... 71
4.3.2 Hubungan Faktor Dana dengan Keterlambatan Rujukan Rujukan Ibu Bersalin... 71
4.3.3 Hubungan Faktor Geografis dengan Keterlambatan Rujukan Ibu Bersalin... 72
4.3.4 Hubungan Penolong Persalinan dengan Keterlambatan Rujukan Ibu Bersalin... 73
(11)
BAB V PEMBAHASAN... 74
5.1 Pengaruh Keputusan Keluarga dengan Keterlambatan Rujukan Ibu Bersalin... 74
5.2 Pengaruh Faktor Dana dengan Keterlambatan Rujukan Ibu Bersalin... 75
5.3 Faktor Geografis dengan Keterlambatan Rujukan Ibu Bersalin... 76
5.4 Faktor Penolong Persalianan dengan Keterlambatan Rujukan Ibu Bersalin... 77
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN... 80
5.1 Kesimpulan... 80
5.2 Saran ... 80
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(12)
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Pedoman Rujukan Terencana... 15
Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur ... 51
Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan... 52
Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Kehamilan ... 52
Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Persalinan... 53
Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Abortus ... 53
Tabel 4.6 Distribusi Intervensi Tindakan Sebelum Dirujuk Ke RSUD Gunungsitoli ... 54
Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Keterlambatan Rujukan Ibu Bersalin ... 56
Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Keputusan Keluarga Terhadap Keterlambatan Rujukan ... 56
Tabel 4.9 Distribusi Gambaran Jawaban Responden Berdasarkan Keputusan Keluarga ... 57
Tabel 4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Dana Terhadap Keterlambatan Rujukan ... 60
Tabel 4.11 Distribusi Gambarana Jawaban Responden Berdasarkan Faktor Dana... 60
Tabel 4.12 Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Geografis Terhadap Keterlambatan Rujukan ... 63
Tabel 4.13 Distribusi Gambaran Jawaban Responden Berdasarkan Faktor Geografis... 64
Tabel 4.14 Distribusi Responden Berdasarkan Penolong Persalinan Terhadap Keterlambatan Rujukan... 67
Tabel 4.15 Distribusi Gambaran Jawaban Responden Berdasarkan Kategori Faktor Penolong Persalinan... 67
(13)
Tabel 4.16 Hubungan Keputusan Keluarga dengan Keterlambatan Rujukan
Ibu Bersalin... 71 Tabel 4.17 Hubungan Faktor Dana dengan Keterlambatan Rujukan Ibu
Bersalin... 72 Tabel 4.18 Hubungan Faktor Geografis dengan Keterlambatan Rujukan Ibu
Bersalin... 73 Tabel 4.19 Hubungan Penolong Persalinan dengan Keterlambatan Rujukan
(14)
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian... 36
(15)
ABSTRAK
RSUD Gunungsitoli merupakan rumah sakit pemerintah yang menjadi pusat rujukan di pulau Nias. Ibu bersalin yang dirujuk ke rumah sakit, masih banyak yang mengalami keterlambatan. Dilakukan penelitian ini dengan tujuan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan keterlambatan rujukan ibu bersalin ke RSUD Gunungsitoli, Kabupaten Nias.
Jenis penelitian ini adalah observasional dengan metode pengumpulan data secara cross sectional. Populasi adalah semua ibu bersalin yang dirujuk ke RSUD Gunungsitoli. Sampel berjumlah 19 orang dan teknik pengambilan sampel secara
consecutive artinya pasien yang datang pada saat penelitian dijadikan sebagai sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keputusan keluarga, dana, dan geografis tidak memiliki hubungan bermakna dengan keterlambatan rujukan ibu bersalin ke RSUD Gunungsitoli. Sedangkan faktor penolong persalinan memiliki hubungan bermakna dengan keterlambatan rujukan ibu bersalin ke RSUD Gunungsitoli dengan nilai p = 0,005 (<0,05). Penolong persalinan yang kompeten ada 10 orang, yaitu 8 orang (80%) tidak terlambat dan 2 orang (20%) terlambat dirujuk. Sedangkan penolong persalinan yang tidak kompeten, yaitu 1 orang (11,1%) tidak terlambat dan 8 orang (88,9%) terlambat dirujuk.
Saran adalah petugas kesehatan terutama bidan desa atau puskesmas diharap lebih peduli terhadap ibu hamil melalui pengawasan antenatal care dan ibu bersalin dalam proses persalinan serta lebih peka terhadap masalah atau adanya indikasi yang membutuhkan penanganan segera dan perlu dirujuk ke rumah sakit. Pemerintah daerah diharapkan lebih memperhatikan akses masyarakat dalam mencapai tempat pelayanan kesehatan dan melakukan upaya penyuluhan serta pelatihan terhadap tenaga tradisional atau dukun.
Kata Kunci : Keputusan keluarga, dana, geografis, penolong persalinan, keterlambatan ibu bersalin, RSUD Gunungsitoli
(16)
ABSTRACT
Gunungsitoli Hospital is a government hospital that became a referral centers in Nias Island. Referred to the maternity hospital, there are many who experience delays. Conducted this study in order to determine the factors associated with maternal referral delay to Gunungsitoli Hospital, in Nias Regency.
The kind of this research was observational by the collection method of data was cross sectional. Population is all maternal who were referred to Gunungsitoli Hospital. The number of sample was 19 persons and this research used consecutive as technique sampling. It means that the sample were patients who were coming to the hospital when the research was done.
The result of the research got that family decision, fund, and geographic did not have a significant relationship with maternal referral delay to Gunungsitoli Hospital. While the birth attendants factor have a significant relationship with maternal referral delay to Gunungsitoli Hospital by p value = 0,005 (<0,05). Competent birth attendants there are 10 people, which is 8 people (80%) is not too late and 2 (20%) were referred late. While birth attendants who are not competent, ie 1 (11.1%) is not too late and 8 (88.9%) were referred late.
Advice is mainly health workers midwife or health centers are expected to more concerned about pregnant through antenatal surveillance and maternal and delivery is more sensitive to problems or indications that require immediate action and should be referred to hospital. Region governments are expected to pay more attention to public access to reach the health services and counseling efforts and training of the tradisional healer or shaman.
Keyword : Family decision, fund, geographic, birth attendants, maternal referral delay, Gunungsitoli Hospital
(17)
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang
Peningkatan status kesehatan masyarakat di Indonesia sudah mulai menunjukkan hasil nyata. Keberhasilan pembangunan kesehatan ini, salah satunya dapat dilihat dari periode 2004 sampai dengan 2007 terjadi penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dari 307 per 100.000 kelahiran hidup menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup. Walau keberhasilan tersebut masih perlu terus ditingkatkan, mengingat AKI di Indonesia masih cukup tinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Berdasarkan target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2010-2014, mengupayakan agar AKI dapat diturunkan menjadi 118 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2014. Selain itu, kesepakatan global Millennium Development Goals (MDGs) menargetkan AKI di Indonesia dapat diturunkan menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 (Kemkes, 2011).
Menurut Diah Saminarsih (2011) sebagai Asisten Utusan Khusus Presiden Indonesia untuk tujuan pembangunan Millennium Development Goals (MDGs), tingginya AKI dipengaruhi banyak faktor, diantaranya pembangunan yang belum merata sehingga infrastruktur maupun layanan kesehatan antara satu provinsi dengan provinsi lainnya berbeda. Terkadang, satu daerah hanya memiliki satu puskesmas dan jaraknya sangat jauh serta dengan kondisi jalan yang tidak baik. Selain itu, pengetahuan masyarakat agar bisa hidup sehat juga masih sangat kurang. Tersedianya tenaga kesehatan di daerah sangat sedikit terutama di daerah terpencil di Indonesia,
(18)
juga merupakan salah satu penyebab masih tingginya angka kematian ibu melahirkan. Kebanyakan dari masyarakat yang hidup di daerah terpencil masih percaya dukun beranak. Menurut Riskesdas 2010, sekitar 43,2 % persalinan masih dilakukan di rumah, dan itu pun hampir separuhnya masih dibantu oleh tenaga non kesehatan atau dukun bersalin (Kemkes, 2011).
Dalam upaya menjamin akses pelayanan persalinan yang dilakukan oleh dokter atau bidan, maka pada tahun 2011 Kementerian Kesehatan meluncurkan upaya terobosan berupa Jaminan Persalinan (Jampersal). Jampersal dimaksudkan untuk menghilangkan hambatan finansial bagi ibu hamil untuk mendapatkan jaminan persalinan, yang di dalamnya termasuk pemeriksaan kehamilan, pelayanan nifas termasuk KB pasca persalinan, dan pelayanan bayi baru lahir. Dengan demikian, kehadiran Jampersal diharapkan dapat mengurangi terjadinya hambatan dalam pertolongan persalinanan sehingga dapat mengakselerasi tujuan pencapaian MDGs, khususnya MDGs 4 dan 5 (Kemkes, 2011).
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, mengeluarkan data hasil suvei terbaru tentang AKI. Menurut SDKI 2012, AKI tercatat 359 per 100.000 kelahiran hidup. AKI ini jauh melonjak dibanding hasil SDKI 2007, yaitu 228 per 100.000. Dalam hal ini, harapan pencapaian penurunan AKI jauh dari harapan pemerintah, yang bertekad menurunkan AKI menjadi 118 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2014 (Sindonews, 2013).
Menteri Kesehatan RI, dr.Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH, mengatakan dalam rangka memfokuskan percepatan pencapaian target Millennium Development Goals (MDGs) 5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu, dibutuhkan upaya-upaya yang efektif
(19)
dan efisien serta konsisten dari seluruh pemangku kepentingan untuk ikut bersama-sama berupaya dalam mempercepat penurunan AKI. Untuk itu, Kementerian Kesehatan RI menyusun Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu (RAN PPAKI) tahun 2013-2015(Depkes, 2013).
Estimasi berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 1990-2007 dengan perhitungan exponensial, AKI di Indonesia pada tahun 2015 diperkirakan baru mencapai 161 per 100.000 kelahiran hidup, sementara target MDGs yang harus dicapai adalah 102 per 100.000 kelahiran hidup. Untuk itu, Kemenkes RI menyusun RAN PP AKI 2013-2015 yang berfokus pada 3 strategi dan 7 program utama (Depkes, 2013).
Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2011, termasuk dalam 5 provinsi penyumbang Angka Kematian Ibu (AKI) karena termasuk dalam provinsi dengan jumlah penduduk yang besar. Provinsi Sumatera Utara menduduki urutan ke empat setelah Provinsi Jawa Barat, Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Jawa Timur dan pada urutan ke lima ada Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Menurut Dr. dr. Slamet Riyadi Yuwono, DTM&H, MARS, selaku Direktur Bina Gizi Kesehatan Ibu dan Anak Kemenkes dalam acara seminar Hospital Expo di JCC, Jakarta, Rabu (19/10/2011); penyebab kematian untuk ibu kebanyakan perdarahan dan eklampsia (keracunan saat kehamilan), sedangkan untuk bayi paling banyak masalah neonatal seperti asfiksia (sesak napas), berat badan lahir rendah dan juga prematur. Untuk menangani hal ini sudah dimulai dengan melakukan analisis agar diketahui apa penyebabnya, serta langsung terjun ke daerah-daerah dengan menempatkan tenaga
(20)
kesehatan di desa-desa, adanya Jampersal, BOK (Bantuan Operasional Kesehatan) serta mengirim dokter spesialis untuk rujukan (Data dan Informasi Kesehatan, 2011).
Di Provinsi Sumatera Utara sampai saat ini tingginya AKI masih merupakan masalah prioritas di bidang kesehatan. AKI ini menggambarkan status kesehatan/gizi ibu selama hamil yang rendah, kondisi wanita pada umumnya, kondisi lingkungan dan masih belum memadainya tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil, melahirkan dan menyusui. Pada tahun 2007 misalnya, AKI yaitu 231 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan pada tahun 2008, AKI ini meningkat menjadi 258 per 100.000 kelahiran hidup. Selanjutnya di tahun 2009 AKI menjadi 260 per 100.000 kelahiran hidup. Sementara di tahun 2010 per Agustus data tersebut adalah 249 per 100.000 kelahiran hidup (Nazhrah, 2012).
Di Kabupaten Nias tahun 2008, AKI tercatat 286 per 100.000 kelahiran hidup. Data ini diperoleh dari Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Nias, dari kejadian AKI yang dilaporkan di puskesmas. Hasil penelitian ini kemudian tidak dapat dijadikan patokan karena data yang diperoleh hanya dari puskesmas, dan tidak melibatkan pusat pelayanan kesehatan yang lain seperti dari klinik, balai pengobatan dan terutama dari RSUD Gunungsitoli sebagai rumah sakit rujukan dan merupakan satu-satunya rumah sakit pemerintah di pulau Nias (Dinkes Nias, 2008).
Tingginya AKI disebabkan oleh berbagai faktor, seperti umur ibu, paritas, kehamilan yang tidak dikehendaki (unwanted pregnancy), komplikasi kehamilan seperti perdarahan, infeksi masa nifas, pre-eklampsi, eklampsi, partus macet, ruptur uteri, komplikasi abortus provokatus. Faktor lain yang mempengaruhi tingginya AKI adalah kurangnya sarana kesehatan, penanganan medis yang tidak tepat, kurangnya
(21)
tenaga kesehatan yang terampil dan kompeten, serta kemiskinan. Tingginya AKI juga dipengaruhi oleh tiga terlambat yang kemudian dikembangkan menjadi empat terlambat, yaitu terlambat pengenalan dini adanya tanda bahaya atau masalah atau faktor resiko melalui skrining antenatal proaktif; terlambat mengambil keputusan oleh keluarga tentang persiapan dan perencanaan persalinan, tempat dan penolong yang sesuai dengan ibu hamil, didukung dengan kesiapan mental, biaya, transportasi dan kesiapan persalinan yang aman; terlambat pengiriman dan transportasi ke pusat rujukan, mencegah keterlambatan ini adalah bertujuan agar sampai di rumah sakit rujukan dengan keadaan ibu dan bayi masih baik; penanganan yang adekuat di rumah sakit rujukan, penanganan diberikan dengan segera, oleh tenaga professional secara efektif dan efesien, baik dilihat dari segi waktu dan biaya (Wahyuningsih, 2009).
Meskipun penanggulangan biaya telah diupayakan melalui program Jamkesmas, namun ada faktor lain yang menghambat penurunan AKI terutama di daerah terpencil seperti di Pulau Nias. Seperti halnya faktor non medik terlambatnya rujukan masih sangat besar pengaruhnya. Hal ini disebabkan karena pengaruh komplikasi persalinan yang tidak terduga, penolong pertama, jumlah penolong dan lama pertolongan di luar rumah sakit, pertolongan estafet atau berantai dan faktor geografis.
Berdasarkan survei awal yang dilakukan peneliti di Rumah Sakit Umum Gunungsitoli Kabupaten Nias, jumlah ibu bersalin yang dirujuk yaitu antara 40-70 orang disetiap bulannya pada Januari 2012 sampai dengan Oktober 2013. Pada tahun 2012, jumlah rujukan ibu bersalin yang masuk ke kamar bersalin mencapai 1210 orang dan pada tahun 2013 per Oktober sebanyak 898 orang. Ibu bersalin yang
(22)
dirujuk sebagian besar dirujuk oleh dokter bersalin dari tempat praktek dokter. Namun walau telah memeriksakan diri pada tenaga kesehatan, seringkali ibu bersalin tidak langsung datang untuk mendapat perawatan di rumah sakit. Beberapa diantaranya ada yang pulang ke kampung untuk mencari pengobatan tradisional atau malah pergi ke praktek bidan. Selain itu, masih ada juga yang dibantu oleh dukun bersalin dan kemudian dilarikan ke tempat praktek bidan dan akhirnya terlambat untuk dirujuk ke rumah sakit. Banyaknya tenaga kesehatan yang tidak kompeten pun mempengaruhi banyaknya masalah terlambat rujukan ibu bersalin. Meski mengetahui bahwa kondisi ibu bersalin harus dirawat di rumah sakit, namun tidak sedikit yang mencoba untuk menangani sendiri sehingga kondisi ibu sudah parah ketika akhirnya dibawa ke rumah sakit. Faktor lain yang turut menunjang terlambatnya rujukan, diantaranya karena yang mengambil keputusan adalah laki-laki atau suami dan keluarga. Sangat jarang untuk meminta atau mendengar pendapat ibu, memutuskan apa yang diinginkannya untuk persalinannya. Hal ini juga membuat terlambatnya ibu untuk datang dirujuk ke rumah sakit.
Survei awal peneliti dilakukan dengan mewawancarai 2 orang ibu bersalin yang dirujuk dengan kondisi yang berbeda. Ibu Y, berumur 32 tahun, telah melahirkan 3 orang anak hidup, pendidikan terakhir kelas II SD, persalinan terakhir ditolong oleh dukun beranak dan karena mengeluarkan banyak darah setelah plasenta lahir ibu dibawa ke bidan dan dirujuk ke RSUD Gunungsitoli. Ibu mengatakan selama kehamilan dan proses persalinan, dia tidak pernah dilibatkan atau ditanyakan pendapatnya. Suami dan keluarga (mertua) yang mengambil keputusan tentang pengobatan dan penolong persalinannya. Keluarga ini bekerja sebagai petani, dengan
(23)
penghasilan kurang dari Rp. 500.000,- per bulan. Keluarga enggan membawa ke puskesmas karena merasa kurang diperhatikan dan pengobatannya juga biasa-biasa saja. Jarak RSUD Gunungsitoli dengan Desa Tetehosi, sekitar 35-37 km dan butuh biaya besar dan tidak selalu ada kendaraan angkutan yang membawa. Karena hal tersebut, keluarga memutuskan untuk memanggil dukun beranak yang sudah biasa menolong persalinan di desa tersebut. Ibu mengatakan telah merasakan perutnya mules sejak kemarin malam dan oleh dukun, ibu Y diurut dengan tujuan agar cepat melahirkan kemudian disuruh mengedan. Pagi hari ibu baru melahirkan dan merasakan kelelahan karena sepanjang malam disuruh mengedan. Setelah plasenta lahir ibu merasakan keluar darah dari jalan lahir terus menerus. Hingga siang hari, darahnya masih keluar. Karena melihat tidak ada perubahan pada kondisi ibu, akhirnya keluarga memutuskan untuk membawa ibu ke tempat bidan. Setelah diperiksa oleh bidan, ibu Y dianjurkan untuk dirujuk ke RSUD. Sore hari, keluarga baru mendapatkan kendaraan untuk membawa ibu ke RS dan memerlukan waktu sekitar 45 menit sampai 1 jam selama diperjalanan.
Ibu X, berumur 35 tahun, memiliki 5 orang anak hidup dan 2 kali mengalami keguguran. Ibu X tidak pernah bersekolah, dan riwayat persalinan yang lalu hanya dilakukan dirumah dan ditolong oleh dukun beranak. Ibu mengatakan kalau sesekali memeriksakan diri ke bidan desa setempat. Kehamilan ini merupakan kehamilan yang tidak direncanakan dan terjadi karena ibu lupa untuk menyuntikan dirinya ke tempat bidan. Ibu bekerja sebagai petani sama dengan anggota keluarga lainnya. Ibu tinggal di Kecamatan Gunungsitoli Selatan tepatnya kurang lebih 8 km dari pusat kota atau RSUD Gunungsitoli. Seminggu yang lalu ibu X sempat memeriksakan diri ke dokter
(24)
spesialis Obgin, oleh dokter ibu dirujuk ke RSUD atas indikasi plasenta previa totalis dan dianjurkan untuk opname. Namun mendengar hal tersebut, suami memutuskan untuk mengumpulkan semua keluarga untuk merembukannya dulu. Ibu baru dibawa ke rumah sakit karena rasa sakit yang menjalar dan darah yang banyak keluar dari jalan lahir, setelah sebelumnya ditolong oleh dukun beranak.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “faktor yang berhubungan dengan keterlambatan rujukan ibu bersalin ke RSUD Gunungsitoli, Kabupaten Nias”.
1.2 Rumusan Masalah
Banyaknya ibu bersalin yang terlambat dirujuk ke RSUD Gunungsitoli, Kabupaten Nias.
