Hubungan ABK dan Toke Kapal

(1)

Daftar Pustaka

AS,Kausar.

2009. Sistem Birokrasi Pemerintahan di Daerah Dalam Bayang-Bayang Budaya Patron-Klien, Bandung: PT Alumni

Ahmadi, Abu.

2004. Psikologo Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta Bungin, Burhan.

2011. Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Jakarta Putra Grafika

Bailey, C.

(1982). Mengelola sumber daya yang terbuka: Kasus penangkapan ikan di daerah pantai, dalam D.C. Korten dan Syahrir (Eds). Pembangunan berdimensi kerakyatan. Kerjasama Yayasan Obor Indonesia dan USAID. Jakarta: YOI.

Febrianto, Priyono Tri dan Raharjo.

2005. Eksploitasi Hubungan Pandega-Juragan Dalam Modernisasi, Perikanan Tangkap di Desa Grajagan, Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Jogjakarta: Jurnal Sosiosains Gouldner, Alvin.

1977. The Norm of Reciprocity: A Preliminary Statement?. Dalam S.W. Schmidt (Ed.). Friends, Fellowers, and Factions. Barkeley: University of California Press.

Koentjraningrat


(2)

Keesing, Roger M.

1989. Antropologi Budaya: Suatu Perspektif Kontemporer . Jakarta: Erlangga

Kusnadi.

2000. Nelayan Strategi Adaptasi dan Jaringan Sosial. Bandung: Humanimora Utama Press.

Legg, K.R.

1983. Tuan, Hamba, dan Politisi. Jakarta: Sinar Harapan. Scott, J.

(1972). Patron client polities and politikal change in Southeast Asia. American Political Science Review, 66, hal. 91-113.

Scott,C, James.

1993. Perlawan Kaum Tani. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Scott, J.

(1991). Social networking analysis. London: Sage Publications. Siagian Matias.

2011. Metode Penelitian Sosial, Pedoman Praktis Peneletian Bidang Ilmu-ilmu Sosial dan Kesehatan. Medan: Grasindo Monaramata

Satria, Aryo Romie.

2009. Skripsi Sarjana : Hasil Tangkapan Ikan Dan Tingkat Kesejahteraan Nelayan Pukat Tarik Di Belawan, Sumatera Utara. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan : Institut Pertanian Bogor

Tambunan, Herlina.

2008. Skripsi Sarjana : Beberapa Faktor Sosial Ekonomi Yang Mempengaruhi Proporsi Bagi Hasil Nelayan Toke-Nelayan ABK. Medan: Universitas Sumatera Utara


(3)

Zulkilli.

1989. Pemborong dan Nelayan: Pola Huburigan Patron-Khen pada Masyarakat Nelayan (Studi Kasus pada MasyarakatNelayan bagan deli Kecamatan Medan Belawan Kodya Medan). Tesis S-2. UGM. Yogyakarta

Sumber lain

Badan Pusat Statistik Kota Sibolga

Dinas Kelautan, Perikanan, dan Peternakan Kota Sibolga

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/13047/C09ras2_abstract.pdf (di akses 19 desember 2014 16.02 wib)

http://repository.unri.ac.id/bitstream/123456789/2054/3/ringkasan0001.PDF (diakses 19 desember 2014 pukul 15.44 wib)

http://komunitasnelayanpangandaran.blogspot.com/p/komunitas-nelayan.html(diakses 20 Desember 2014 pukul 19.30 wib )

http://komunitasnelayanpangandaran.blogspot.com/p/komunitas-nelayan.html (diakses 21 Desember 2014, pukul 20.13 wib)

http://www.lusa.web.id/hubungan-antar-manusia-human-relation/(diakses 21 desember 2014 pukul 20.32 wib)

http://fisip.uns.ac.id/blog/simamatis/eksploitasi-hubungan-nelayan-buruh-dengan nelayan-majikan (diakses 21 Desember 2014 pukul 21.05 wib)


(4)

BAB III

HUBUNGAN SOSIAL DAN BUDAYA DI TANGKAHAN UD. BUDI JAYA

3.1. Gambaran

Tangkahan merupakan tempat bersandarnya kapal nelayan atau tempat pendaratan ikan pada saat kapal pulang dari laut, yang mana sering disebut dengan istilah TPI ( Tempat Pendaratan Ikan) biasanya tangkahan terdiri dari beberapa steker kapal, tempat pengikat tali kapal, tempat pembongkaran ikan, dan tempat penyimpanan ikan sebelum ikan dijual atau diekspor. Maka dalam hal ini adapun jumlah Tangkahan yang terdapat di kota Sibolga berjumlah hampir 50 buah yang terdiri dari berbagai ukuran dan termasuk yang sudah tidak beroperasi lagi. Dalam hal ini Sibolga Selatan merupakan salah satu kecamatan yang memliki lokasi tangkahan terbanyak di Kota Sibolga yang mana terdiri dari 16 Tangkahan yang terletak di pinggiran pesisir Kota Sibolga, salah satunya adalah Tangkahan UD.Budi Jaya.

Tangkahan UD. Budi jaya merupakan salah satu Tangkahan (Gudang ) yang berada di kawasan pesisir kota Sibolga, terletak di Jalan Mojopahit No 148 yang mana sekarang diganti nama menjadi Jalan K.H.Ahmad Dahlan, kelurahan Aek Habil Kecamatan Sibolga Selatan yang memeliki luas wilayah bangunan berupa gudang tangkahan ikan / Steiger diatas tanah negara / permukaan laut dengan ukuran + 86 meter x + 66 meter jadi luas seluruhnya = + 5.676 meter persegi (lebih kurang lima ribu enam ratus tujuh puluh enam meter persegi) dengan berbatasan :

1. Sebelah Utara : berbatas dengan JL.K.H.Ahmad Dahlan (Jalan Mojopahit)


(5)

3. Sebelah Timur : berbatas dengan Tangkahan UD.Rustam

4. Sebelah Bara : berbatas dengan gudang tangkahan UD. Lautan Mas

Yang terdiri dari 2 steker untuk penyandar kapal, 6 kantor pemerintahan yang terdiri dari 4 ruang Untuk Toke dan 2 ruang ntuk pengurus atau karyawan, 1 area parkir, 1 tempat proses bongkar ikan, 1 kantin, dan 1 ruang untuk penjaga Tangkahan. Yang memeliki kekuatan Armada sebesar 22 kapal Penangkap ikan yang terdiri dari 4 Pukat Harimau (PI), 8 Pukat cicin, 6 bagan, 4 jaring elong.

Foto 1 Tangkahan UD. Budi Jaya

(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015)

Dalam hal ini adapun pemilik dari Tangkahan UD.Budi Jaya itu sendiri adalah bersifat pribadi yang mana dimiliki oleh seorang etnis Tionghoa yang bernama Sialo yang mana berumur 75 Tahun yang tinggal ditangkahan tersebut walapun bapak Sialo tinggal di tangkahan tapi rumah dan keluarganya berada di kota Medan, biasanya bapak Sialo berada di Tangkahan UD.Budi Jaya kalau kegiatan perikan sedang


(6)

berjalan, pada saat waktu terang bulan bapak Sialo bianya akan pulang kerumahnya yang berada di kota Medan. Dikarenakan Tangkahan UD. Budi Jaya Tangkahan swasta biasanya Toke Kapal akan mengontrak Tangkahan tersebut untuk dijadikan tempat bersandar kapalnya atau juga tempat pendaratan ikan pada saat kapal pulang dari laut, di Tangkahan UD. Budi Jaya itu sendiri biasanya Toke Kapal mengontrak Tangkahan dengan durasi 2-3 Tahun dengan perpanjangan kontrak, kalau kontarak yang disepakati sudah berakhir.

Menurut Informan saya bang Buyung (42) yaitu

“Pemilik tangkahan bernama sialo kira-kira umurnya 75 Tahun, biasanya tinggal ditangkahan ini kalau tarang bulan baru dia balek kemedan soalnya rumahnya di medan, tangkahan ini dikontrakkan biasanya Toke rata-rata mangontrak di tangkahan ini kira-kira 2-3 tahun kalau ala habis bisa diperpanjang lagi”

Di Tangkahan UD Budi Jaya jenis Kapal yang sering digunakan adalah jenis kapal modern yang mana terdiri dari pukat tongkol, pukat rapat, bagan, dan jaring elong, walupun ada juga sebagian yang masih menggunakan Pukat Harimau(PI), perbedaan diantara kapal-kapal tersebut lebih kepada ukuran jaring, jenis bak, dan ukuran GT kapal, yang mana Jenis kapal Pukat Tongkol biasanya ukurannya agak sedekit lebih besar dengan GT >100 yang terdiri dari 12 bak penampungan, diantaranya 4 bak untuk air, yaitu bak 1-4, selebihnya 5-12 di isi oleh es batu pada saat kapal mau berangkat, tetapi pada saat kapal pulang dari laut bak yang diisi oleh es batu akan di isi hasil penangkapan ikan pada saat dilaut, Adapun panjang jaring pukat Tongkol berkisar 761,6 meter dengan kedalaman 162 meter di bawah permukaan laut,


(7)

Selanjutnya Pukat Rapat dengan ukuran GT 88 yang terdiri dari 8 bak penampungan diantaranya 2 bak untuk air yaitu bak 1-2, selebihnya di isi oleh es batu pada saat kapal mau berangkat tetapi pada saat kapal pulang dari laut bak yang diisi oleh es batu akan di isi hasil penangkapa ikan pada saat dilaut, Adapun panjang jaring pukat rapat berkisar 618,8 meter dengan kedalaman 100 meter di bawah permukaan laut. Sedangkan bagan dengan ukuran GT 29 No. 1393/SSD yang terdiri dari 6 Piber penampungan ikan dan 2 bak tempat penampungan es batu, Adapun panjang jaring bagan berkisar 25 meter/persegi, dan yang terakhir jaring elong dengan ukuran GT 06 No.446/S69 yang terdiri dari 6 piber penampungan yaitu 4 piber untuk es batu selebihnya 2 piber lagi sengaja dikosongkan untuk penampungan ikan pada saat dilaut. Namun demikian kapal nelayan yang sering beroperasi di Tangkahan UD.Budi Jaya adalah kategori kapal cincin seperti pukat tongkol dan pukat rapat terbukti dari banyaknya jumlah kapal cincin yang berada di tangkahan tersebut yang mana terdiri dari 9 kapal cincin, 3 kapal Bagan, dan 1 kapal jaring elong yang bersandar di 2 steker yang berada di Tangkahan UD.Budi jaya.

