28 kepribadian dan responden kepala sekolah berada pada kategori
cukup baik sebesar 62,5, sedangkan responden dari guru berada pada kategori baik sebesar 55, berdasarkan kompetensi pedagogik
dari responden kepala sekolah sebesar 50 baik, sedangkan responden dari guru sebesar 60 cukup baik, sedangkan dari
responden siswa sebesar 67,5 baik, berdasarkan kompetensi profesional dari responden kepala sekolah sebesar 50 cukup baik,
sedangkan responden dari guru sebesar 47,5 cukup baik, sedangkan berdasarkan kompetensi sosial dari responden siswa
sebesar 47,5 cukup baik. 2.
Penelitian yang dilakukan oleh Havid Mahsun 2010 yang berjudul Perbedaan Kompetensi Guru Pendidikan Jasmani Yang
Bersertifikasi Dengan Guru Pendidikan Jasmani Yang Belum Bersertifikasi Berdasarkan Persepsi Guru Non Penjas Di SMP
Negeri se-Kabupaten Banjarnegara. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan instrumen berupa
angket, analisis menggunakan analisis statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis deskriptif guru yang belum sertifikasi dan sudah
bersertifikasi. Teknik statistik yang digunakan untuk melakukan pengajuan hipotesis komparatif ke sampel berpasangan adalah tehnik
Friedman test dan Kendall’s test, yaitu menguji apakah ada perbedaan guru belum sertifikasi dan sudah sertifikasi. Hasil
penelitian memperoleh nilai signifikan sebesar 0,000 yang lebih
29 kecil dari 0,05. Sehingga penelitian ini menunjukan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan kompetensi guru pendidikan jasmani yang belum bersertifikasi dengan guru pendidikan jasmani yang sudah
bersertifikasi di SMP Negeri Se Kabupaten Banjarnegara. Besarnya rerata yang diperoleh padakelompok guru pendidikan jasmani
bersertifikasi sebesar 199,50, sedangkan rerata kompetensi guru pendidikan jasmani belum sertifikasi sebesar 183,08.
C. Kerangka Berpikir
Guru penjasorkes merupakan salah satu pilar atau komponen yang dinamis dalam mencapai tujuan pendidikan olahraga serta untuk mewujudkan
pendidikan yang bermutu. Pendekatan yang berorientasi pada perbaikan kompetensi dibarengi dengan sertifikasi diharapkan mampu mengangkat
mutu pendidikan olahraga secara berarti. Peran sertifikasi guru yang diberikan setelah seseorang dinyatakan lulus, maka harapan dari pemerintah
terjadi peningkatan kompetensi yang dimilikinya. Sehingga terjadi mutu dan kualitas pembelajaran yang baik, dan tercapainya tujuan pendidikan Nasional.
Keberhasilan guru pendidikan jasmani dalam mengajar dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya kondisi siswa, kondisi guru maupun kondisi
sarana dan prasarana penunjang proses pembelajaran pendidikan jasmani. Kemungkinan besar yang dapat mempengaruhi keberhasilan pembelajaran
pendidikan jasamani adalah faktor kondisi guru dimana kompetensi dan kinerja guru merupakan kemampuan guru untuk mencapai hasil yang positif
dari tujuan pembelajaran.
30 Usaha peningkatan kualitas pendidikan untuk mengangkat dari
keterpurukan tidak mungkin terlaksana dengan baik apabila tidak di barengi dengan upaya penegakan standar penyelenggaraan pendidikan, standar
pelayanan pendidikan serta standar kompetensi guru, standar lulusan dan standar tenaga kependidikan lainnya. Upaya pencapaian standar kompetensi
guru diantaranya dapat dilakukan dengan pendidikan profesi dan sertifikasi guru. Dengan adanya sertifikasi guru diharapkan kinerja guru dan kualitas
guru meningkat, baik itu guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan, guru kelas maupun guru mata pelajaran.
Gambar 1.Alur Tersertifikasinya Guru
Guru Terserti
fikasi
Kompetensi Kepribadian, mampu menjadi sosok
sebagai individu yang memiliki kedisiplinan,
berpenampilan baik, berangung jawab,
berkomitmen dan menjadi teladan.
Kompetensi sosial, mampu menjadi
bagian yang tak terpisahkan dari
lingkungan
sosial serta tercapainya
interaksi sosial secara obyektif dan efisien.
Terciptanya suasana lingkungan belajar dan pengelolaan kelas secara efektif, efisien, sehingga tercapainya hasil belajar siswa pada tingkat
optimal.
Tercapainya Pendidikan Jasmani secara optimal, serta mencakup perkembangan individu secara menyeluruh, tidak hanya pada aspek Penjas,
tetapi juga aspek mental, emosional, sosial, spiritual dan karakter. Kompetensi Pedagogik,
Mampu melaksanakan pembelajaran yang
mendidik dengan suasana dialogis dan interaktif.
Kompetensi profesional, mampu memotivasi siswa
untuk mengoptimalkan potensinya dalam pencapaian
standar pendidikan yang ditetapkan.