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan keterlambatan rujukan ibu bersalin ke RSUD Gunungsitoli, Kabupaten Nias.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Diketahuinya hubungan antara keputusan keluarga dengan keterlambatan rujukan ibu bersalin ke RSUD Gunungsitoli, Kabupaten Nias.
2. Diketahuinya hubungan antara faktor dana dengan keterlambatan rujukan ibu bersalin ke RSUD Gunungsitoli, Kabupaten Nias.
3. Diketahuinya hubungan antara faktor geografis (jarak, waktu dan akses) dengan keterlambatan rujukan ibu bersalin ke RSUD Gunungsitoli, Kabupaten Nias.
(25)
4. Diketahuinya hubungan antara penolong persalinan ibu bersalin dengan keterlambatan rujukan ibu bersalin ke RSUD Gunungsitoli, Kabupaten Nias. 1.4 Manfaat Peneliltian
1. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai masukan dalam rangka meningkatkan upaya pencegahan terlambatnya rujukan terhadap ibu bersalin. 2. Hasil penelitian untuk menambah wawasan dan pengetahuan kesehatan
masyarakat dalam upaya peningkatan derajat kesehatan ibu.
3. Hasil penelitian sebagai referensi kepada pemerintah dalam mengoptimalkan upaya penurunan AKI di pulau Nias dan Provinsi Sumatera Utara khususnya, dan Indonesia pada umumnya.
(26)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keterlambatan Rujukan
Keterlambatan mendapatkan pelayanan kesehatan yang tepat merupakan salah satu penyebab kematian yang tinggi pada ibu bersalin, khususnya di negara berkembang dengan sarana dan fasilitas terbatas. Di negara Indonesia sendiri, sarana dan fasilitas kesehatan masih belum merata diberbagai daerah dan ditambah lagi dengan biaya kesehatan yang tidak murah. Hal ini mengakibatkan masyarakat masih memilih pengobatan tradisional yang mudah ditemukan dengan biaya lebih terjangkau. Namun penanganan yang tidak tepat membuat timbulnya penyakit lain atau komplikasi dari penyakit sehingga lebih parah. Padahal sebagaian besar kematian yang dihadapi masih dapat diselamatkan, bila pertolongan pertama dapat diberikan secara adekuat (Wahyuningsih, 2009) .
Sumber keterlambatan adalah kemiskinan dan pengetahuan yang rendah dan kurangnya pengertian kesejajaran antara pria dan wanita. Keterlambatan pengambilan keputusan untuk merujuk karena perlu mendapat restu suami, keluarga, dan pemuka masyarakat. Selain itu, keterlambatan terjadi karena kekurangan dana dan pada akhirnya keterlambatan memberikan pertolongan di tempat rujukan darurat dan komprehensif (Manuaba, 2001).
Sistem rujukan merupakan suatu sistem pelayanan kesehatan di mana terjadi pelimpahan tanggung jawab timbal balik atas kasus atau masalah kesehatan yang timbul secara horizontal maupun vertikal, baik kegiatan pengiriman penderita, pendidikan maupun penelitian (Saifuddin, 2010).
(27)
Sistem rujukan di Indonesia adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan tanggungjawab dan wewenang secara timbal balik dalam pelayanan kesehatan terhadap satu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal dalam arti dari unit yang berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu atau secara horizontal dalam arti antar unit-unit yang setingkat kemampuannya untuk menciptakan suatu pelayanan kesehatan yang paripurna. Tujuan utama sistem rujukan adalah mampu menyelamatkan ibu, anak dan bayi baru lahir, melalui program rujukan terencana dalam satu wilayah kabupaten, kotamadya, atau provinsi (Wahyuningsih, 2009).
Di Indonesia keterlambatan rujukan dimungkinkan terjadi, mengingat keadaan geografis dengan daerah luas dan distribusi penduduk yang tidak merata. Di samping itu, rumah sakit kabupaten belum seluruhnya mampu memberikan pertolongan pertama yang sangat diperlukan. Keterlambatan dalam mendapatkan pertolongan menjadi kunci utama penyebab tingginya AKI dan AKB di Indonesia. Keterlambatan yang terjadi, dikelompokkan menjadi :
a. Terlambat memutuskan rujukan yang disebabkan : - Kemiskinan dan pengetahuan yang rendah. - Faktor kultur keluarga dan masyarakat. - Kekurangan sarana penunjang.
b. Terlambat dalam perjalanan :
- Distribusi penduduk yang tidak merata
- Dapat dilihat bahwa Indonesia memiliki daerah luas dan kepulauan. - Pusat pelayanan kesehatan tidak merata.
(28)
c. Terlambat dalam memberikan pertolongan di pusat kesehatan. - Kekurangan sarana penunjang.
- Kesiapan memberikan pertolongan belum memadai. - Terlambat mengambil keputusan tindakan.
d. Terlambat diterima di pusat pelayanan kesehatan.
- Keadaan umum penderita yang tidak memungkinkan untuk melakukan tindakan segera.
- Diterima dalam keadaan kritis.
- Obat-obatan “live saving” tidak tersedia (Manuaba, 2001).
Dalam buku Modul Dasar : Bidan di Masyarakat, dikatakan bahwa keterlambatan berarti kematian. Keterlambatan dapat terjadi dimana saja dan untuk alasan yang berbeda; bahwa keterlambatan dapat menyebabkan kematian atau komplikasi yang serius yang dapat mengakibatkan morbiditas; bahwa keterlambatan dapat dicegah; dan bahwa mengatasi masalah ini akan membantu mengurangi masalah kematian ibu. Tahap-tahap keterlambatan, digambarkan dalam 3 tahap :
1. Keterlambatan dalam keputusan untuk mencari pelayanan, hal ini dipengaruhi oleh :
- Status ekonomi, - Status pendidikan, - Status wanita,
- Karakteristik penyakit.
2. Keterlambatan dalam mencapai fasilitas kesehatan, hal ini disebabkan oleh : - Jarak
(29)
- Transportasi - Jalan - Biaya
3. Keterlambatan dalam menerima penanganan yang tepat (Widyastuti, 2001). Sistem rujukan merupakan masalah tersendiri dalam mata rantai tingginya AKI dan AKB. Beberapa faktor yang menyebabkan terlambat melakukan rujukan, diantaranya :
- Faktor kemiskinan dan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang arti penting rujukan untuk mendapatkan pertolongan tepat, cepat, dan adekuat. - Sistem komunal masyarakat dapat menghambat rujukan karena masih
memerlukan persetujuan keluarga dan pemuka masyarakat.
- Belum tersedianya sarana angkutan khusus dari masyarakat dan pemerintah sehingga hambatan dapat diatasi dengan mudah, murah, dan aman (Manuaba, 2001).
Sebagai negara dengan daerah yang luas serta penduduk yang padat, tetapi distribusi tidak merata, masih sulit untuk mengatasi sistem rujukan sehingga menimbulkan faktor keterlambatan rujukan, terlambat diterima di tempat pelayanan, terlambat dikirimkan karena perjalanan yang ditempuh panjang serta memerlukan waktu, dan terlambat mengambil tindakan merupakan masalah tersendiri untuk dapat dikendalikan.
Keterlambatan rujukan juga tergantung pada penolong pertama ibu untuk bersalin. Tingkat pendidikan dan pengalaman dari penolong sangat membantu untuk mendeteksi situasi yang memerlukan penanganan yang lebih adekuat. Tidak jarang
(30)
ibu bersalin ditolong oleh keluarga sendiri atau dukun beranak karena pengalaman persalinan terdahulu. Padahal setiap persalinan berbeda-beda bawaan dan masalah yang dapat terjadi. Komplikasi dan penyakit lain dapat timbul seiring dengan bertambahnya usia, jumlah kelahiran, banyaknya kehamilan dan abortus, dan lain-lain. Ketidaktahuan akan tanda-tanda bahaya ini, mengakibatkan tingkat morbiditas ibu menjadi lebih tinggi (APN, 2011).
Sistem rujukan paripurna terpadu merupakan suatu tatanan, di mana berbagai komponen dalam jaringan pelayanan kebidanan dapat berinteraksi dua arah timbal balik, antara bidan di desa, bidan dan dokter di puskesmas di pelayanan kesehatan dasar, dengan para dokter spesialis di RS kabupaten untuk mencapai rasionalisasi penggunaan sumber daya kesehatan dalam penyelamatan ibu dan bayi baru lahir yaitu penanganan ibu risiko tinggi dengan gawat-obstetrik atau gawat-darurat-obstetrik secara efisien, efektif, profesional, rasional, dan relevan dalam pola rujukan terencana.
1. Rujukan Terencana
Menyiapkan dan merencanakan rujukan ke rumah sakit jauh-jauh hari bagi ibu risiko tinggi. Ada dua macam rujukan terencana, yaitu :
a. Rujukan Dini Berencana (RDB) untuk ibu dengan APGO (Ada Potensi Gawat Obstetri) dan AGO (Ada Gawat Obstetri) – ibu risiko tinggi masih sehat belum inpartu, belum ada komplikasi, ibu berjalan sendiri dengan suami, ke RS naik kendaraan umum dengan tenang, santai, mudah, murah, dan tidak membutuhkan alat ataupun obat.
(31)
b. Rujukan Dalam Rahim (RDR) di dalam RDB terdapat pengertian RDR atau Rujukan In Utero bagi janin ada masalah, janin risiko tinggi masih sehat misalnya kehamilan dengan riwayat obstetri jelek pada ibu diabetes mellitus, partus prematurus iminens. Bagi janin, selama dalam pengiriman rujukan; rahim ibu merupakan alat transportasi dan inkubator alami yang aman, nyaman, hangat, steril, murah, mudah, memberi nutrisi dan O2, tetap ada hubungan fisik dan psikis dalam lindungan ibunya.
2. Rujukan Tepat Waktu/RTW (‘prompt timely referral’) untuk ibu dengan gawat-darurat-obstetrik, pada kelompok AGDO (Ada Gawat Darurat Obstetrik), perdarahan antepartum dan preeklampsia berat/eklampsia dan ibu dengan komplikasi persalinan dini yang dapat terjadi pada semua ibu hamil dengan atau tanpa faktor risiko. Ibu GDO (Gawat Darurat Obstetrik)/Emergency Obstetric membutuhkan RTW dalam penyelamatan ibu/bayi baru lahir (Saifuddin, 2010).