Foto 2 kapal yang sedang bersender di Tangkahan


(8)

Dari gambar di atas dapat dijelaskan terdapat dua kapal yang lagi sedang mengalami perbaikan atau perawatan kapal pada saat didarat, hal seperti ini sering terjadi khususunya bagi kapal yang papan yang yang terdapat di bodi kapal sudah rapuh dan tidak layak dipakai lagi, Diantara keduanya terdapat perbedaan dari segi ukuran GT kapal yang mana kapal sebelah kanan gambar lebih besar dari pada kapal sebelah kiri gambar hal tersebut bisa terjadi dikarenakan perbedaan jenis kapal, yang mana kapal sebelah kanan gambar merupakan jenis kapal Pukat tongkol sedangkan kapal yang sebelah kiri gambar merupakan jenis kapal Pukat rapat yang sama-sama beropererasi di Tangkahan UD. Budi jaya.

Foto 3 kapal dilihat dari depan

(Sumber : Dokumentasi Pribadi,2015)

Dari gambar diatas dapat dijelaskan bentuk kapal kalau dilihat dari depan yang mana posisi letak katrol yang berada dibelakang hampir berdekatan dengan rumah kapal dan berada persis di samping jaring penangkap ikan yang mana penggunaan katrol biasanya dilakukan pada saat pangangkatan jaring pada saat hasil tangkapan ikan sudah memadai, rumah kapal diatas biasanya terdiri dari dua buah bangunan yang pertama bangunan tempat kuanca atau tempat pengoperasian mesin kapal yang terletak dibawah, sedangkan bangunan yang kedua terletak diatas bangunan yang


(9)

pertama biasanya bangunan kedua merupakan ruang kemudi kapal sekaligus tempat Tekong (nahkoda) mengoperasikan kapal yang mana terlihat pada gambar tersebut.

Foto 4 Bagian depan(Haluan) kapal

(Sumber : Dokumentasi Pribadi,2015)

Bagian depan(Haluan) kapal biasanya terdiri katrol depan kapal, Tali haluan, Tali pukat, dan Jangkar, yang mana katrol depan kapal yang fungsinya untuk menarik sampan, menarik jangkar, dan menarik jaring pukat, selanjutnya Tali haluan fungsinya mengikat kapal pada saat kapal bersender di steker tangkahan, sedangkan tali pukat fungsinya untuk membantu penarikan jaring yang di ikatatkan pada cicin yang berada jaring pukat dan terakhir jangkar kapal fungsinya untuk menahan kapal pada saat kapal lagi malabuh(menjatuhkan) jaring pukat pada saat dilaut.

Foto 5 Mesin lampu Kapal


(10)

Dalam hal ini fungsi mesin lampu kapal (mesin lampu logen) berfungsi untuk menerangi kapal dan menjadi lampu sorot untuk menarik perhatian ikan pada saat kapal melabuh(menurunkan) jaring pukat kelaut.

Foto 6 Mesin induk Kapal

(Sumber : Dokumentasi Pribadi,2015)

Dari gambar diatas dapat dijelasakan bahwa mesin induk kapal merupakan mesin utama dari sebuah kapal nelayan yang mana berfungsi sebagai penggerak sebuah kapal dan juga penggerak baling-baling kapal agar dapat beroperasi dengan baik khususnya pada saat kapal sedang berangkat, selain itu mesin induk kapal juga berfungsi sebagai alat untuk menggerakkan sebuah katrol yang berda disebuah kapal nelayan dalam proses penarikan jaring pukat pada saat dilaut.


(11)

Foto 7 Bak penyimpanan ikan

(Sumber : Dokumentasi Pribadi,2015)

Fungsi bak penampungan ikan diatas adalah untuk menampung segala keperluan kapal khususnya pada saat kapal mau berangkat seperti tempat penyimpanan air, tempat penampungan es batu, tempat penyimpanan perbekalan seperti sayur-sayuran, dan juga tempat penyimpanan ikan pada saat hasil tangkapan ikan sudah memadai pada saat kapal pulang dari laut. Biasanya bak masing-masing kapal pukat berbeda seperti pukat Tongkol memiliki 10-12 bak penyimpanan ikan, sedangkan pukat rapat memiliki 8 bak penyimpanan ikan yang terdapat pada sebuah kapal nelayan terutama di Tangkahan UD.Budi Jaya.

Foto 8 Daun nibus


(12)

Fungsi daun nibus untuk memanggil anak ikan supaya datang dan menjadikan daun nibus sebagai sarang ikan untuk menarik ikan lain supaya datang ketempat jatuhnya daun nibus yang sudah ditentukan lokasi penjatuannya oleh Tekong(nahkoda) kapal agar memperoleh hasil tangkapan ikan yang memadai.

Foto 9 Jaring kapal

(Sumber : Dokumentasi Pribadi,2015)

Dalam hal ini adapun fungsi dari Jaring pukat yang biasa disebut dengan jaring kapal, berfungsi sebagai tempat penangkapan ikan, atau juga tempat menjerat ikan pada saat kapal dilaut, biasanya masing-masing panjang ukuran jaring pukat dapat dibedakan menurut jenis kapal, yang mana kapal pukat tongkol memiliki panjang jaring pukat 761,6 meter dengan kedalaman 162 meter dibawah permuakaan laut, kapal pukat rapat memiliki panjang jaring pukat 618,8 meter dengan kedalaman 100 meter dibawah permukaan laut, kapal bagan memiliki panjang jaring 25 meter/ persegi, dan kapal jaring elong memiliki panjang jaring 48 meter dengan kedalaman 7 meter dibawah permukaan laut.


(13)

Dasar lautan dapat di bedakan menjadi tiga daerah atau zona yaitu :

1. Zona Neritik yaitu daerah yang masih dapat ditembus oleh cahaya sampai dasar perairan 0-200 meter.

2. Zona Batial yaitu daerah perairan yang masih ada cahaya, tetapi remang-remang 200-2000 m.

3. Zona Abisal yaitu daerah perairan yang tidak lagi dapat ditembus oleh cahaya,daerah ini mencapai kedalaman lebih dari 2000 meter.

Dari berapa zona diatas dapat dijelasakan bahwa kawasan yang diapakai oleh kapal nelayan modern seperti pukat tongkol,pukat rapat,bagan dan jaring elong dalam penangkapan hasil tangkapan ikan termaksud dalam zona atau kawasan Neritik yang mana kedalaman jaring pukat pada saat dijatuhkan kelaut masih dibawah 200 meter yang terdiri dari pukat tongkol dengan kedalaman 162 meter, pukat rapat 100 meter, dan jaring elong dengan kedalaman 7 meter menyebabkan kapal nelayan yang ada di Tangkahan UD.Budi Jaya termaksud dalam kawasan atau zona neritik khususnya dari segi penangkapan ikan,

Yang mana jenis ikan yang diperoleh yaitu kapal pukat tongkol jenis ikan yang dihasilkan adalah ikan sisik dan karamojo, kapal pukat rapat jenis ikan yang dihasilkan adalah ikan gambolo, ikan buncilak, ikan bawal, ikan gabu, ikan tenggiri, dan cumi-cumi, kapal bagan jenis ikan yang dihasilkan adalah ikan tambak, ikan balato aceh(dencis), ikan tongkol, ikan sisi hitam, ikan baledang, ikan teri, ikan umang-umang, dan ikan tenggiri, yang terakhir kapal jaring elong jenis ikan yang dihasilkan adalah ikan hiu, ikan pari, ikan tarusi api, ikan kakap, ikan jarang gigi, dan ikan gabu.


(14)

3.2. Solidaritas

Dalam hal ini adapun solidaritas yang tejadi di tangkahan Ud . Budi jaya masih sangat terlihat dengan masih di berlakukan sistem timbal bailk antara seseama pekerja nelayan ataupun krayawan dan pengurus Tangkahan UD. Budi Jaya adapun sisitem timbal balik terlihat di karnakan masih adanya rasa saling membantu satu sama lain yang mana bisa dilihat masih diterapkan sistem saling tolong-menolong yang mana biasa kita sebut dengan istilah gotong-royong, dalam hal ini ada beberapa prinsip solidaritas yang terjadi di Tangkahan UD. Budi Jaya yaitu :

3.2.1. Gotong Royong Tolong Menolong

Dalam kehidupan masyarakat sistem Tolong-menolong memanang sering terjadi terutama pada saat masyrakat tersebut mengadakan suatu acara seperti upacara , membangun rumah dan bantuan tenaga, sering kali kita lihat pada suatu masyarakat khususnya pada sebuah komunitas kegiatan tolong-menolong tersebut salah satu aspek penting untuk memecahkan suatu persolan yang terjadi di masyarakat, misalnya pada sebuah kegiatan pesta atau upacara yang mana acara tersebut bisa berjalan dengan baik di karanakan adanya prinsip tolong menolong yang dilakukan oleh masyarakat untuk membantu secara langsung, di tandai dengan ikut sertanya mereka merayakan, menikmati, dan merasakan suasana pesta dan upacara tersebut.

