Untuk kesekian kali aku seperti kerbau dicucuk hidung, terbungkuk membawa kaleng cat. Nasib, ternyata bukan hanya membersihkan
jamban tiga kali sehari, pekerjaan lain juga sudah mmenunggu. Selepas mengecat jamban, dengan sisa cat di kaleng masih separu,
Bang Togar meneriakiku agar mengecat perahu tempelnya. Menyikat perahunya. Membantu memperbaiki motor tempelnya, berlumuran oli.
Dia benar-benar telak memploncoku. Pak Tua, Cik Tulani,serta pengemudi lain tidak ada yang mencegahnya.
Liye, 2013:60
Data di atas menunjukan bahwa Borno hanya bisa bersikap pasrah ketika Bang Togar memberikan pekerjaan yang tidak disukainya. Ia disuruh
membersihkan jamban dan mengecat ulang perahu milik Bang Togar tanpa ada perlawanan yang dapat dilakukannya. Sikap pasrah dilakukan Borno karena
merasa dirinya sedang dalam masa “perpeloncoan” sebelum bergabung menjadi anggota PPSKT Paguyuban Pengemudi Sepit Kapuas Tercinta yang diketuai
oleh Bang Togar.
e. Bantuan Orang Lain
Dalam menyelesaikan konflik yang dialaminya, Borno juga sering kali mendapat bantuan dari orang lain. Bantuan orang lain tersebut berupa bantuan
dari seorang pejabat syahbandar yang membantu memberikan rekomendasi kepadanya untuk melamar pekerjaan. Seperti ditunjukkan dalam cuplikan berikut.
Pak pejabat menelepon sebentar, menyebut-nyebut namaku, lantas menatapku. “Jumlah pekerja kasar di syahbandar sudah terlalu
banyak, Borno. Orang Jakarta selalu bertanya hal itu setiap rapat bulanan. Tadi aku menghubungi Kepala Operator Feri Kapuas,
mereka bisa menampung. Besok pagi au datang kesana. Nah Borno, semoga saat kita bertemu lagi, kau tidak sekadar memberiku solusi
daun singkong, tapi solusi atas urusan yang lebih hebat dari itu.” Pak pejabat mengembalikan map merah, menyalamiku.
Ditolak. Aku kecewa. Mau apa lagi? Tapi setidaknya, aku memperoleh rujukan. Liye, 2013: 30
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa dengan rekomendasi atau bantuan dari seorang pejabat syahbandar Borno bisa mendapat pekerjaan yang layak
meskipun terkadang Borno merasa tidak cocok dengan pekerjaan yang telah direkomendasikan untuknya. Hal tersebut ditunjukkan dalam cuplikan berikut.
Tidak. Aku tidak akan bekerja di sana. Sebaik apapun pemiliknya, sebanyak apapun gajinya, sesederhana apapun pekerjaanku, ayolah,
apanya yang sederhana kalau aku harus berhadapan dengan ribuan burung dalam ruangan tertutup dan gelap? Pejabat syahbandar tertawa
lebar, manggut-manggut saat aku datang lagi. Cukup. Daripada aku lagi-lagi mengecewakan dia, kuputuskan untuk berusaha sendiri
mencari pekerjaan berikutnya.
Liye, 2013: 48
Selain itu, Borno juga mendapat bantuan dari warga sekitar ketika dirinya memutuskan untuk menjadi pengemudi sepit. Bang Togar, yang selalu membuat
Borno merasa jengkel turut membantu mengumpulkan sumbangan yang digunakan untuk membeli sepit baru sebagai hadiah untuk Borno. Seperti yang
ditunjukkan dalam cuplikan berikut. Aku tertawa, memeluk Bang Togar erat-erat. Lihatlah sepitku, Ibu,
tertulis hebat di lambungnya muasal nama anakmu: Borneo. Dua rekan pengemudi sudah sigap menyambar tubuhku, dan tanpa
menunggu komando, segera melemparkanku ke permukaan Kapuas. Mereka tergelak.
Liye, 2013: 70-71
Berdasarkan cuplikan di atas, diketahui kebahagiaan Borno ketika mendapatkan kejutan dari Bang Togar dan para pengemudi sepit lainnya yaitu
berupa sepit baru yang dibeli spesial untuk dirinya. Sepit tersebut dibeli dengan uang hasil patungan yang dikumpulkan oleh Bang Togar dengan membujuk