Tabel 2.1 Pedoman Rujukan Terencana
Kelompok Faktor Risiko Masalah Medik Jenis Rujukan Kelompok FR I :
Ada Potensi Gawat Obstetrik (APGO)
1. Primi muda 2. Primi tua
3. Primi tua sekunder 4. Anak kecil < 2 tahun 5. Grande multi
6. Umur ibu > 35 tahun 7. Tinggi badan ± 145 cm 8. Pernah gagal kehamilan 9. Persalinan yang lalu
dengan tindakan 10.Bekas seksio sesarea
Rujukan Dini Berencana (RDB)
Rujukan Dalam Rahim (RDR)
Kelompok FR II : 11.Penyakit ibu
12.Preeklampsia ringan
(32)
Ada Gawat Obstetrik (AGO)
13.Gameli 14.Hidramnion 15.IUFD
16.Hamil serotinus 17.Letak sungsang 18.Letak lintang
Berencana (RDB)
Rujukan Dalam Rahim (RDR)
Kelompok III : Ada Gawat Darurat Obstetrik (AGDO)
19.Perdarahan antepartum 20.Preeklampsia berat/
eklampsia
Rujukan Tepat Waktu (RTW)
Kelompok Risiko :
Kelompok Risiko Rendah (KRR)
Kelompok Risiko Tinggi (KRT)
Kelompok Risiko Sangat Tinggi (KRST)
KOMPLIKASI PERSALINAN
Dini Lanjut
Rujukan Tepat Waktu (RTW)
Rujukan Terlambat Rujukan terencana berhasil menyelamatkan ibu dan bayi baru lahir, pratindakan tidak membutuhkan stabilisasi, penanganan dengan prosedur standar, alat, obat generik, dengan biaya murah terkendali. Sedangkan rujukan terlambat membutuhkan stabilisasi, alat, obat dengan biaya mahal, dengan hasil ibu dan bayi mungkin tidak dapat diselamatkan.
2.2 Antenatal Care
Pemeriksaan antenatal care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil, sehingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberian ASI dan kembalinya reproduksi secara wajar. Asuhan antenatal care juga merupakan pengawasan sebelum persalinan terutama ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.
(33)
1. Maternity care : pelayanan kebidanan pada ibu hamil.
2. Antepartum care : perawatan selama kehamilan sebelum bayi lahir dan lebih ditekankan pada kesehatan ibu.
3. Prenatal care : perawatan sebelum janin lahir dan lebih ditekankan pada kesehatan janin dalam rahim (Manuaba, 1998).
2.2.1 Tujuan Pengawasan Dalam Antenatal Care, yaitu :
1. Antepartum care (antenatal care) yaitu pengawasan hamil yang bertujuan untuk :
a. Kesehatan umum ibu.
b. Menegakkan secara dini penyakit yang menyertai kehamilan. c. Menegakkan secara dini komplikasi kehamilan.
d. Menetapkan risiko kehamilan.
e. Menyiapkan persalinan menuju well born baby dan well health mother. f. Mempersiapkan pemeliharaan bayi dan laktasi.
g. Mengantarkan pulihnya kesehatan ibu yang optimal, pada saat akhir masa nifas.
2. Prenatal care :
a. Pengawasan janin dalam rahim yang ditentukan dengan pemeriksaan khusus.
b. Mengurangi kejadian abortus, prematuritas, dan gangguan neonatus.
c. Evaluasi kala I dan II sehingga terjadi well born baby dan well health mother (Manuaba, 2001).
(34)
- Mempersiapkan remaja baru kawin, menjadi orang tua efektif. - Meningkatkan pengertian bahwa keluarga bagian dari masyarakat.
- Mencari faktor sosial-budaya yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang dan kesehatan umum ibu hamil.
- Meningkatkan pengertian merencanakan keluarga dengan keluarga berencana, untuk meningkatkan kesejahteaan umum keluarga.
- Menanamkan pengertian hubungan seksual yang sehat, untuk meningkatkan keharmonisan keluarga.
- Menghidari PID dan infertilitas (Manuaba, 2001). 2.2.2 Kehamilan dan Janin Dengan Risiko Tinggi
Menurut Ida Bagus Gde Manuaba (2001), faktor risiko yang perlu diperhatian sebagai berikut :
1. Berdasarkan anamnesa a. Umur penderita :
- Kurang dari 19 tahun. - Umur diatas 35 tahun. - Perkawinan diatas 5 tahun. b. Riwayat operasi :
- Operasi plastik pada vagina-fistel atau tumor vagina. - Operasi persalinan atau operasi dalam rahim.
c. Riwayat kehamilan : - Keguguran berulang. - Kematian intrauterin.
(35)
- Sering mengalami perdarahan saat hamil. - Terjadi infeksi saat hamil.
- Anak terkecil 5 tahun tanpa KB.
- Riwayat molahidatidosa atau korio karsinoma. d. Riwayat persalinan :
- Persalinan prematur.
- Persalinan dengan berat bayi lahir rendah. - Persalinan lahir mati.
- Persalinan dengan induksi.
- Persalinan dengan plasenta manual.
- Persalinan dengan perdarahan pascapartus.
- Persalinan dengan tindakan (ekstraksi forceps, ekstraksi vakum, letak sungsang, ektraksi versi, dan operasi S.C.).
2. Hasil pemeriksaan fisik.
a. Hasil pemeriksaan fisik umum : - Tinggi badan kurang dari 145 cm. - Defermitas pada tulang panggul.
- Kehamilan disertai : anemia, penyakit jantung, diabetes mellitus, paru-paru, hepar, atau ginjal.
b. Hasil pemeriksaan kehamilan :
- Kehamilan trimester satu : hiperemesis gravidarum berat, perdarahan, infeksi intrauterin, nyeri abdomen, serviks inkompeten dan kista ovarium atau mioma uteri.
(36)
- Kehamilan trimester kedua dan ketiga : preeklampsia/eklampsia, perdarahan, kehamilan ganda, hidramnion, dan dismaturitas atau gangguan pertumbuhan.
- Kehamilan dengan kelainan letak : sungsang, lintang, kepala belum masuk PAP minggu ke-36 pada primigravida, dan hamil dengan dugaan disproporsi sefalopelvik kehamilan lewat waktu (diatas 42 minggu).
2.2.3 Jadwal Antenatal Care
Pemeriksaan antenatal care yang dianjurkan minimal dilakukan 4 kali yaitu 1 kali pada trimester I, 1 kali pada trimester II dan 2 kali pada trimester III.
1. Trimester I dan II : a. Setiap sebulan sekali. b. Pemeriksaan laboratorium. c. Pemeriksaan ultrasonografi. d. Nasehat diet :
- Empat sehat lima sempurna.
- Protein
½
gr/kg BB atau tambah satu telur/hari. e. Observasi :- Penyakit yang dapat mempengaruhi kehamilan. - Komplikasi kehamilan.
f. Rencana :
(37)
- Menghindari terjadinya komplikasi kehamilan. - Imunisasi tetanus I.
2. Trimester II dan III :
a. Setiap dua minggu dilanjutkan setiap minggu sampai ada tanda kelahiran tiba.
b. Evaluasi data laboratorium. c. Diet empat sehat lima sempurna. d. Pemeriksaan ultrasonografi. e. Imunisasi tetanus II.
f. Observasi :
- Penyakit yang menyertai kehamilan. - Komplikasi hamil trimester III.
- Berbagai kelainan kehamilan trimester III. g. Rencana pengobatan.
h. Nasehat dan petunjuk mengenai : - Tanda Inpartu.
- Kemana harus datang untuk melahirkan (Manuaba, 2001). 2.3 Asuhan Persalinan Normal
Asuhan persalinan normal adalah asuhan yang bersih dan aman selama persalinan dan setelah bayi lahir, serta upaya pencegahan komplikasi terutama perdarahan pascapersalinan, hipotermia, dan asfiksia bayi baru lahir (APN, 2011).
Terdapat lima aspek dasar yang penting dan saling terkait dalam asuhan persalinan yang bersih dan aman. Aspek-aspek tersebut melekat pada setiap
(38)
persalinan, baik normal maupun patologis. Lima aspek dasar ini, juga dikenal dengan Lima Benang Merah, yaitu :
1. Membuat keputusan klinik.
2. Asuhan sayang ibu dan sayang bayi. 3. Pencegahan infeksi.
4. Pencatatan (rekam medik) asuhan persalinan. 5. Rujukan (APN, 2011).
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa banyak ibu di Indonesia yang masih tidak mau meminta pertolongan tenaga penolong persalinan terlatih untuk memberikan asuhan selama persalinan dan kelahiran bayi. Sebagian beralasan bahwa penolong persalinan terlatih tidak benar-benar memperhatikan kebutuhan atau kebudayaan, tradisi dan keingingan pribadi para ibu dalam persalinan dan kelahiran bayinya. Alasan lainnya yang juga berperan karena sebagian besar fasilitas kesehatan memiliki peraturan dan prosedur yang tidak bersahabat dan menakutkan bagi para ibu, seperti tidak memperkenankan ibu untuk berjalan-jalan selama proses persalinan, tidak mengijinkan anggota keluarga menemani ibu, membatasi ibu hanya pada posisi tertentu selama persalinan dan kelahiran bayi dan memisahkan ibu dari bayi segera setelah bayi lahir (APN, 2011).
Indikasi untuk melakukan tindakan dan rujukan segera apabila ditemukan salah satu atau lebih penyulit yang tidak dapat ditangani oleh bidan sendiri, yaitu :
1. Riwayat bedah saesar. 2. Perdarahan pervaginam.
(39)
4. Ketuban pecah disertai dengan mekonium kental. 5. Ketuban pecah lama (lebih dari 24 jam).
6. Ketuban pecah pada kehamilan kurang bulan (usia kehamilan < 37 minggu). 7. Ikterus.
8. Anemia berat. 9. Tanda/gejala infeksi.
10. Pre-eklampsia atau hipertensi dalam kehamilan. 11. Tinggi fundus 40 cm atau lebih.
12. Gawat janin.
13. Primipara dalam fase aktif kala satu persalinan dan kepala janin masih 5/5. 14. Presentasi bukan belakang kepala.
15. Presentasi ganda (majemuk). 16. Kehamilan ganda atau gameli. 17. Tali pusat menumbung. 18. Syok (Varney, 2007). 2.3.1 Proses Persalinan
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit (APN, 2011).