Dengan kata lain kegiatan tolong-menolong itupun tidak terlepas dari masyarakat nelayan, yang mana pada masyrakat nelayan tolong menolong itu sangat penting untuk menghasilkan proses penangkapan dan pengelolahan ikan khususnya di tangkahan UD.Budi Jaya. Maka dalam hal ini timbulnya suatu komonitas di antara masayarakat nelayan di tangkahan UD. Budi jaya di Karnakan adanya Lokalitas atau lokasi yang tealah di tentukan oleh masyarakat nelayan khusunya Pemilik Tangkahan,


(15)

Pemilik Kapal (Toke), Pengurus, Humas, Mandor, Tukang Pilih, Tukang Muat, Tukang Bongkar, dan Anak Buah Kapal (ABK), yang saling tolong-menolong untuk mempermudah, menghasilkan ataupun memproses hasil tangkapan ikan di Tangkahan UD. Budi Jaya tersebut .

Foto 10. Pekerja tangkahan yang tolong menolong dalam proses pembokaran ikan

(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015)

Menurut penuturan Informan saya bang Buyung (42) yaitu

“Tolong menolong memang masih di terapkan, masih terjadi kepedulian, terutama pada saat kapal mau pulang, yang mana terjalin suatu tolong-menolong apabila kapal sampe ada tukang bongkar, tukang pilih, tukang muat yang mengurus hasil tangkapan ikan”

3.2.2. Gotong Royong Kerja Bakti

Dalam prosesnya kerja bakti merupakan salah satu aktivitas kerja sama juga yang mana sering disebut dengan istilah gotong royong yang di artikan dengan


(16)

aktifitas kerja sama antara sejumlah masyarakat ataupun komunitas untuk menyelesaikan suatu proyek tertentu. Mengenai gotong oyong kerja bakti ada juga yang membedakan antara lain :

 Kerja bersama untuk proyek-proyek yang timbul dalam inisiatif atau swadaya para warga itu sendiri dan

 Kerja bersama untuk proyek-proyek yang di paksakan dari atas

Dalam hal ini adapun kerja bakti (kerja sama) yang di lakukan masyarakat atau komunitas di tangkahan UD.Budi jaya adalah hanya bersifat proyek paksaan di karnakan proyek yang timbul hanya merupakan suatu pekerjaan yang mana mendapat suatu perintah dari atasan yaitu Pemilik kapal (Toke) yang mana pemilik kapal tersebut harus memberi bayaran atau upah para pekerja (tukang) supaya proyek yang di kerjakan berjalan dengan lancar.

Foto 11. Tukang pilih yang asik bekerja sama dalam proses pembokaran ikan


(17)

Menurut penuturan Informan saya bang Buyung (42) yaitu

“Kerja bakti untuk inisiatif tersendiri tidak ada , melainkan kerja bakti yang harus dibayar upanya misalnya bagian tukang bongkar, tukang muat, mimilih ikan, langsung di bayar gajinya. Di karnakan bersifat proyek”

3.2.3. Musawarat Dan Jiwa Musawarat

Musawarat sering terja di masyarakat terutama di sebuah komunitas yang mana dalam hal ini musyawarat berguna untuk menyelsaikan suatu persoalan misalnya pertengkaraan, perdebatan ataupun mencocokkan pendapat yang di lakukan oleh sekolompok masyarakat yang terjadi dalam suatu komunitas, dalam hal ini juga pada masyarakat nelayan di UD.Budi Jaya misalnya pemilik Tangkahan, Pemilik Kapal, PenguruS, tukang, dan Anak Buah Kapal pasti ada terjadi persoalan maupun itu pesoalan ekonomi, sosial dan budaya,

Tapi dalam hal ini persoalan tersebut dapat di bicarakan di karnakan di dalam komunitas nelayan di tangkahn UD. Budi jaya mereka masih menerapkan sistem musyawarat untuk menyelesaikan suatu permasalahan tanpa harus di minta, mereka sendiri akan beinisiatif untuk bermusawarat kalau ada masalah, di karnakan jiwa musyawarat sudah terbenak di Kepala mereka, kalau ada persoalan mereka pasti menyelesaikan secara musyawarat tetapi kalau terjadi kebuntuhan barulah mereka meminta pihak ketiga untuk menyelesaikan persoalan tersebut misalnya seperti penegak hukum.

Menurut penuturan Informan saya bang Buyung (42) yaitu

“Musyawarat sangat di terapkan di tangkahan ini, di karnakan sudah dari sana nya, setiap ada masalah pasti di adakan musyawarat untuk menyelesaikan suatu masalah. tetapi kalau tidak ada kata sepakat baru lah di panggil aparat untuk menyelesaikan masalah ini”.


(18)

3.3. Pelapisan sosial

Dalam sebuah masyarakat baik itu masyarakat sederhana ataupun masyarakat kompleks biasanya pembedaan kedudukan dan derajat sangat sering terjadi, namun pada masyarakat yang sederhana atau kecil pembedaan kedudukan dan derajat tersebut bersifat sangat minim, di karenakan jumlah anggotanya sangat sedikit dan individu-individu yang dianggap tinggi juga tidak banyak macam atau jumlahnya. Tetapi pada masyarakat yang kompleks biasanya pembedaan kedudukan dan derajat sangat sering terjadi ataupun bersifat kompleks, dikarenakan pada masyarakat kompleks jumlah anggota sangat banyak dan individu yang dianggap tinggi juga banyak macam dan jumlahnya.

Pembedaan kedudakan tersebut juga dapat terjadi di masyarakat nelayan khususnya di komunitas nelayan Tangkahan UD. Budi jaya, walaupun tidak bersifat kompleks, dan hanya bersifat sederhana kelompok masyarakat di tangkahan UD. Budi Jaya mereka mengukur kedudukan dari segi kekuasaan terutama orang-orang yang memeliki modal atau kekayaan, orang tersebut bisa semena-mena terhadap orang yang tidak memliki kekuasaan terutama di kalangan anggota kapal. Dalam hal ini adapun beberapa Lapisan sosial yang bisa kita lihat Tangkahan UD. Budi jaya adalah ;

Lapisan tinggi ( atas) yaitu Toke Kapal dan Pemilik Tangkahan kenapa di katakan lapisan atas dikarenakan Toke kapal adalah seseorang yang memiliki kapal dan modal yang dapat membiayai segala aktifitas kebutuhan atau perlengkapan kapal pada saat pergi melaut dan Toke kapallah yang sangat berperan penting dalam mengambil segala keputusan maupun itu dalam memperkerjakan karyawan, anak buah kapal dan pekerja lainnya seperti tukang timbang, tukang pilih atau tukang muat, yang mana Toke sangat memiliki power (kekeuasaan) dalam mengatur segala


(19)

aktifitas yang berkaitan dengan produksi ikan, biasanya Toke itu hanya satu orang individu saja tetapi kapal yang di milikinya bisa mencakup 4 kapal, dan biasanya Toke di lindungi oleh aparat seperti Polisi dan TNI.

Sedangkan Pemilik Tangkahan adalah orang yang memiliki tanah, bangunan, dan segala fasilitas yang ada di tangkahan tersebut terkecuali kapal dan biasanya pemilik tangkahan sering menyewakan lahannya untuk di jadikan usaha oleh para Toke-Toke Kapal yang mana di tentukan dengan durasi kontrak yang telah di sepakati oleh pihak pemilik dan penyewa biasanya dengan durasi kontrak 2-3 Tahun. Pemilik tangkahan juga memperkerjakan sebagian orang seperti penjaga tangkahan.

Adapun Lapisan menengah yaitu pengurus, mandor, juragan, apit, kuanca, tukang lampung, dan tukang masak, di katakan lapisan menengah di karenakan keseluruhan mereka masih memiliki kekuasaan,walapun kekuasaannya tidak sebesar Toke dan Pemilik Tangkahan, tetapi mereka memiliki jabatan atau di tempatkan di kategori pejabat di karnakan memiliki kepandaian dalam suatu komunitas nelayan.

Sedangkan lapisan bawah yaitu anggota kapal, tukang muat, tukang bongkar, dan tukang pilih, di katakana lapisan bawah di karenakan keseluruhan mereka hanya sebagai orang yang diperintah oleh kalangan yang ada di atasnya dan tidak ada sedikitpun kekuasaan yang mereka meliki dalam masyarakat nelayan misalnya saja kalau di laut orang yang sering di perintah yaitu anggota kapal dan kalau di darat yaityu Tukang muat, Tukang bongkar, Tukang plih yang mana sama sekali meraka tidak memiliki kepandaian dan modal masuk kerja Saja hanya bermodalkan KTP dan Tenang saja.


(20)

Menurut penuturan Informan saya bang Buyung (42) yaitu

“Biasanya lapisan pertama itu toke, dan pengusaha tangkahan yang memiliki tangkahan mereka sama-sama membayar setiap anggotanya, lapisan menengah kalau di kapal; juaragan, kuanca,apit, tukang lampung, tukang masak sedangkan di tangkahan; pengurus, mandor, dan lapisan bawah itulah seperti anggota kapal, tukang pilih, tukang bongkar, tukang muat”

3.3.1. Kepandaian

Di setiap masyarakat kepandaian dalam bidang ilmu merupakan salah satu alasan untuk memiliki kedudukan tinggi di masyarakat, dengan demikian seseoorang yang di golongkan kedalam orang pandai dalam ilmu menjadikan dia seseorang yang menjadikan lapisan-lapisan khusus di masyarakat. Dalam hal seperti ini biasanya seorang staf pengajar seperti guru dan dosen, misalnya mereka akan sangat di hormati dan akan memiliki kedudukan tinggi di mata seorang mahasiswa,dan siswa di karenakan dosen atau guru memiliki kepandaian dalam ilmu pengetahuan dan mengajarkan sesuatu yang tidak dapat di lakukan oleh sembarangan orang.

