Kekhawatiran Wujud konflik Tokoh Utama
kehilangan Pak Tua maka, akan sangat menyedihkan baginya karena diusianya yang sekarang Borno lebih mengerti arti kehilangan.
Selain takut kehilangan orang-orang yang disayanginya, rasa takut juga timbul dalam diri Borno ketika dirinya mendapat rekomendasi dari seorang
pejabat syahbandar untuk bekerja di penangkaran burung walet. Borno yang sejak kecil menghindari burung karena rasa takutnya, tiba-tiba mendapatkan
rekomendasi untuk bekerja di sebuah penangkaran burung walet. Rasa takut tersebut ditunjukkan dalam cuplikan berikut.
Jemariku gemetar, sama saat kalian gemetar dikepung dua tikus. Bedanya, kalian bisa loncat ke atas kursi, meja, atau apa saja. Aku
tentulah tidak bisa seketika lari dari ruangan itu. Demi sopan santun aku meremas paha, membujuk diri, meneguhkan hati.
Liye, 2013: 47 Salah satu cara untuk menghormati rekomendasi dari seorang pejabat
syahbandar, maka Borno mencoba untuk mendatangi lokasi penangkaran burung walet tersebut. Ketika pemilik penangkaran sedang menjelaskan pekerjaan yang
akan dijalani Borno dan menunjukkan album foto yang berisi foto-foto hasil panen sarang burung walet, tiba-tiba Borno muntah karena tidak kuat menahan
rasa mual dalam dirinya. Rasa mual tersebut disebabkan oleh rasa takutnya kepada Burung yang tanpa alasan.
Bentuk rasa takut lainnya dialami Borno ketika dirinya dihadapkan dengan tokoh Papa Mei. Sikap papa Mei yang dingin dan terlihat garang menimbulkan
rasa takut dalam diri Borno.
Ibu, itu kali kedua aku bertemu dengannya. Meminjam istilah Pak Tua, itulah “satpam rumah Mei” yang super galak. Patah-patah aku
izin pamit, menjulurkan tangan, hanya dibalas deham ringan. Aku balik kanan dengan kaki kebas, melangkah kedaun pintu. Semua
urusan ini, aku bahkan tidak berani bertatapan lebih dari tiga detik dengan papa Mei. Mulai malam itu, semua episode kehidupan
berikutku benar-benar berjalan runyam.
Liye, 2013: 388-389 Rasa takut yang dirasakan pada kutipan di atas merupakan rasa takut Borno
pada sikap Papa Mei yang tidak suka dengan kedekatan Mei dan Borno. Setiap kali bertemu, Papa Mei selalu meminta kepada Borno untuk menjauhi Mei tanpa
ada alasan yang jelas, hal tersebut menyebabkan Borno bingung dan takut setiap kali berhadapan dengan Papa Mei.