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan, melalui jalan lahir atau melalui
(40)
jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan ibu sendiri) (Sulistyawati, 2010).
Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks (Saifuddin, 2010).
Tanda dan gejala inpartu termasuk : - Penipisan dan pembukaan serviks
- Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks (frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit)
- Cairan lendir bercampur darah (show) melalui vagina (APN, 2011). 2.3.2 Kala Satu Persalinan
Kala satu persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks membuka lengkap (10 cm). Kala satu persalinan terdiri atas dua fase, yaitu fase laten dan fase aktif.
Indikasi untuk melakukan tindakan dan rujukan segera selama kala satu persalinan, apabila ada temuan anamnesis atau hasil pemeriksaan yaitu :
1. Riwayat bedah sesar.
2. Perdarahan per vaginam selain lendir bercampur darah (show). 3. Persalinan dengan kehamilan kurang dari 37 minggu.
4. Ketuban pecah disertai dengan keluarnya mekonium kental.
5. Ketuban pecah dan air ketuban bercampur dengan mekonium disertai tanda-tanda gawat janin.
(41)
6. Ketuban pecah (lebih dari 24 jam) atau ketuban pecah pada kehamilan kurang bulan (usia kehamilan kurang dari 37 minggu).
7. Tanda atau gejala infeksi : - Temperatur > 38 °C. - Menggigil.
- Nyeri abdomen.
- Cairan ketuban berbau.
8. Tekanan darah lebih dari 160/110 mmHg dan/atau terdapat protein dalam urine (pre-eklampsia berat).
9. Tinggi fundus uteri 40 cm atau lebih (makrosomia, polihidramnion, kehamilan ganda).
10. Djj kurang dari 100 x/menit atau lebih dari 180 x/menit pada dua kali penilaian dengan jarak 5 menit (gawat janin).
11. Primipara dalam fase aktif kala satu persalinan dengan penurunan kepala janin 5/5.
12. Presentasi bukan kepala (sungsang, letak lintang).
13. Presentasi ganda (majemuk) : adanya bagian lain dari janin, misalnya lengan atau tangan bersamaan dengan presentasi belakang kepala.
14. Tali pusat menumbung (jika tali pusat masih berdenyut). 15. Tanda dan gejala syok :
- Nadi cepat, lemah (lebih dari 110 x/menit). - Tekanan darah menurun (sistolik < 90 mmHg). - Pucat.
(42)
- Berkeringat atau kulit lembab, dingin. - Nafas cepat (> 30 x/menit).
- Cemas, bingung atau tidak sadar. - Produksi urin sedikit (< 30 ml/jam). 16. Tanda dan gejala fase laten berkepanjang :
- Pembukaan serviks kurang dari 4 cm setelah 8 jam. - Kontraksi teratur (lebih dari 2 kali dalam 10 menit). 17. Tanda dan gejala belum inpartu :
- Frekuensi kontraksi kurang dari 2 kali dalam 10 menit dan lamanya kurang dari 10 detik.
- Tidak ada perubahan pada serviks dalam waktu 1 hingga 2 jam. 18. Tanda dan gejala partus lama :
- Pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada patograf. - Pembukaan serviks kurang dari 1 cm per jam.
- Frekuensi kontraksi kurang dari 2 kali dalam 10 menit dan lamanya kurang dari 40 detik (APN, 2011).
2.3.3 Kala Dua Persalinan
Kala dua persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi atau disebut sebagai kala pengeluaran bayi.
Indikasi untuk melakukan tindakan dan rujukan segera selama kala dua persalinan, bila ditemukan :
1. Tanda dan gejala syok :
(43)
- Tekanan darah rendah (sistolik < 90 mmHg). - Pucat pasi.
- Berkeringat atau dingin, kulit lembab. - Nafas cepat (> 30 x/menit).
- Cemas, bingung atau tidak sadar. - Produksi urin sedikit (< 30 cc/jam). 2. Tanda atau gejala dehidrasi :
- Perubahan nadi (110 x/menit atau lebih). - Urin pekat.
- Produksi urin sedikit (< 30 cc/jam). 3. Tanda atau gejala infeksi :
- Nadi cepat (110 x/menit atau lebih). - Suhu lebih dari 38 ºC.
- Menggigil.
- Air ketuban atau cairan vagina yang berbau. 4. Tanda atau gejala pre-eklampsia ringan :
- Tekanan darah diastolik 90-110 mmHg. - Proteinuria hingga 2+.
5. Tanda atau gejala preeklampsia berat atau eklampsia : - Tekanan darah diastolik 110 mmHg atau lebih.
- Tekanan darah diastolik 90 mmHg atau lebih dengan kejang. - Nyeri kepala.
(44)
- Kejang (eklampsia). 6. Tanda-tanda inersia uteri :
- Kurang dari 3 kontraksi dalam waktu 10 menit, dan lama kontraksi kurang dari 40 detik.
7. Tanda gawat janin :
- DJJ < 120 x/menit atau > 160 x/menit, mulai waspada tanda awal gawat janin.
- DJJ < 100 x/menit atau > 180 x/menit. 8. Kepala bayi tidak turun :
- Jika bayi tidak lahir setelah 2 jam meneran pada primigravida atau 1 jam pada multigravida.
9. Tanda-tanda distosia bahu :
- Kepala bayi tidak melakukan putar paksi luar.
- Kepala bayi keluar kemudian tertarik kembali ke dalam vagina (kepala kura-kura).
- Bahu bayi tidak lahir.
10. Tanda-tanda cairan ketuban bercampur mekonium :
- Cairan ketuban berwarna hijau (mengandung mekonium). 11. Tanda-tanda tali pusat menumbung :
- Tali pusat teraba atau terlihat saat periksa dalam. 12. Kehamilan kembar tak terdeteksi (APN, 2011).
(45)
2.3.4 Kala Tiga Persalinan
Persalinan kala tiga dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban.
Persalinan kala tiga dilaksanakan dengan melakukan manajemen aktif kala tiga. Tujuan manajemen aktif kala tiga adalah untuk menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat mempersingkat waktu, mencegah perdarahan dan mengurangi kehilangan darah kala tiga persalinan jika dibandingkan dengan pelaksanaan fisiologis. Sebagian besar kasus kesakitan dan kematian ibu di Indonesia disebabkan oleh perdarahan pascapersalinan dimana sebagian besar disebabkan oleh atonia uteri dan retensio plasenta yang sebenarnya dapat dicegah dengan melakukan manajemen aktif kala tiga (Saifuddin, 2010).
2.3.5 Kala Empat Persalinan
Persalinan kala empat dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah itu.
Indikasi untuk melakukan tindakan dan rujukan segera selama kala tiga dan empat persalinan, bila ditemukan :
1. Tanda atau gejala retensio plasenta. 2. Tanda atau gejala avulsi (putus) tali pusat.
3. Tanda atau gejala bagian plasenta yang tertahan (plasenta rest). 4. Tanda atau gejala atonia uteri :
- Perdarahan pascapersalinan.
- Uterus lembek dan tidak berkontraksi.
(46)
6. Tanda atau gejala syok :
- Nadi cepat, lemah (110 x/menit atau lebih). - Tekanan darah rendah (sistolik < 90 mmHg). - Berkeringat atau dingin, kulit lembab.
- Nafas cepat (> 30 x/menit).
- Cemas, kesadaran menurun atau tidak sadar. - Produksi urin sedikit (< 30 cc/jam).
7. Tanda atau gejala dehidrasi :
- Meningkatnya nadi (100 x/menit atau lebih). - Temperatur tubuh diatas 38ºC.
- Urin pekat.
- Produksi urin sedikit (< 30 cc/jam). 8. Tanda atau gejala infeksi :
- Nadi cepat (110 x/menit atau lebih). - Temperatur tubuh diatas 38ºC. - Kedinginan.
- Cairan vagina yang berbau busuk. 9. Tanda atau gejala preeklampsia :
- Tekanan darah diastolik 90-110 mmHg. - Proteinuria.
10. Tanda atau gejala preeklampsia berat atau eklampsia : - Tekanan darah diastolik 90-110 mmHg.
(47)
2.4 Penanganan Kegawatdaruratan
Kasus gawatdarurat obstetri ialah kasus obstetri yang apabila tidak segera ditangani berakibat kesakitan yang berat, bahkan kematian ibu dan janinnya. Kasus ini merupakan penyebab utama kematian ibu, janin, dan bayi baru lahir.
Mengenal kasus gawat darurat obstetri secara dini sangat penting agar pertolongan yang cepat dan tepat dapat dilakukan. Mengenal kasus tersebut tidak mudah dilakukan, bergantung pada pengetahuan, kemampuan daya pikir dan daya analisis, serta pengalaman tenaga penolong. Karena kesalahan ataupun keterlambatan dalam menentukkan kasus dapat berakibat fatal (Trijatmo, 2010).
2.4.1 Penilaian Awal
Dalam menentukan kondisi yang dihadapi, harus dilakukan pemeriksaan secara sistematis meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik umum, dan pemeriksaan obstetrik. Penilaian awal ialah langkah pertama untuk menentukan dengan cepat kasus obstetri yang dicurigai dalam keadaan gawat darurat dan membutuhkan pertolongan segera dengan mengidentifikasi penyulit (komplikasi) yang dihadapi. Fokus utama penilaian adalah apakah pasien mengalami syok hipovolemik, syok septik, syok jenis lain (syok kardiogenik, syok neurologik, dan sebagainya), koma, kejang-kejang, atau koma disertai kejang-kejang dan hal itu terjadi dalam kehamilan, persalinan, pascapersalinan atau masa nifas (Trijatmo, 2010).
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi penilaian awal, yaitu : 1. Penilaian dengan melihat keadaan umum ibu (inspeksi) :
a. Menilai kesadaran penderita : pingsan, koma, kejang-kejang, gelisah, tampak kesakitan.