Namun hal tersebut setiap kepandaian belum tentu juga dapat di barengi dengan pendidikan yang memadai akan tetapi kepandaian bisa juga di peroleh dari hasil pengalaman-pengalaman seseorang misalnya suatu pengalaman kerja, di Tangkahan UD. Budi Jaya khususnya Toke Kapal tidak semua orang yang memiliki kedudukan yang tinggi memiliki Pendidikan memadai, walupun ada sebagian yang memiliki pendidikan sampai sarjana, biasanya Toke yang tidak punya latar belakang pendidikan yang sering berhasil dalam menjalankan usahanya dari pada Toke yang memiliki pendidikan sampai gelar sarjana hal tersebut terjadi di karenakan orang yang pendidikannya tidak memadai lebih banyak memintingkan pengalam kerja dan tergantung nasib dari pada orang yang berpendidikan banyak perhitungan, di


(21)

karnakan banyak perhitungan tersebut tidak jarang setiap kapalnya pulang dari laut pasti ikan yang di hasilkan tidak memadai.

Menurut penuturan Informan saya bang Buyung (42) yaitu

“Kelas atas ada juga yang berpendidikan sarjana, kadang juga tidak ada bersekolah, hanya mempunyai modal, tapi lebih pintar lagi tidak bersekolah mengelola suatu kapal, kalau bersekolah terlalu banyak pemikiran, tapi tergantung nasib juga, tapi biasanya tingkat pendidikan agak rendah yang lebih banyak berhasil, pegalaman kerja penting itulah yang membuat pengusaha tingkat pendidikan yang rendah berhasil. Kelas menegah sama juga, akan tetapi punya keahlian yang di barengi dengan ujian, biasanya ujiannya perkelompok misalnya 20-30 orang, untuk mengambil surat Angkapin 3 untuk nahkoda dan kkm, ujiannya langsung dari pusat yang diselenggarakan di TPI. Kelas bawah yang penting memiliki KTP tidak perlu kepandaian yang penting tenaga dan tidak di bawah umur”

3.3.2. Keanggotaan kaum kerabat Kepala masyarakat

Keanggotan kaum kerabat kepala masyarakat alasan untuk masuk kedalam suatu lapisan masyarakat yang tinggi yang mana pada suatu masyarakat adanya suatu kekuasan yang di barengi dengan suku atau etnis, akan membuat seorang yang bersuku yang sama mampu mengusai wilayah pekerjaan yang mereka peroleh dalam hal ini pada suatu masyarakat nelayan khususnya pada TangkahanUD. Budi Jaya seorang suku Aceh atau melayu pada saat mereka memiliki jabatan sebagai kepala kapal seperti juragan atau nahkoda pada suatu kapal mereka cenderung memilih anggotanya di isi oleh sekolompok orang yang memiliki suku yang sama, hal tersebut bisa terjadi di karenakan ada suatu dorongan untuk mereka agar memperkuat kekuasan meraka supaya tidak bisa di jatuhkan oleh suku lain dan suku aceh atau melayu tersebut dapat meningakat lapisan sosial mereka sehingga menjadi pihak yang berkuasa dalam suatu kapal tersebut dan membuat suku lain hanya sebagai pihak yang di perintah atau lapisan bawah.


(22)

Menurut penuturan Informan saya bang Buyung (42) yaitu

Kalau nahkodanya orang aceh biasanya anggotanya banyak orang aceh, kalau orang melayu sama juga anggotanya banyak orang melayu tapi kalau orang batak barulah anggotanya bercampur aduk, sama juga kayak orang cina kalau menjadi nahkoda pasti anggotanya bercampur-campur

3.3.3. Kekuasaan

Kekuasaan merupakan salah satu cara untuk meningkat kedudukan atau derajat dalam suatu lapisan sosial , seseorang yang memiliki kekuasaan akan mampu mengatur, memerintah dan menentukan suatu aturan yang tidak boleh diganggu gugat oleh orang lain, yang mana orang lain tersebut harus mematuhi segala aturan yang ditentukan oleh orang yang memiliki kekuasaan tersebut. Dalam masyarakat nelayan khususnya komunitas tangkahan UD. Budi Jaya, adanya struktur kekuasaan yang memikat satu sama lain diantara sesama pekerja nelayan, yang mana kekuasan tersebut bisa mempengaruhi anggota nelayan lain untuk memetahui segala aturan yang di tentukan oleh orang yang memiliki power (kekuasaan) khususnya Toke Kapal, dalam hal ini adapun struktur kekuasan yang berada di Tangkhan UD. Budi Jaya adalah sebagai berikut ;


(23)

Gambar. Struktur kekuasaan ( Pemerintahan) Tangkahan UD. Budi Jaya

Dari skema diatas dapat dijelaskan bahwa struktur kekuasaan(pemerintahan) yang terjadi di Tangkahan UD.budi jaya adalah posisi teratas dipimpin oleh Toke kapal, Toke kapal akan berurusan dengan Pengurus dalam hal menyetor dana perbelanjaan kapal, selanjutnya pengurus akan menyediakan segala keperluan kapal seperti perbekalan dan lain-lain, setelah perbekalaan sudah tepenuhi pengurus akan memberitahukan kepada Tekong agar mempersiapkan anggota kapal, sebelum kapal berangkat, selanjutnya Tekong akan memrintahkan apit sebagai wakilnya untuk menyiapkan anggotanya yaitu tukang lampung, tukang masak dan tukang haluan, dan tekongpun memerintahkan kuanca untuk mengecek mesin atau menghangatkannya, kuanca memerintahkan keneknya untuk menjalankan tugas tersebut, dan terakhir kuanca mengecek kehadiran anggota kapal apakah sudah mencukupi untuk pergi melaut, setelah itu anggota naik dan membuka tali kapal untuk segera berlayar kelaut

.

TOKE KAPAL

PENGURUS

NAHKODA(JURAGAN)

TUKANG LAMPUNG

TUKANG MASAK APIT

TUKANG HALUAN KUANCA (KKM)

KENEK ANGGOTA


(24)

3.3.4.Pangkat

Dalam suatu komunitas nelayan yang ada di Tangkahan UD. Budi Jaya suatu pangkat atau jabatan sangat penting sekali untuk menentukan suatu posisi dalam sebuah Tangkahan atau kapal, suatu jabatan yang mereka peroleh membuat anggota nelayan mampu memiliki kedudukan yang tidak setara dengan yang lainnya, ada sebutan kaum pejabat dalam komunitas Tangkahan UD. Budi Jaya khususnya dalam sebuah kapal, membuat seorang anggota nelayan memiliki keistimewaan di bandingkan anggota lainnya.

Menurut penuturan Informan saya bang Buyung (42) yaitu

“Selain toke ada juga kaum pejabat dalam sebuah kapal yaitu tekong jabatan sebagai nahkoda tangan kanannya apit, bagian depan kapal pejabatnya anak haluan, tukang lampung, bagian belakang pejabatnya tukang masak, bagian mesin pejabatnya kuanca KKM, mereka semua dianggap kaum pejabat. Bawah-bawahannya itulah anggota kapal.”

3.3.5. Kekayaan

Dalam hal ini kekayaan merupakan suatu proses yang sangat tepat untuk memperoleh suatu kedudukan dan derajat, khususnya si sebuah Tangkahan, di karenakan dalam suatu komunitas nelayan, kekayaan akan membuat seseorang mampu memiliki kedudukan yang sangat tinggi dari orang lain, di Tangkahan UD. Budi Jaya seorang etnis tionghoa mampu menguasai dan memperoleh kedudukan yang tinggi, walupun mereka kaum minoritas di tangkahan tersebut, akan tetapi hal yang membuat para Toke kapal bisa mengusai Tangkahan tersebut ialah karena mereka memiliki kekayaan berupa sebuah kapal atau modal dan dapat menjadi pemimpin di komunitas tersebut di karenakan mereka mampu memperkerjakan anggota nelayan yang lain dengan kekayaannya tersebut dan penghasilan yang


(25)

mereka dapat akan sangat jauh beda dengan para anggota nelayan yang lain khusunya Anak buah Kapal (ABK).

