19
c. S3 : Participating mengikutsertakan
Gaya ini paling tepat untuk kesiapan pengikut tinggi dengan motivasi moderat R3. Ini
menekankan pada jumlah tinggi perilaku hubungan tetapi jumlah perilaku tugas rendah. Gaya kepemimpinan pada tahap ini mendorong individu atau kelompok untuk saling berbagi
gagasan dan sekaligus memfasilitasi pekerjaan dengan semangat yang mereka tunjukkan. Gaya ini muncul tatkala pengikut merasa percaya diri dalam melakukan pekerjaannya
sehingga pemimpin tidak lagi terlalu bersikap sebagai pengarah. Pemimpin tetap memelihara komunikasi terbuka, tetapi kini melakukannya dengan cenderung untuk lebih menjadi
pendengar yang baik serta siap membantu pengikutnya. Tugas seorang pemimpin adalah memelihara kualitas hubungan antar individu atau kelompok.
d. S4 : Delegating mendelegasikan
Gaya ini paling tepat untuk kesiapan pengikut tinggi R4. Ini menekankan pada kedua sisi
yaitu rendah perilaku kerja dan perilaku hubungan dimana gaya kepemimpinan pada tahap ini cenderung mengalihkan tanggung jawab atas proses pembuatan keputusan dan
pelaksanaannya. Gaya ini muncul tatkala individu atau kelompok berada pada level kompetensi yang tinggi sehubungan dengan pekerjaannya. Gaya ini efektif karena pengikut
dianggap telah kompeten dan termotivasi penuh untuk mengambil tanggung jawab atas pekerjaannya. Tugas seorang pemimpin hanyalah memonitor berlangsungnya sebuah
pekerjaan.
C. Karyawan
Menurut kamus besar bahasa indonesia KBBI karyawan adalah orang yang bekerja pada suatu lembaga kantor, perusahaan, dan sebaginya dengan mendapat gaji upah. Menurut
Universitas Sumatera Utara
20
Hasibuan 2005 karyawan pegawai adalah seorang pekerja tetap yang bekerja dibawah perintah orang lain dan mendapat kompensasi serta jaminan.
Sehingga dapat disimpulkan Karyawan adalah seorang yang bekerja pada suatu badan usaha atau perusahaan baik swasta maupun pemerintahan dan diberikan imbalan kerja sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku baik yang bersifat harian, mingguan, maupun bulanan.
D. Hubungan Gaya Kepemimpinan Situasional dengan Kesejahteraan Psikologis pada Karyawan
Sumber daya manusia, yaitu karyawan merupakan aset yang penting bagi suatu organisasi. Karyawan merupakan sumber daya yang esensial untuk mencapai tujuan organisasi.
Ie, 2004. Organisasi memerlukan karyawan yang mampu bekerja secara produktif, inovatif, dan memiliki performa kerja yang baik. Untuk memperoleh karyawan yang memiliki
kemampuan kerja yang baik, salah satu caranya dengan mensejahterakan psikologis karyawan Vallerand, 2012. Karyawan akan menunjukkan performa kerja yang baik ketika merasa
sejahtera Envick, 2012. Harter, Schmidt, dan Keyes 2002 mengemukakan bahwa perasaan yang positif, pada karyawan sebagai tanda dari kesehatan mental karyawan, menjadikan
karyawan lebih bahagia dan produktif merupakan bagian dari kesejahteraan psikologis. Menurut Envick 2012, karyawan yang sejahtera adalah karyawan yang produktif. Karyawan yang tidak
produktif akan menunjukkan performa yang menurun. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Lyubomirsky, King, dan Diener 2002
seseorang dengan kesejahteraan psikologis yang tinggi akan menampilkan fleksibilitas dan orisinalitas yang tinggi, respon yang lebih baik atas umpan balik yang diberikan kepadanya,
Universitas Sumatera Utara
21
membuat penilaian positif tentang orang lain, menunjukkan tingginya level “keterikatan”, menjadi lebih produktif, dan bahagia ketika berada pada organisasi. Dalam hal ini, peran atasan
dalam suatu organisasi tidak hanya menuntut karyawan saja, tetapi atasan dapat pula memotivasi dan menciptakan iklim menjadi positif Walker Jr., 2011.
Gilbreath dan Benson 2004 mengungkapkan bahwa kesejahteraan psikologis karyawan meningkat bila para atasan membuat tempat kerja menjadi sehat, namun tidak mengabaikan
pengawasan. Sejalan dengan hal tersebut, Arnold, Turner, Barling, Kelloway dan Margaret 2007 menyebutkan bahwa kepemimpinan yang berkualitas secara positif mempengaruhi
kesejahteraan psikologis orang lain. Faktor kepemimpinan atasan di suatu perusahaan akan berdampak pada kesejahteraan karyawan Munandar, 2008. Menurut Maenapothi 2007
Kesejahteraan psikologis karyawan merupakan situasi dimana ketika individu bekerja akan merasa senang dan tidak merasa seperti bekerja, lebih efektif dan memiliki target pencapaian
kerja baik untuk dirinya sendiri maupun untuk organisasi. Hal tersebut tercermin dari sejauh mana atasan membantu karyawan untuk memuaskan nilai-nilai pekerjaan yang penting bagi
karyawan. Menurut Hersey dan Blanchard pemimpin dapat mengubah gaya kepemimpinan mereka
perilaku, tergantung pada situasi dan kesiapan karyawan Badeni, 2013. Hersey dan Blanchard 1988 memberikan pemahaman kepada pemimpin tentang kaitan antara gaya kepemimpinan
yang efektif dengan tingkat kedewasaan dari para pengikutnya. Bawahan merupakan faktor yang sangat penting dalam situasi kepemimpinan. Tingkat kedewasaan dari para bawahan
menentukan gaya efektif dari pemimpin. Faktor kunci kepemimpinan situasional yang efektif adalah kemampuan pemimpin mengidentifikasi Kesiapan kematangan individu maupun
Universitas Sumatera Utara
22
kelompok yang hendak dipengaruhi untuk selanjutnya menggunakan gaya kepemimpinan yang sesuai Mulyadi dan Rivai, 2012.
Berdasarkan uraian diatas terlihat suatu benang merah antara gaya kepemimpinan situasional dengan kesejahteraan psikologis pada karyawan.
E. Hipotesa Penelitian