(48)
b. Menilai wajah penderita : pucat, kemerahan, banyak berkeringat. c. Menilai pernapasan : cepat, sesak napas.
d. Menilai perdarahan dari kemaluan. e. Penilaian dengan periksa raba (palpasi) :
- Kulit : dingin, demam.
- Nadi : lemah/kuat, cepat/normal. - Kaki atau tungkai bawah bengkak. 2. Penilaian tanda vital :
Tekanan darah, nadi, suhu dan pernapasan. 2.4.2 Penilaian Klinik Lengkap
Apabila pada penilaian awal tidak ditemukan tanda-tanda syok, maka dilanjutkan dengan pemeriksaan klinik lengkap meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik umum, dan pemeriksaan obstetri termasuk pemeriksaan panggul secara sistematis meliputi :
1. Anamnesis : diajukan kepada pasien atau keluarganya. - Masalah/keluhan utama.
- Riwayat penyakit/masalah tersebut, termasuk obat-obatan yang sudah didapat.
- Tanggal haid pertama yang terakhir dan riwayat haid. - Riwayat kehamilan sekarang.
- Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu termasuk kondisi anaknya.
(49)
- Riwayat pembedahan.
- Riwayat alergi terhadap obat. 2. Pemeriksaan fisik umum :
- Penilaian keadaan umum dan kesadaran penderita.
- Penilaian tanda vital (tekanan darah, suhu, nadi dan pernapasan). - Pemeriksaan kepala dan leher.
- Pemeriksaan dada (pemeriksaan jantung dan paru-paru).
- Pemeriksaan perut (kembung, nyeri tekan atau nyeri lepas, tanda abdomen akut, cairan bebas dalam rongga perut).
- Pemeriksaan anggota gerak. 3. Pemeriksaan obstetri :
- Pemeriksaan vulva dan perineum. - Pemeriksaan vagina.
- Pemeriksaan serviks.
- Pemeriksaan rahim (besarnya, kelainan bentuk, tumor, dan sebagainya). - Pemeriksaan adneksa.
- Pemeriksaan his frekuensi, lama, kekuatan, relaksasi, simetri dan dominasi fundus.
- Pemeriksaan janin : 4. Pemeriksaan panggul. 5. Pemeriksaan laboratorium.
2.4.3 Prinsip Umum Penanganan Gawatdarurat 1. Pastikan jalan napas bebas.
(50)
2. Pemberian oksigen.
3. Pemberian cairan intravena. 4. Pemberian transfusi darah. 5. Pasang kateter kandung kemih. 6. Pemberian antibiotika.
7. Obat pengurang rasa nyeri. 8. Penanganan masalah utama. 9. Rujukan (Trijatmo, 2010).
2.4.4 Upaya Pemerintah dalam Menurunkan AKI dan AKB
Dalam upaya pemerintah untuk menurunkan AKI dan AKB dilaksanakan dengan jalan :
1. Mendekatkan pelayanan pada masyarakat.
a. Mendekatkan fasilitas kesehatan tingkat puskesmas dan puskesmas pembantu ditengah masyarakat sehingga memudahkan masyarakat memanfaatkannya.
b. Menempatkan bidan, di desa dengan kemampuan fasilitas dan tugas khusus.
2. Meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat. 3. Penempatan bidan desa :
- Diharapkan dapat menggantikan dukun.
- Dapat melakukan pertolongan persalinan dengan risiko rendah.
- Melaksanakan pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat. - Meningkatkan penerimaan gerakan keluarga berencana.
(51)
- Pendidikan dan pelatihan terhadap dukun beranak. - Meningkatkan rujukan.
4. Meningkatkan partisipasi masyarakat.
a. Meningkatkan tatap muka melalui posyandu.
b. Meningkatkan penerimaan “Gerakan Sayang Ibu” dengan partisipasi masyarakat (Manuaba, 2001).
(52)
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah observasional, dengan metode pengumpulan data secara cross sectional yaitu pengumpulan seluruh variabel dilakukan pada waktu yang bersamaan.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUD Gunungsitoli Kabupaten Nias, terletak di Jl. Dr. Cipto Mangunkusumo No. 15, Kota Gunungsitoli, Kabupaten Nias, Provinsi Sumatera Utara.
3.2.2 Waktu Penelitian
Waktu dalam penelitian dimulai dari Februari sampai dengan Mei 2014. 3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi adalah seluruh ibu bersalin yang dirujuk di RSUD Gunungsitoli, tahun 2014.
3.3.2 Sampel
Teknik pengambilan sampel secara consecutive artinya pasien yang datang pada saat penelitian dijadikan sebagai sampel. Sampel yaitu seluruh ibu bersalin yang datang dirujuk ke RSUD Gunungsitoli tanggal 20 – 31 Mei 2014, yang berjumlah 19 orang.
(53)
3.4 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. 3.4.1 Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden atau keluarga melalui teknik wawancara sesuai dengan kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya dan observasi menggunakan cheklist.
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari rekam medik dan catatan medik ruang kamar bersalin RSUD Gunungsitoli.
3.5 Definisi Operasional 3.5.1 Variabel Dependen
Keterlambatan rujukan ibu bersalin adalah terlambatnya proses mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih adekuat bagi ibu dalam proses persalinan. Batasannya dikatakan terlambat yaitu apabila ditemukan salah satu atau lebih indikasi yang memerlukan rujukan segera dalam proses kala persalinan namun penolong persalinan tidak segera merujuk dan melakukan tindakan intervensi lain untuk melanjutkan proses persalinan.
I. Kala I Persalinan
Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) serta terjadi pembukaan serviks sampai pembukaan serviks lengkap (10 cm). Kondisi tidak terlambat jika dalam proses kala I persalinan ditemui indikasi rujukan segera, oleh penolong persalinannya ibu bersalin segera dirujuk ke RSUD Gunungsitoli.
(54)
Indikasi untuk melakukan tindakan dan rujukan segera apabila dalam proses persalinan kala I ditemukan salah satu atau lebih penyulit, yaitu :
19. Riwayat bedah saesar.
20. Perdarahan pervaginam, dengan indikasi plasenta previa, plasenta letak rendah, solutio plasenta.
21. Persalinan kurang bulan (usia kehamilan < 37 minggu). 22. Ketuban pecah disertai dengan keluarnya mekonium kental.
23. Ketuban pecah lama (lebih dari 24 jam) atau ketuban pecah pada kehamilan kurang bulan (usia kehamilan < 37 minggu).
24. Tanda atau gejala infeksi : - Temperatur > 38ºC. - Menggigil.
- Cairan vagina dan cairan ketuban berbau busuk. 25. Pre-eklampsia atau hipertensi dalam kehamilan.
26. Tinggi fundus uteri 40 cm atau lebih (makrosomia, polihidramnion, kehamilan ganda).
27. Gawat janin, ditandai dengan djj kurang dari 100 x/menit atau lebih dari 180 x/menit.
28. Primipara dalam fase aktif kala satu persalinan dengan penurunan kepala janin 5/5.
29. Presentasi bukan belakang kepala, seperti presentasi puncak kepala, presentasi dahi, presentasi muka, presentasi letak lintang, presentasi bokong, presentasi kaki.
(55)
30. Presentasi ganda (majemuk), misalnya presentasi belakang kepala bersamaan dengan tangan.
31. Tali pusat menumbung (jika tali pusat masih berdenyut). 32. Syok, ditandai dengan :
- Nadi cepat, lemah (110 x/menit atau lebih). - Tekanan darah rendah (sistolik < 90 mmHg). - Berkeringat atau dingin, kulit lembab.
- Nafas cepat (> 30 x/menit).
- Cemas, kesadaran menurun atau tidak sadar. - Produksi urin sedikit (< 30 cc/jam).
33. Tanda dan gejala fase laten berkepanjang :
- Pembukaan serviks kurang dari 4 cm setelah 8 jam. - Kontraksi teratur (lebih dari 2 kali dalam 10 menit). 34. Tanda dan gejala belum inpartu :
- Frekuensi kontraksi kurang dari 2 kali dalam 10 menit dan lamanya kurang dari 10 detik.
- Tidak ada perubahan pada serviks dalam waktu 1 hingga 2 jam. 35. Tanda dan gejala partus lama :
- Pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada patograf. - Pembukaan serviks kurang dari 1 cm per jam.
- Frekuensi kontraksi kurang dari 2 kali dalam 10 menit dan lamanya kurang dari 40 detik.
(56)
- Ibu sudah dipimpin meneran 2 jam untuk primigravida dan 1 jam untuk multigravida.
36. Gagal induksi dengan tanda : - Fetal distres.
- Prolapus punikuli atau tangan. - Terjadi kelainan letak kepala janin. - Ketuban telah pecah lebih dari 6 jam.
- Cairan induksi telah diberikan 1000 cc cairan dan dengan jumlah tetesan masimum (40 tetes/menit), namun his tidak adekuat.
II. Kala II Persalinan
Kala dua persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kondisi tidak terlambat, jika ibu bersalin dalam proses kala II persalinan ditemui adanya penyulit yang memerlukan tindakan rujukan, segera dirujuk oleh penolong pertama persalinannya ke RSUD Gunungsitoli. Indikasi untuk melakukan tindakan dan rujukan segera selama kala II persalinan, bila ditemukan :
1. Syok, ditandai dengan :
- Nadi cepat, lemah (110 x/menit atau lebih). - Tekanan darah rendah (sistolik < 90 mmHg). - Berkeringat atau dingin, kulit lembab.
- Nafas cepat (> 30 x/menit).
- Cemas, kesadaran menurun atau tidak sadar. - Produksi urin sedikit (< 30 cc/jam).
(57)
2. Tanda dan gejala infeksi :
- Nadi cepat (110 x/menit atau lebih). - Suhu lebih dari 38ºC.
- Menggigil.
- Air ketuban atau cairan vagina yang berbau. 3. Tanda dan gejala preeklampsia berat atau eklampsia :
- Tekanan darah diastolik 110 mmHg atau lebih.
- Tekanan darah diastolik 90 mmHg atau lebih dengan kejang. - Nyeri kepala.
- Gangguan penglihatan. - Kejang (eklampsia).
4. Gawat janin, ditandai dengan djj kurang dari 100 x/menit atau lebih dari 180 x/menit.
5. Kepala bayi tidak turun :
- Jika bayi tidak lahir setelah 2 jam meneran pada primigravida atau 1 jam pada multigravida.