Menurut penuturan Informan saya bang Buyung (42) yaitu,

Biasanya etnis tionghoa yang akan menjadi bos atau Toke, karena mereka yang memiliki kapal dan modal, kalau kekayaan atau penghasilan yang nomor satu itu adalah Toke kapal, disusul tekong (nahkoda), Pengurus, kuanca (KKM), dan Anggota (ABK),

3.4. Kepemimpinan

Pimimpin memang tidak akan lepas dari sebuah komunitas atau masyarakat, sebagai suatu pemimpin biasanya seorang anggota masyarakat akan memiliki kekuasaan untuk bertindak atas segala sesuatu maupun itu merencanakan, mempertimbangkan, mengambil keputusan, melaksanakan keputusan, dan pengawasan pelaksanaan. Dalam sebuah Tangkahan khususnya UD.Budi Jaya Pengusaha atau Toke merupakan sebuah sosok pemimpin, di karenakan mereka dapat mengatur secara keseluruhan perlengkapan yang dibutuhkan kapal, bebas menentukan penjualan hasil tangkapan ikan, dan dapat mengambil keputusan kapan kapal akan berlayar kembali, maka dalam hal ini untuk lebih memperjelas unsur-unsur kepemimpinan khususnya di Tangkahan UD. Budi Jaya ada bebrapa unsur pemimipin yang harus diketahui yaitu;

3.4.1. Popularitas

Didalam Tangkahan UD. Budi jaya seseorang yang di anggap populer atau di senangi banyak orang biasanya akan memiliki sifat baik, suka menolong, ramah, tidak suka marah dan lain-lain, hal ini juga akan berpengaruh terhadap kinerja mereka pada saat di laut, seorang Toke kapal akan sangat disenangi anggotanya biasanya cenderung bersifat ramah-tamah, murah tersenyum, yang membuat popularitas Toke tersebut akan naik di bandingkan Toke-Toke yang lain, dalam hal ini


(26)

Toke yang memiliki popularitas yang baik akan sangat di senangi oleh anggotanya yang lain khususnya anak buah kapal dan biasanya mereka akan sangat disegani dan anggotanya senang kalau Toke memberi perintah, namun bukan hanya Toke saja yang bisa memiliki popularitas, ABK Pun bisa menjadi populer apabila mereka rajin , jujur, suka membantu dan menolong

Menurut penuturan Informan saya bang Buyung (42) yaitu,

“Biasanya kalau Toke yang sangat disenangi itu memiliki sifat ramah, tidak pelit, tidak suka marah, kalau Pengurus itu rajin, tidak suka marah, sukak menolong dan membantu, kalau Tekong hampir sama juga tidak pelit, tidak sukak marah, ramah, kalau kuanca biasanya rajin, sukak membantu, kalau anggota harus rajin”

3.4.2. Wewenang

Dalam hal ini adapun wewenang yang terjadi di tangkahan UD. Budi Jaya tidak terlepas nama nya Toke kapal, seorang Toke akan memiliki wewenang penuh untuk mengatur, menyediakan dan memerintah segala aspek atau keperluaan yang di butuhkan oleh kapal secara keseluruhan di karenakan mereka memiliki kekuasaan penuh atas modal yang mereka miliki, namun selain Toke kapal yang memiliki wewenang secara keseluruhan, adapulah wewenang lain yang diberikan oleh Toke kepada sebagian anggota kapal biasanya dengan keahlian yang di milikinya, dengan kata lain seorang Pengurus akan memiliki wewenang dengan keahlian yang dimilikinya berupa mengurus segala keperluan kapal sebelum berangkat, atau surat-surat seperti surat-surat izin keberangkatan, pajak dan lain-lain yang menyebabkan pengurus mendapat wewenang penuh di bagian tersebut.

Selain pengurus, Tekong juga memiliki wewenang di sebuah kapal di karenakan dia memiliki keahlian dan legitimasi berupa sertifikat Angkapin 3, biasanya Tekong akan memiliki wewenang penuh di bagian mengemudikan kapal,


(27)

menentukan lokasi di jatuhkannya jaring, dan menentukan kapan kapal akan pulang dari laut, dalam hal ini wewenang Tekong akan sangat terlihat kalau kapal sedang berada di laut, selain tekong ada juga seorang kuanca (KKM) yang memiliki wewenang di sebuah kapal, namun dalam hal ini bedanya dengan tekong kalau Kuanca dia memiliki wewenang di ruangan kamar mesin, sedangkan Tekong dia memiliki wewenang sebagai nahkoda atau mengendalikan kapal, akan tetapi kuanca juga memiliki keahlian khususnya di bagian mesin dan juga mendapat legitimasi dari pemerintah berupa sertifikat Angkapin 3.

Menurut penuturan Informan saya bang Buyung (42) yaitu,

“Kalau wewenang toke itu dia mengatur secara keseluruhan, kalau tekong di laut harus bertanggung jawab terhadap anak buah kapal, menentukan lokasi, kapan kapal harus pulang dan berangkat, kalau Pengurus arus ada perintah dari atas, menyiapkan minyak, perbelanjaan, melaporkan kerusakan, mengurus surat-surat kapal dan melaporkan ukuran jaring, GT kapal, atau penghasilan dan jenis ikan yang di tangkap ke pemerintah dan juga melaporkan jumlah anggota kapal ke pusat biasanya per semester kalau ini sudah 4 semester ada laporan, setiap tahun pasti harus ada laporan kepusat, kalau itu kuanca wewenanngya yaitulah paling keras mengoperasikan, menjaga dan merawat mesin, kalau anggota mana ada wewenangnya Cuma pekerja sajalah, orang yang di suruh-suruh”

3.4.3. Kekuatan

Dalam Tangkahan UD.Budi Jaya kekuatan seorang Toke kapal biasanya etnis Tionghoa bisa di lihat dari kekuasaan yang mereka peroleh, biasanya Toke akan mempunyai kekuatan untuk menakuti anggotanya dengan cara memberhentikan pekerja nelayan tersebut, dan membuat seorang nelayan kehilangan pekerjaannya, selain itu kekuatan Toke akan di bantu oleh aparat seperti polisi, dan tentara, agar mereka bebas dari ancaman nelayan yang sakit hati atau tidak suka terhadap mereka, namun memang tidak boleh dipungkiri seorang Toke memang memiliki kekuasan atau power yang penuh dalam suatu komunitas nelayan tidak heran mereka bisa


(28)

menjadi seorang pemimipin dalam suatu Tangkahan tersebut Khususnya di Tangkahan UD. Budi Jaya.

Menurut penuturan Informan saya bang Buyung (42) yaitu,

Bagaimana lagi Toke memang orang yang sangat berkuasa, kalau kekuatan fisik lebih kuat kita lagi, tapi orang itu di sewanya pulak atau di bayarnya aparat, macam mana kita melawannya, harus patuh lah kita jadinya, tapi jarang nya itu kita melawan, kalau di pecatnya kita nanti kayak mana, ikuti ajalah kemauan dia, senang gak senang yang penting kita bisa dapat pekerjaan untuk memnuhi kebutuhan hidup”


(29)

BAB IV

HUBUNGAN ANAK BUAH KAPAL (ABK) DAN TOKE KAPAL

4.1. Sitem Pembagian Kerja Antara ABK dan Toke Kapal

Dalam suatu sistem pembagaian kerja adanya proses untuk menempatkan sesorang dalam suatu wadah tertentu untuk menjalin kerja sama yang di tentukan dengan adanya pembagian tugas masing-masing berdasarkan pengetahuan, kemampuan dalam bidangnya masing-masing yang telah di tentukan penempatannya untuk mengerjakan suatu proyek atau pekerjaan.

Pembagian kerja merupakan hal yang sudah biasa kita dengar khusunya pada saat sesorang tersebut sudah mendapatkan pekerjaan, baisanya dengan adanya sistem pembagian kerja tersebut seseorang akan mengetahui peran atau tugasnya masing-masing, tanpa adanya suatu permasalahan atau kendala pada saat memulai pekerjaan, dan pembagian kerja tersebut membuat seseorang memahami tugasnya, dengan kata lain tanpa di perintahpun seseorang tersebut paham dengan pekerjaannya.

Di Tangkahan UD. Budi Jaya adapun pembagian kerja antara ABK dan Toke Kapal biasnya terjadi dalam proses reproduksi penagkapan ikan, dalam hal ini seorang Toke kapal akan menjalin kerja sama dengan ABK yang terdiri dari Tekong, apit, tukang masak, tukang lampung, tukang haluan, kunaca, dan anggota kapal yang mana memiliki tugas atau perannya masing-masing pada saat kapal berangkat ke laut, dengan kata lain adapun sitem pembagian kerja antara ABK dan Toke Kapal khusunya di Tangkahan UD.Budi Jaya bisa kita lihat di bawah ini;

1. Toke kapal pembagian kerjanya adalah mengendalikan kapal,meyiapkan perbekalan berangkat, menyiapakan kekurangan


(30)

kapal seperti mesin, alat-alat, jaring atau menyiapkan secara keseruluhan perlengkapan dan kebutuhan kapal.

2. Tekong (nahkoda) pembagaian kerjanya adalah mencari atau menentukan dimana lokasi ada ikan, mengendalikan kapal, memerintahkan menjatuhkan jaring dan melabu jaring.

3. Apit (wakil Tekong) pembagian kerjanya adalah semua yang mencakup kapal seperti memerintahkan tukang lampung ,tukang masak dan tukang haluan.

4. Tukang masak pembagian kerjanya adalah menjadi koki kapal dan menyeiapkan konsumsi makanan seperti sarapan pagi, siang dan malam,

5. Tukang lampung pembagian kejanya adalah terjun ke laut untuk memperbaiki dan meluruskan jaring ikan pada saat di jatuhkan dan mengatur anggota yang ke luar atau masuk,

6. Tukang Haluan pembagian kerjanya adalah menarik jangkar, mengatur sampan (perahu), meluruskan jaring pada saat di angkat supaya ikan bisa keluar

7. Kuanca pembagian kerjanya adalah menghidupkan mesin induk atau mesin lampu, memeriksa bodi kapal bocor atau tidak, dan memeriksa baling-baling kapal (kipas), sedangkan

8. Anggota pembagian kerjanya adalah menarik jaring atau pukat pada saat di laut.

Namun demikian sitem pembagian kerja khususnya untuk ABK bisanya akan memiliki kriteria atau keahlian tersendiri untuk menempati posisi dan menjalankan pekerjaan yang akan di berikan kepadanya, dalam hal ini seseorang yang biasanya


(31)

memiliki keahlian dalam suatu kapal yaitu di kategorikan sebagai golongan-golongan pejabat seperti Tekong, apit, tukang masak, tukang haluan, tukang lampung, dan kuanca, mereka semua harus memiliki kehalian masing-masing untuk menempati posisi tersebut dan menjalakan tugas atau pembagian kerja yang sudah di tentukan, akan tetapi kalau cuma posisinya sebagai anggota ABK tidak ada keahlianpun pasti akan di terima untuk melakukan pekerja yang sudah di tentukan oleh Toke Kapal atau Tekong ( Nahkoda). Menurut beberapa penuturan informan saya

. Berdasarkan penuturan dari informan saya bang Raja Harahap (41):

“Sesuai dengan keahlian, tidak boleh sembarangan orang, diharuskan memiliki keahlian, dan surat-surat SKK baru dapat diterima menjadi kuanca”

Berdasarkan penuturan dari informan saya bang Lukman Sarumpait (46): “Sesuai tidak bisa asal-asal, memang keahlian tersensendiri memang ada bidangnya dan harus mempunyai surat angkapin 3 baru bisa jadi Tekong”

Berdasarkan penuturan dari informan saya pak J Butar-butar (50):

` “tidak sesuai, tanpa keahlianpun bisa masuk, suka-suka Toke aja, namanya anggota kapal ”

Dalam hal ini dengan adanya sistem pembagian kerja yang sebagaian besar di dasari oleh keahlianya masing-masing, membuat penerapan sitem pembagaian kerja tersebut akan berjalan sesuai dengan yang diinginkan khususnya pada saat kapal sedang berada di laut, yang mana dapat memperlancar proses penangkapan hasil tangkapan ikan, Tanpa ada kendala di karenakan ABK punya tanggung jawab langsung terhadap pekerjaan mereka masing-masing, yang sudah ditentukan, yang menyebabkan proses penerapan sistem pembagian kerja tersebut berjalan dengan lancar, Menurut beberapa penuturan informan saya.


(32)

Berdasarkan penuturan dari informan saya Lukman Sarumpait (46): “Penerapannya lancar, Cuma kendala pada hasil tangkapan ikan, kalau ikan sedikit dan tidak ada pening kepala, malas kita ditanyain” Berdasarkan penuturan dari informan saya bang Raja Harahap (41):

“Berjalan lancar tidak ada Kendal sama sekali memiliki kerjanya masing-masing”

Berdasarkan penuturan dari informan saya Pak J Butar-butar (50):

“Harus Tanggung jawab sesuai dengan tugasnya masing-masing tugas harus dikerjakan suka tidak suka waib dikerjakan”

Dengan kata lain dengan adanya sistem pembagian kerja tersebut membuat ABK dan Toke kapal di Tangkahan UD. Budi Jaya mengetahu perannya masing-masing, Maka dengan adanya pembagian kerja, seorang ABK akan memiliki peran tersendiri di suatu kapal, peran tersebut membuat ABK sangat dibutuhkan oleh pemilik kapal khusunya Toke Kapal untuk menjalankan usahanya memproduksi hasil tangkapan ikan, dalam suatu sistem pembagian kerja adapun dampak yang diperoleh mengakibatkan keteraturan antara sesama pekerja nelyan, Menurut beberapa penuturan informan saya,

Berdasarkan penuturan dari informan saya bang Hasan Basri (44):

“Dampak sistem pembagian kerja tersebut membuat kami teratur dikarenakan sudah ada tugas masing-masing”

Berdasarkan penuturan dari informan saya Pak J Butar-butar (50): “Kerjanya terutur tetapi duitnya tidak teratur”

Berdasarkan penuturan dari informan saya bang Buyung (42):

“Teratur punya bagaian masing-masing, tertib sudah ada di tentukan tapi kalau pukek kapal rusak baru dikerjakan bersama atau gotong royong yang mana di kepalai oleh Apit kapal”


(33)

Maka demikian dengan adanya adanya sitem pembagiam kerja tersebut mengakibatkan terbentuknya sautu kelompok kerja yang akan memunculkan suatu hubungan antara anak buah kapal (ABK) dan Toke Kapal.

4.2. Hubungan ABK dan Toke Kapal di Tangkahan UD.Budi Jaya

Dalam suatu tangkahan adanya suatu pola hubungan biasanya terjadi antara sesama nelayan dan pengusaha, keterkaitan hubungan tersebut biasanya di dasari dengan hubungan pekerjaan (bisnis), yang mana hubungan tesebut memicu terjadi proses ketidakseimbangan antara nelayan pemilik (Toke) dan nelayan pekerja (ABK). Hal tersebut terjadi di karenakan adanya suatu pola hubungan pantron-klien antara Toke kapal dan ABK yang mengakibatkan terjadi ikatan, yang mana patron biasanya Toke kapal akan mengusai kliennya yaitu ABK, dikarenakan Toke Kapal adalah seorang yang memiliki modal dan menawarkan jasa kepada ABK untuk menjalankan usahanya dengan ketentuan yang di buat Toke kapal menyebabakan seorang ABK tidak bisa melawan atau memberontak bila terjadi ketidakadailan khusunya dari segi ekonomi dan seorang ABK akan mematuhi segala perirntah Toke kapal walaupun perintah tersebut tidak sesusai dengan kehendaknya, dengan kata lain adanya pola hubungan Patron-klien tersebut menyebabkan terjadi konfilik di antara keduanya yang mana pantron(Toke) akan sangat berperan besar dalam kehidupan seorang klien (ABK).

Hal tersebut bisa terlihat di Tangkahan UD. Budi jaya yang mana seorang Toke kapal sebagai patron yang memiliki modal dan sebuah kapal yang terdiri dari beberapa kapal nelayan akan memperkerjakan klienya yaitu anak buah kapal (ABK) untuk menjalankan usahanya, dengan ketentuan seorang Toke akan menyedaakan segala keperluan kapal pada saat di kapal di darat maupun di laut, dalam hal ini


(34)

seorang Toke baisanya terdiri dari 1 orang yang mana mereka memilki lebih dari satu kapal, akan memilih Tekong terlebih dahulu untuk di pekerjakan di karenakan Tekong yang akan mencari anggotanya sendiri pada suatu kapal yang mereka kemudikan untuk berangkat ke laut,

Menurut penuturan informan saya bang Lukman Sarumpait (46)

Kadang-kadang seorang Toke sering memintak Tekong untuk mencari anggotanya sendiri biasanya kuanca dan anggotanya yang lain ,seiring dengan itu biasanya dusanaknya atau saudara sendiri yang di panggil atau dipekerjakanya”

Maka dengan adanya ABK sebagai klien dan Toke Kapal sebagai patron membuat hubungan antara keduanya akan saling berkaitan untuk menjalankan usaha penagkapan ikan, walupun Toke yang akan mendapatkan keuntungan yang lebih dari ABK, tidak selamanya seorang ABK akan mendapatkan pertolongan dari Toke kalau mendapat suatu masalah, yang menyebabkan ketidakadilan hubungan Patron-klien tersebut khususnya dari segi, sosial, ekonomi dan budaya yang mana hubungan tersebut akan berkaitan secara langsung dalam proses pola hubungan antara ABK dan Toke kapal khususnya di Tangkahan UD. Budi Jaya.

4.2.1. Hubungan sosial

Dalam hal ini hubungan sosial bisa di kaitkan langsung dengan interasi sosial yang mana sautu interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial oleh karena itu tanpa adanya interaksi sosial tidak akan mungkin ada kehidupan bersama. Interaksi sosial dimaksudkan sebagai pengaruh timbal balik antar individu dengan golongan didalam usaha mereka untuk memecahkan persoalan yang diharapkan dan dalam usaha mereka untuk mencapai tujuannya (Ahmadi, 2004: 100), maka dalam hal ini suatu hubungan sosial yang terjadi di Tangkahan UD.Budi jaya tidak akan terlepas dari namanya saling membutuhkan satu sama lain terutama antara ABK


(35)

dengan Toke kapal dan sesama anggota kapal (ABK), hal ini meyebabkan terjadi hubungan kerjasama antara ABK dan Toke kapal dalam menjalankan usaha reproduksi hasil perikanan, namun dalam hal ini suatu pola patron-Klien tidak akan terlepas dari namanya hubungan sosial, yang mana hubungan sosial antara ABK dan Toke Kapal yang terjadi di Tangkahan UD. Budi Jaya biasanya bersifat memberi pertolongan dan menjalin suatu ikatan khususnya Antara sesama ABK dan ABK dengan Toke kapal.

Maka dalam hal ini adapun hubungan sosial yang terjadi antara ABK dan Toke kapal di tangkahan UD.Budi Jaya bisa dilihat di beberapa Tabel Tunggal di bawah ini yaitu:

Table 4.1.

Menjelaskan mengenai suatu pilihan kemanakah ABK pada saat mengalami gangguan kesehatan seperti sakit, meminta pertolongan.

Kategori Presentase

A B C D E

Dokter Saudara Teman Toke kapal Tokoh agama

20,00 44,00 14,00 16.00 6.00

Jumlah 100,00

N=50

Dari table di atas bisa di lihat adanya kecenderungan seorang ABK kapal di Tangkahan UD. Budi Jaya lebih banyak memilih saudaranya untuk meimnta pertolongan pada saat mereka sedang sakit,degan Presentase 44,00 persen ketimbang memilih Toke kapal yang hanya 16,00 persen di sebabkan karena, suatu ketidakadilan yang di dapat ABK, khusunya seoarang anggota kapal yang memiliki posisi terendah


(36)

dalam suatu kapal nelayan, membuat Toke kapal hanya memberi pertolongan bila ada laporan dari Tekong atau kuanca mengenai anggota yang sakit barulah diberi pertolongan, menurut beberapa penuturan informan saya.