6. Tanda-tanda distosia bahu :
- Kepala bayi tidak melakukan putar paksi luar.
- Kepala bayi keluar kemudian ditarik kembali ke dalam vagina (kepala kura-kura).
- Bahu bayi tidak lahir.
7. Cairan ketuban berwarna hijau, dapat diakibatkan karena kehamilan postdate atau persentasi bokong.
(58)
8. Tanda tali pusat menumbung :
- Tali pusat teraba atau terlihat pada waktu pemeriksaan dalam. 9. Kehamilan kembar tak terdeteksi.
III. Kala III dan IV Persalinan
Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Kala IV persalinan dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir setelah 2 jam. Kondisi tidak terlambat, jika dalam proses persalinan pada kala III atau kala IV ditemui indikasi rujukan segera, oleh penolong pertama persalinannya ibu bersalin segera dirujuk ke RSUD Gunungsitoli.
Indikasi untuk melakukan tindakan dan rujukan segera selama kala III dan kala IV persalinan, bila ditemukan :
1. Tanda retensio plasenta yaitu plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit walau manajemen aktif kala tiga telah dilaksanakan.
2. Tanda atau gejala avulsi (putus) tali pusat : - Tali pusat putus.
- Plasenta belum atau tidak lahir.
3. Tanda atau gejala bagian plasenta yang tertahan :
- Bagian permukaan plasenta yang menempel pada ibu hilang. - Bagian selaput ketuban hilang/robek.
- Perdarahan pasca persalinan.
4. Tanda atau gejala atonia uteri, yaitu tidak adanya kontraksi uterus setelah plasenta lahir, ditandai dengan :
(59)
- Uterus lembek dan tidak berkontraksi.
5. Tanda atau gejala robekan vagina, perineum atau serviks, terutama pada tingkat III dan tingkat IV.
6. Tanda atau gejala syok :
- Nadi cepat, lemah (110 x/menit atau lebih). - Tekanan darah rendah (siastolik < 90 mmHg). - Berkeringat atau dingin, kulit lembab.
- Nafas cepat (> 30 x/menit).
- Cemas, kesadaran menurun atau tidak sadar. - Produksi urin sedikit (< 30 cc/jam).
7. Tanda atau gejala dehidrasi :
- Meningkatnya nadi (100 x/menit). - Temperatur tubuh diatas 38°C. - Urine pekat.
- Produksi urin sedikit (< 30 cc/jam). 8. Tanda atau gejala infeksi :
- Nadi cepat (110 x/menit atau lebih). - Temperatur tubuh diatas 38ºC. - Menggigil.
- Cairan vagina yang berbau.
9. Tanda atau gejala preeklampsia berat atau eklampsia : - Tekanan darah diastolik 90-110 mmHg.
(60)
3.5.2 Variabel Independen
Defenisi operasional variabel independen adalah sebagai berikut:
1. Keputusan keluarga yaitu yang membuat keputusan untuk tindakan rujukan dalam keluarga (suami, bapak, ibu, mertua dan saudara/i kandung) dan cara pengambilan keputusannya.
2. Faktor dana adalah kesediaan uang dari keluarga dalam menghadapi rujukan ibu ke RSUD Gunungsitoli.
3. Faktor geografis yaitu jarak, waktu, dan akses yang dibutuhkan untuk ke RSUD Gunungsitoli.
- Jarak yaitu angka yang menunjukan seberapa jauh antara tempat persalinan dengan RSUD Gunungsitoli.
- Waktu yaitu lamanya proses rujukan hingga sampai ke RSUD Gunungsitoli.
- Akses yaitu : ketersediaan transportasi untuk menuju RSUD Gunungsitoli. 4. Penolong persalinan adalah semua orang yang menolong dan menangani
proses persalinan ibu, tempat bersalin dan yang merujuk ibu bersalin sebelum akhirnya dirujuk ke RSUD Gunungsitoli.
3.6 Aspek Pengukuran 3.6.1 Variabel Dependen
Ibu bersalin yang dirujuk ke RSUD Gunungsitoli, dikategorikan :
Tidak terlambat = jika ibu dalam kala persalinan dengan satu atau lebih indikasi rujukan segera, langsung dirujuk oleh penolong persalinan pertama ke RSUD Gunungsitoli; tanpa melakukan intervensi lain
(61)
yang berhubungan dengan usaha untuk melanjutkan proses persalinan tersebut.
Terlambat = jika ibu dalam kala persalinan dengan satu atau lebih indikasi rujukan segera, tidak langsung dirujuk ke RSUD Gunungsitoli. 3.6.2 Variabael Independen
1. Keputusan Keluarga
Variabel keputusan keluarga diukur dengan 7 pertanyaan, jika jawaban ya maka diberi skor 1 dan tidak diberi skor 0.
Berdasarkan interpretasi jawaban responden, dibuat gambaran dan kesimpulan yang dikategorikan menjadi 2 (dua) kategori, yaitu : cepat dalam pengambilan keputusan dan lambat dalam pengambilan keputusan.
2. Faktor Dana
Variabel faktor dana diukur dengan 5 pertanyaan, jika jawaban ya diberi skor 1 dan jika tidak diberi skor 0. Berdasarkan interpretasi jawaban responden, dibuat gambaran dan kemuadian yang dikategorikan menjadi 2 (dua) kategori, yaitu : ada tersedia dana dan tidak tersedia dana.
3. Faktor Geografis
Variabel faktor geografis diukur dengan 5 pertanyaan, jika jawaban adalah ya maka diberi skor 1 dan jika tidak diberi skor 0. Berdasarkan interpretasi jawaban responden, dibuat gambaran dan kesimpulan yang dikategorikan menjadi 2 (dua) kategori, yaitu : faktor geografis yang tidak sulit dan faktor geografis sulit.
(62)
4. Penolong Persalinan
Variabel penolong persalinan dinilai berdasarkan hasil cheklist instrumen penelitian. Berdasarkan interpretasi jawaban responden, dibuat gambaran dan kesimpulan yang dikategorikan menjadi 2 (dua) kategori : penolong persalinan kompeten dan penolong persalinan tidak kompeten.
3.7 Teknik Pengolahan Data
Data yang sudah terkumpul diolah secara manual dan komputerisasi untuk mengubah data menjadi informasi. Adapun langkah-langkah dalam pengolahan data dimulai dari editing, yaitu memeriksa kebenaran data yang diperlukan. Coding yaitu memberikan kode numerik atau angka kepada masing-masing kategori. Entry data yaitu memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel atau data base komputer.
3.8 Analisis Data
1. Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi yang menggambarkan secara tunggal faktor yang berhubungan dengan keterlambatan rujukan ibu bersalin ke RSUD Gunungsitoli.
Analisis Bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan masing-masing variabel independen yaitu keputusan keluarga, faktor dana, faktor geografis dan penolong persalinan dengan variabel dependen yaitu keterlambatan rujukan ibu bersalin menggunakan uji Chi Square.
(63)
2.5 Kerangka Konsep Penelitian
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian. 2.6 Hipotesis Penelitian
1. Adanya hubungan antara keputusan keluarga dengan keterlambatan rujukan ibu bersalin ke rumah sakit.
2. Adanya hubungan antara faktor dana dengan keterlambatan rujukan ibu bersalin ke rumah sakit.
3. Adanya hubungan antara faktor geografis (jarak, waktu dan akses) dengan keterlambatan rujukan ibu bersalin ke rumah sakit.
4. Adanya hubungan antara penolong persalinan ibu bersalin dengan keterlambatan rujukan ibu bersalin ke rumah sakit.
Faktor dana
Faktor geografis
Penolong persalinan
[[
Keterlambatan rujukan ibu bersalin Keputusan
(64)
BAB IV
HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum RSUD Gunungsitoli
4.1.1 Lokasi RSUD Gunungsitoli
Rumah Sakit Umum Daerah Gunungsitoli adalah rumah sakit pemerintah kelas C yang berada di Kabupaten Nias, tepatnya di Jl. Dr. Cipto Mangunkusumo No. 15, Gunungsitoli, Kabupaten Nias, Propinsi Sumatera Utara. Rumah sakit ini merupakan satu-satunya rumah sakit pusat rujukan kesehatan di wilayah Kepulauan Nias.
Adapun RSUD Gunungsitoli, mempunyai visi dan misi yaitu :
Visi : Menjadi rumah sakit umum daerah dengan pelayanan, berkualitas, mandiri, terpercaya dan sebagai pusat rujukan di Kepulauan Nias tahun 2016.
Misi : 1. Meningkatkan sumber daya manusia berkualitas yang memiliki kompetensi pada bidangnya melalui pelatihan berkesinambungan.
2. Melaksanakan upaya percepatan rumah sakit terakreditasi dan menjadi badan pelayanan umum.
3. Melaksanakan manajemen yang transparan, kredibel, dan akuntabel. 4. Meningkatkan pemenuhan ketersediaan sarana dan prasarana serta
prosedur sederhana dan terjangkau. 4.1.2 Fasilitas Pelayanan yang Tersedia
I. Pelayanan Medis : 1. Instalasi Rawat Jalan
(65)
b. Poli Penyakit Bedah c. Poli Anak
d. Poli Kebidanan/Ibu Hamil (PIH) e. Poli Gigi
f. Poli Saraf g. Poli THT h. Poli Mata
2. Instalasi Rawat Inap :
a. Ruang Penyakit Dalam (RPD) : 28 tempat tidur b. Ruang Penyakit Bedah (RPB) : 30 tempat tidur c. Ruang Perinatologi : 4 tempat tidur d. Intensive Care Unit (ICU) : 6 tempat tidur e. Ruang Perawatan Kebidanan (RPK) : 30 tempat tidur f. Ruang Kesehatan Anak (RKA) : 20 tempat tidur 3. Instalasi Gawat Darurat 24 jam.