Berdasarkan penuturan dari informan saya Pak J Butar-butar (50):

“Kalau kita sakit harus ada deking yang kita kenal seperti tekong dan kuanca, baru lah ditanggapi kalau tidak ada deking tidak akan di tanggkapi sama Toke kapal”

Berdasarkan penuturan dari informan saya bang Herman (32):

“Kalau kita sakit dilaporkan dulu kekuanca, kuanca berhadapan langsung dengan Toke Kapal, barulah Toke kapal memberi uang perobatan, tapi kalu tukang masak berhdapan dulu dengan pengurus” Namun demikian tidak semuanya ABK kapal dapat perlakuan seperti itu, adanya rasa tanggung jawab oleh Patron yaitu Toke Kapal untuk menolong kliennya yaitu ABK, membuat hubungan keduanya sangat baik walupun hanya pejabat-pejabat dalam suatu kapal itu yang lebih dipentingkan dari pada anggota bawahan yang lain, tu bisa dilihat dengan adanya fasiltas kesehatan yang diberikan oleh Toke kapal berupa Rumah Sakit atau Puskesmas tempat untuk ABK kapal pergi berobat, dan uang perobatannya di tanggung oleh Toke Kapal. menurut beberapa penuturan informan saya.

Berdasarkan penuturan dari informan saya bang Abdul Lubis (34):

“Kepada bos atau Toke untuk memberikan perobatan, adapun fasilitas yang diberikan berupa puskesmas,rumah sakit, dan biayanya dikasih oleh Toke kapal”

Berdasarkan penuturan dari informan saya bang Buyung (42):

“Tempat berobat, Toke yang membiayai walupun tidak keseluruhan, tempatnya teserah kalau di puskesmas atau di rumah sakit tergantung penyakit, biasanya tidak terikat keinginan anak buah kapal”


(37)

Akan tetapi tidak selamanya ABK dapat pertolongan dari Toke kapal, hal itu disebabkan karena Toke kapal hanya bertanggung jawab terhadap ABK yang mengalami Gangguan kesehatan pada saat di laut dan tidak bertanggung jawab apabila ABK sedang mengalami gangguan kesehatan saat pada saat kapal belum berangkat atau di darat, menurut beberapa penuturan informan saya.

Berdasarkan penuturan dari informan saya bang Tamsir Panggabean (44): “Kalau sakitnya dari laut baru ada bantuan perobatan dari Toke, tapi kalua sakitnya di darat tidak ada bantuan dari Toke, karena tidak ada hubungan sama pekerjaan”

Berdasarkan penuturan dari informan Lukman Sarumpait (46 ):

“Kalau sakitnya di laut dibawak kepulau itu yang menanggung biaya adalah pengusaha atau toke, kalau di darat tidak ada sangkut paut dengan Toke, karena bukan ruang lingkup kerja”

Hal ini menyebabkan seorang ABK hanya menerima keputusan yang di berikan oleh Toke kapal terhadap upaya bantuan kesehatan, walupun keputusan tersebut tidak sesuai deangan keinginan ABK, setidaknya dengan adanya bantuan kesehatan tersebut, seorang ABK tidak khawatir dengan ganguan kesehatan yang dialaminya pada saat mereka sedang di laut.


(38)

Table 4.2.

Menjelaskan mengenai suatu pilihan ketika pada saat kealuarga saudara (ABK)mengalami kemalangan, kemanakah saudara meminta pertolongan.

Kategori Presentase

A B C D E

Tokoh masyarakat Toke

Tetangga Teman Ukm masjid

20,00 6,00 48,00 6,00 20,00

Jumlah 100,00

N=50

Dari table diatas dapat dijelaskan adanya kecenderungan seorang ABK lebih banyak memilih Tetangga dari pada yang lain terutama Toke Kapal, dengan Presentase 48,00 persen untuk Tetangga, dan 6,00 persen untuk Toke kapal, dikarenakan tetangga adalah orang yang sangat dekat dengan rumah mereka, walupun demikian peran Toke kapal dalam memberi perhatian terhadap ABK yang mangalami kemalangan bisa dibilang ada perhatian, namun perhatian tersebut hanya sekedar bantuan berupa keuangan, kadang-kadang Toke kapal malas untuk mendatangi rumah ABK yang mengalami kemalangan, Toke hanya menitipkan bantuan berupa dana kesalahsatu anggotanya yang biasanya diberikan kepada Tekong, yang hadir untuk menjenguk anggotanya yang mengalami kemalangan.

Menurut penuturan informan saya bang Buyung (42):

“Ada bantuan dari Toke, melalui tekong yang mana berupa dana, biasanya Toke kadang-kadang datang, kadang-kadang tidak, tapi kebanyakan Toke tidak datang karena ada kesibukan, Cuma bantuan dana yang diberikan”

Akan tetapi tdak selamanya ABK dapat bantuan kemalangan dari Toke Kapal adanya kecenderungan Toke kapal hanya meperhatikan atau membantu kalau ABK


(39)

yang sedang berada dilaut mengalami kemalangan, ketimbang ABK yang mengalami kemalangan pada saat di darat, hal tersebut terjadi dikarenakan seorang Toke kapal lebih punya tanggung jawab penuh terhadap ABK yang sedang berada dilaut dari pada ABK yang berada didarat di karenakan adanya hubungan kerja tersebut, Menurut beberapa penuturan informan saya.

Berdasarkan penuturan dari informan saya Bang Raja Harahap (41):

“Sesama tidak ada bantuan dari Toke kalau itu didarat, kalau itu dilaut terjadi kecelakaan atau terjadi kemalangan baru dibantu oleh berupa sumbangan dana”

Berdasarkan penuturan dari informan saya Tamsir Panggabean (44):

“Kalau kemalangannya berada dilaut, ada bantuan dari Toke, tapi kalau kemalangan didarat tdak ada bantuan dari Toke karna tidak ada hubungan”

Dalam hal ini jika ABK mengalami sebuah kecelakaan atau kemalangan pada saat dilaut, adapun tindakan yang dilakukan tergantung ketentuan seorang Tekong yang mana Tekong memberitahu kepada Toke Kapal bahwa aggotanya mengalami kecelakaan, Toke kapal akan memutuskan hal yang dilkukan, biasanya hal tersebut dengan meminta bantuan kepada kapal nelayan yang lain, pada saat mereka melintas dan mau pulang kedarat, akan tetapi kalau tidak ada kapal nelayan yang melintas mau pulang, terpaksa kapal akan pulang kedarat walupun hasil tangkapan ikan belum cukup.

Menurut penuturan informan saya bang Lukman Sarumpait (46):

“Kalau ada anggota mengalami kemalangan dilaut, kalau ada kapal kawan ditengah dikirim pulang, kalau tidak ada kapal pulang, terpaksa pulang kedarat dan dibantui dengan ala kadarnya menenggang prikemanusiaan”


(40)

Table 4.3.

Menjelaskan mengenai suatu pilihan kepada siapa saudara meminta perlindungan ketika dapat ancaman dari sesama pekerja nelayan.

Kategori Presentase

A B C D E

Polisi

Pengurus tangkahan Tokoh masyarakat Toke

Teman

52,00 6,00 4,00 16,00 22,00

Jumlah 100,00

N=50

Table di atas dapat dijelaskan adanya sauatu ancaman dari seseama pekerja nelayan baik itu antara sesama ABK dan juga ABK dengan Toke kapal, membuat seorang ABK kapal akan meminta suatu pertologan untuk melindungi dirinya dari segala ancaman yang akan terjadi pada saat melakukan pekerjaan, dalam hal ini ancaman tersebut biasa terjadi dikarenakan adanya rasa iri dengan sesama pekerja nelayan, hal tersebut terjadi hanya antara sesama ABK saja tidak pernah ada ancaman yang datang untuk Toke kapal, dikarenakan ABK sangat takut dengan Toke kapal, kalau mereka sampai bermasalah dengan Toke Kapal, ABK akan kehilangan pekerjaan, dan disini juga Toke kapal sangat dilindungi oleh Aparat keamanan seperti Kepolisian atau TNI.

Dari data di atas Seorang ABK lebih cenderung memilih Polisi untuk miminta pertologan dikarenkan polisi merupakan penegak hukum yang sangat mereka percayai untuk menyelesaikan persoalan ini, alasannya karna polisi itu bagian dari keamanan, namun itu hanya sebatas pada saat ABK mendapat ancaman di darat saja, kalau ABK


(41)

mendapat ancaman dari sesama pekerja nelayan di laut , orang yang mereka percayai untuk meminta pertolongan yaitu Toke Kapal.

Menurut beberapa penuturan informan saya.

Berdasarkan penuturan dari informan saya bangTamsir Panggabean (44): “Toke memberi perlindungan kalau itu dilaut, kalau itu didarat adalah aparat keamanan seperti polisi”

Berdasarkan penuturan dari informan saya bang Hasan Basri (44):

“Aparat kalua itu didarat, kalu dilaut barulah Toke yang diwakili oleh Tekong, jadi kalau didarat tidak ada sangkut paut dengan Toke”

Hal tersebut terjadi karena Toke Kapal merupakan orang yang bertanggung jawab atas segala sesuatu yang terjadi pada ABK pada saat dilaut, yang mana seorang ABK akan mendapat pertolongan atau perlindungan dari Toke kapal, hal tersebut bisa terjadi karena adanya suatu hubungan kerja sama yang terjadi antara ABK dan Toke kapal dalam wadah reproduksi hasil penangkapan ikan. Dengan hal tersebut membuat ABK akan mendapat persetujuan pelindungan dari Toke kapal kalau mereka sudah meberi laporan kepada perwakilan Toke kapal yaitu Tekong.

Menurut penuturan informan saya bang Buyung (42):

“Toke yang melindungi, kalau kita sudah mengadu sudah disetujui oleh pihak Toke, yang mana toke meminta perwakilan diri kepada Tekong yang turun tangan untuk mendamaikan, dengan cara musyawarah, kalu tidak bisa dimusyawarakan, barulah main hukum”


(42)

Table 4.4.