4. Instalasi Bedah Sentral : 4 kamar operasi 5. Instalasi Haemodialisa
6. Instalasi Kamar Bersalin II. Pelayanan Penunjang Medis
1. Laboratorium 2. Instalasi Gizi
3. Instalasi Fisioterapi/Rehabilitasi Medik III. Pelayanan Penunjang Non Medik
(66)
1. Instalasi Farmasi 2. Instalasi Gizi 3. Instalasi CSSD 4. Instalasi Oksigen IV. Pelayanan Non Medik
1. Instalasi Pemulasaran Jenazah 2. Laundry
4.2 Hasil Analisis Univariat 4.2.1 Umur
Umur dibedakan atas tiga kategori yaitu ibu berumur di bawah 25 tahun, 25-30 tahun, dan diatas 30 tahun. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa dari 19 ibu bersalin yang dirujuk ke RSUD Gunungsitoli, yang paling banyak berumur 25-30 tahun yang berjumlah 9 orang (47,4%) dan yang paling sedikit berumur di bawah 25 tahun yang berjumlah 2 orang (10,5%). Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur
No. Umur
(Tahun)
Jumlah Persentase
(%)
1. <25 2 10,5
2. 25-30 9 47,4
3. >30 8 42,1
Total 19 100,0
4.2.2 Pekerjaan
Pekerjaan dibedakan atas empat kategori yaitu pegawai negeri sipil (PNS), wiraswasta, petani, dan ibu rumah tangga (IRT). Berdasarkan hasil penelitian
(67)
diperoleh bahwa dari 19 ibu bersalin yang dirujuk ke RSUD Gunungsitoli, yang paling banyak bekerja sebagai ibu rumah tangga (IRT) yang berjumlah 11 orang (57,9%) dan yang paling sedikit bekerja sebagai wiraswata yang berjumlah 1 orang (5,3%). Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan
No. Pekerjaan Jumlah Persentase
(%)
1. Ibu Rumah Tangga (IRT) 11 57,9
2. Petani 5 26,3
3. Pegawai Negeri Sipil (PNS) 2 10,5
4. Wiraswasta 1 5,3
Total 19 100,0
4.2.3 Frekuensi Kehamilan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa dari 19 ibu bersalin yang dirujuk ke RSUD Gunungsitoli, yang paling banyak adalah ibu yang mengalami kehamilan 1 kali yang berjumlah 5 orang (26,3%) dan yang paling sedikit adalah ibu yang mengalami kehamilan 6 kali, 7 kali, dan 8 kali, masing-masing berjumlah 1 orang (5,3%). Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Kehamilan
No. Frekuensi Kehamilan Jumlah Persentase
(%)
1. 1 Kali 5 26,3
2. 2 Kali 4 21,0
3. 3 Kali 3 15,8
4. 4 Kali 4 21,0
5. 6 Kali 1 5,3
6. 7 Kali 1 5,3
7. 8 Kali 1 5,3
(68)
4.2.4 Frekuensi Persalinan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa dari 19 ibu bersalin yang dirujuk ke RSUD Gunungsitoli, yang paling banyak adalah ibu yang belum pernah bersalin yang berjumlah 6 orang (31,6%) dan yang paling sedikit adalah ibu mengalami persalinan 3 kali dan 5 kali, masing-masing berjumlah 1 orang (5,3%). Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Persalinan
No. Frekuensi Persalinan Jumlah Persentase
(%)
1. Belum Pernah 6 31,6
2. 1 Kali 4 21,0
3. 2 Kali 3 15,8
4. 3 Kali 3 15,8
5. 4 Kali 1 5,3
6. 6 Kali 2 10,5
Total 19 100,0
4.2.5 Frekuensi Abortus
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa dari 19 ibu bersalin yang dirujuk ke RSUD Gunungsitoli, yang tidak pernah abortus berjumlah 12 orang (63,2%) dan yang 1 kali abortus berjumlah 7 orang (36,8%). Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Abortus
No. Frekuensi Abortus Jumlah Persentase
(%)
1. Tidak Pernah 12 63,2
2. 1 Kali 7 36,8
(69)
4.2.6 Keterlambatan Rujukan Ibu Bersalin
Berdasarkan penelitian, diperoleh 19 ibu bersalin yang dirujuk ke RSUD Gunungsitoli. Adapun keadaan ibu yang dirujuk dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Distribusi Intervensi Tindakan Sebelum Dirujuk ke RSUD Gunungsitoli
Responden Indikasi Rujukan Segera Intervensi Tindakan Sebelum Rujukan
Keterangan Rujukan 1 Kala I :
- Riwayat bedah saesar kurang dari 2 tahun
- Ketuban pecah > 24 jam
Ada Terlambat
2 Kala I :
- Ketuban pecah > 24 jam - Presentasi bukan kepala - Tanda dan gejala fase laten
berkepanjangan - Gagal induksi
Ada Terlambat
3 Kala I :
- Plasenta previa - Tanda-tanda syok
- Ibu sudah dipimpin meneran
Ada Terlambat
4 Kala I :
- Presentasi bukan kepala (bokong, primigravida)
Tidak ada Tidak
terlambat 5 Kala I :
- Riwayat bedah saesar kurang dari 2 tahun
Tidak ada Tidak
terlambat 6 Kala I :
- Plasenta letak rendah - Kehamilan < 37 minggu
Tidak ada Terlambat 7 Kala I :
- Gagal induksi
- Ibu sudah dipimpin meneran - Ketuban pecah > 24 jam
Ada Terlambat
8 Kala I :
- Plasenta previa
- Persalinan kurang bulan - Presentasi bukan kepala
(70)
Tabel 4.6 Lanjutan
Responden Indikasi Rujukan Segera Intervensi Tindakan Sebelum Rujukan
Keterangan Rujukan 9 Kala I :
- Presentasi bukan kepala Tidak ada
Tidak terlambat 10 Kala I :
- Plasenta letak rendah - Ketuban pecah > 24 jam - Ibu sudah dipimpin meneran
Ada Terlambat
11 Kala I :
- Presentasi bukan kepala Tidak ada
Tidak terlambat 12 Kala I :
- Preeklampsia atau hipertensi dalam kehamilan
- DJJ > 180x/menit
Tidak ada Tidak
terlambat
13 Kala I :
- Presentasi bukan kepala Tidak ada
Tidak terlambat 14 Kala I :
- Riwayat bedah saesar > 2 tahun
- Plasenta previa
Tidak ada Tidak
terlambat 15 Kala I :
- Preeklampsia atau hipertensi
dalam kehamilan Tidak ada
Tidak terlambat 16 Kala I :
- Preeklampsia
- Presentasi bukan kepala - Ibu sudah dipimpin meneran
Ada Terlambat
17 Kala I :
- Preeklampsia
- Gawat janin Tidak ada
Tidak terlambat 18 Kala I :
- Plasenta previa
- Ketuban pecah > 24 jam - Tanda-tanda syok
- Ibu sudah dipimpin meneran
Ada Terlambat
19 Kala II :
- Tanda dan gejala syok - Gawat janin
- Kepala bayi tidak turun
Ada Terlambat
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa dari 19 ibu bersalin yang dirujuk ke RSUD Gunungsitoli, yang tidak terlambat dirujuk berjumlah 9 orang
(71)
(47,4%) dan yang terlambat dirujuk berjumlah 10 orang (52,6%). Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Keterlambatan Rujukan Ibu Bersalin
No. Rujukan Jumlah Persentase
(%)
1. Tidak Terlambat 9 47,4
2. Terlambat 10 52,6
Total 19 100,0
4.2.7 Keputusan Keluarga
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa dari 19 ibu bersalin yang dirujuk ke RSUD Gunungsitoli, ada 5 orang (26,3%) yang cepat dalam mengambil keputusan dan ada 14 orang (73,7%) yang lambat dalam mengambil keputusan. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Keputusan Keluarga Terhadap Keterlambatan Rujukan
No. Keputusan Keluarga Jumlah Persentase
(%) 1. Cepat dalam pengambilan
keputusan
5 26,3
2. Lambat dalam pengambilan keputusan
14 73,7
Total 19 100,0
Variabel keputusan keluarga memiliki 7 pertanyaan yang kemudian digambarkan berdasarkan jawaban resonden dan dibuat kesimpulan dengan kategori cepat dalam pengambilan keputusan atau lambat dalam pengambilan keputusan. Secara jelas dapat dilihat pada Tabel 4.9.
(1)
Kategori faktor geografis * Keterlambatan rujukan ibu bersalin
CrosstabKeterlambatan rujukan ibu bersalin
Total Tidak terlambat Terlambat
Kategori faktor geografis
Tidak menghambat proses rujukan
Count 6 3 9
% within Kategori faktor geografis
66.7% 33.3% 100.0%
% within Keterlambatan rujukan ibu bersalin
66.7% 30.0% 47.4%
Menghambat proses rujukan
Count 3 7 10
% within Kategori faktor geografis
30.0% 70.0% 100.0%
% within Keterlambatan rujukan ibu bersalin
33.3% 70.0% 52.6%
Total Count 9 10 19
% within Kategori faktor geografis
47.4% 52.6% 100.0%
% within Keterlambatan rujukan ibu bersalin
100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square 2.554a 1 .110
Continuity Correctionb 1.295 1 .255 Likelihood Ratio 2.612 1 .106
Fisher's Exact Test .179 .128
Linear-by-Linear Association 2.420 1 .120 N of Valid Cases 19
a. 3 cells (75,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,26. b. Computed only for a 2x2 table
(2)
Kategori penolong persalinan * Keterlambatan rujukan ibu bersalin
CrosstabKeterlambatan rujukan ibu bersalin
Total Tidak terlambat Terlambat
Kategori penolong persalinan
Kompeten Count 8 2 10
% within Kategori penolong persalinan
80.0% 20.0% 100.0%
% within Keterlambatan rujukan ibu bersalin
88.9% 20.0% 52.6%
Tidak kompeten
Count 1 8 9
% within Kategori penolong persalinan
11.1% 88.9% 100.0%
% within Keterlambatan rujukan ibu bersalin
11.1% 80.0% 47.4%
Total Count 9 10 19
% within Kategori penolong persalinan
47.4% 52.6% 100.0%
% within Keterlambatan rujukan ibu bersalin
100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square 9.017a 1 .003
Continuity Correctionb 6.465 1 .011 Likelihood Ratio 10.000 1 .002
Fisher's Exact Test .005 .004
Linear-by-Linear Association
8.542 1 .003
N of Valid Cases 19
a. 3 cells (75,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,26. b. Computed only for a 2x2 table
(3)
(4)
(5)
(6)