Menjelaskan mengenai hubungan sesama nealayan maupun itu dengan ABK dan Toke kapal.

Kategori Presentase

A B C D E

Ada persaingan Baik

Biasa saja Tidak baik Terjadi konflik

2,00 52,00 44,00 2,00 0

Jumlah 100,00

N=50

Dari table diatas dapat dijelaskan bahwa hubungan yang terjadi antara sesama ABK dan Toke kapal berjalan dengan baik ditandai dengan tidak adanya konflik yang terjadi, yang mana ABK lebih cenderung memiliki hubungan baik dan biasa saja dengan sesama ABK dan Toke Kapal, dengan Presentase 52,00 persen untuk hubungan baik dan 44,00 persen untuk hubungan biasa saja, hal tersebut membuat hubungan yang terjadi bersifat harmonis,

Menurut penuturan informan saya bang Raja Harahap (41):

“Hubungannya baik-baik saja dikarenakan kita mempunyai jiwa yang netral, bisa mengontrol emosi, karena kita masih menjalin kerja sama di kapal tersebut”

Namun demikian hubungan baik tersebut biasa terjadi dikarenakan adanya hubungan kerja sama yang terjadi antara ABK dan Toke kapal, yang mana hubungan tersebut membuat ABK sangat menjaga perasaan atasan ataupun patronnya yaitu Toke kapal, selama ABK masih dipakai untuk menjadi klienya, hubungan tersebut


(43)

akan berjalan dengan baik, begitu juga dengan sesama ABK harus saling menjaga satu sama lain. Menurut beberapa penuturan informan saya.

Berdasarkan penuturan dari informan saya bang Hasan Basri (44):

“Hubungannya baik-baik saja kalau kita tidak baik gak mungkin kita menjalin kerjasama”

Berdasarkan penuturan informan saya bang Lukman Sarumpait (46):

“Hubunganya bagus tidak ada masalah, kalau selama lagi dipakai untuk dipekerjakan”

Berdasarkan penuturan dari informan saya Bang Herman (32):

“Hubungannya baik-baik saja, tidak ada kendala saling menjaga perasaan satu sama lain”

Table 4.5.

Menjelaskan mengenai pekerjaan atau usaha lain yang dilakukan oleh ABK selain menjadi nelayan.

Kategori Presentase

A B C D E

Tukang becak Rumah makan Menjual alat pancing Kedai/lapo

Dan lain-lain

16,00 4,00 8,00 28,00 44,00

Jumlah 100,00

N=50

Dari table diatas dapat dilihat bahwa nelayan ditangkahan UD.Budi Jaya selain pekerjaannya sebagai seorang nelayan tetap ada juga sebagian nelayan yang memiliki pekerjaan sampingan maupun itu sabagai seorang Tukang becak, memiliki usaha rumah makan, dan kedai/lapo atau menjual alat pancing, dan lainnya seperti beternak ayam, petani, dan menjual jajanan anak-anak, walaupun demikian adanya kecenderungan seorang nelayan ABK memiki usaha lain dikarenakan,


(44)

ketidakseimbangan antara pemasukkan dan pengeluaran yang menyebabkan seorang nelayan ABK harus mencari pemasukkan yang lain terutama dengan pekerjaan sampingan dan menderikan usaha atau berjualan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, terutama pada saat musim peceklik atau tarang bulan .

Menurut penuturan dari informan saya bang Abdul Lubis (34):

“Usaha atau pekerjaan lain ada seperti petani dan berjualan makanan-makanan anak-anak, kalau hasil laut yang kita dapat tidak mencukupi kebutuhan hidup, balum lagi biaya anak sekolah, uang air dan listrik, balum lagi jajan anak, pening kepala jadinya, kalu ndak ada pekerjaan bang yang lain habislah, untung saja ada jualan ini, biarpun hasilnya tidak menentu tapi dalam satu hari itu sudah ada penghasilan, itulah yang membantu abang kalau kapal tidak berikan dan pada saat kapal tidak berangkat gara-gara tarang bulan” Namun demikian tidak keseluruhan nelayan ABK di Tangkahan UD. Budi Jaya memiliki usaha atau pekerjaan yang lain, ada sebagian ABK hanya meggantungkan hidupnya sebagai nelayan tetap saja, dengan penghasilan yang mereka anggap sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup, dan tanpa ada modal yang ABK keluarkan, dengan cuma alat pancing dan tenaga yang mereka keluarkan sudah dapat menghasilkan kebutuhan hidup tanpa ada satupun kerugian yang di dapat, dengan begitu nelayan ABK lebih menikmati pekerjaan sebagai nelayan tetap saja. Menurut beberapa penuturan informan saya;

Berdasarkan penuturan informan saya bang Raja Harahap (41):

“Tidak ada pekerjaan atau usaha lain yang abang jalankan, hanya sekedar menjadi nelayan tetap saja, yang penting sudah dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari”

Berdasarkan penuturan dari informan saya bang Hasan Basri (44): “Tidak ada pekerjaan yang lain, hanya menjadi nelayan tetap”

Dengan demikian seorang nelayan ABK di Tangkahan UD.Budi Jaya akan memiliki pekerjaan atau usaha yang lain apabila ABK tersebut tidak dapat memenuhi


(45)

kebutuhan hidupnya dengan hasil yang diperolehnya dari laut, walaupun begitu adapun pekerjaan yang lain itu hanya sekedar menutupi waktu luang saja, dari pada duduk dirumah mendingan mengerjakan yang lain sebelum kapal berangkat kembali kelaut, biasanya seorang ABK yang menjadi nelayan tetap tidak memikirkan hal tersebut disamping keterbatasan modal dan juga tidak ada lokasi atau jaringan yang mereka butuhkan, mendingan mereka hanya fokus pada satu pekerjaan saja yaitu sebagai seorang nelayan.

Tabel 4.6.

Menjelaskan ikatan seorang nelayan maupun itu dengan ABK dan Toke kapal.

N=50

Dari table diatas bisa jelaskan bahwa ada suatu ikatan antara sesama nelayan maupun iti dengan ABK dan Toke kapal membuat hubungan di antara keduanya akan berjalan dengan baik khusunya pada saat mereka melakukan pekerjaan, dari data diatas bisa kita lihat adanya kecenderungan seorang nelayan ABK lebih banyak memilih ikatan yang bersifat berteman baik dengan Presentase 44,00 persen, hal tersebut bisa terjadi dikarenakan adanya hubungan kerja diantara sesama ABK dan Toke Kapal yang menyebabkan terjalinnya suatu ikatan perteman yang cukup baik diantara nelayan ABK atau Toke kapal.

Kategori Presentase

A B C D E

Biasa saja Ada persaingan Tidak ada ikatan Berteman baik Dan lain-lain

22,00 16,00 12,00 44,00 6,00


(46)

Menurut penuturan informan saya bang Raja Harahap (41):

berteman baik, dikarenakan sama-sama udah lama menjalin kerja, menyebabkan terjadinya suatu ikatan pertemanan yang cukup baik dan serimg bercanda gurau dengan sesama anggota kapal

Dengan adanya suatu ikatan tersebut maka penyebab akan terjadi suatu konflik antara sesama nelayan akan sulit terjadi, dikarenakan ikatan tersebut akan membuat seorang ABK akan sangat menghargai anggota kapal yang lain, yang mana ikatan tersebut muncul akibat dari hubungan yang berjalan secara harmonis ( berteman baik), dan juga karna adanya hubungan saudara yang mengikat seorang nelayan ABK dan dengan ABK yang lain, yang menyebabkan ikatan tersebut akan berjalan dengan baik, khususnya bagi seorang anggota kapal yang menjalin ikatan saudara dengan seorang juragan( Tekong). Menurut beberapa penuturan informan saya;

Berdasarkan penuturan dari informan saya bang Hasan Basri (44):

“Ikatan-ikatan sebagai saudara, terutama dengan sesama nelayan terutama kepada juragan”

Berdasarkan penuturan informan saya bang Lukman Sarumpait (46):

“Ikatan sebagai saudara, tapi ada juga tidak ada ikatannya cuma sebagai ikatan antara atasan sama bawahan saja”

Dengan demikian adanya suatu ikatan tersebut memunculkan terjadinya suatu pola hubungan kerja yang berjalan dengan baik antara sesama nelayan, terutama ikatan tersebut muncul akibat dari pertemanan yang berjalan dengan baik atau juga suatu ikatan saudara antara seorang ABK dengan nelayan ABK yang lain.


(47)

4.2.2. Hubungan Ekonomi

Secara intensif, relasi hubungan patron-klien terjadi di dalam aktivitas pranata ekonomi dan kehidupan sosial di kampung. Para patron ini memiliki status dan peranan sosial yang penting dalam kehidupan masyarakat nelayan, Kompleksitas relasi sosial patron-klien (vertikal) dan relasi sosial horisontal di antara mereka merupakan urat-urat struktur sosial masyarakat nelayan.Dalam aktivitas ekonomi perikanan tangkap di kalangan nelayan Madura misalnya, terdapat tiga pihak yang berperan besar, yaitu pedagang perantara(pangamba’), nelayan pemilik perahu, dan nelayan buruh (Kusnadi, 2000). Ketiga pihak terikat oleh hubungan kerja sama ekonomi yang erat. Pedagang perantara menyediakan bantuan dan pinjaman (uang) ikatan untuk nelayan pemilik dan nelayan buruh. Nelayan pemilik menyediakan bantuan dan pinjaman ikatan kepada nelayan buruh. Hubungan kerja sama ekonomi di antara mereka diikat oleh relasi patron-klien.

Relasi sosial ekonomi bebasis patron-klien ini berlangsung intensif dan dalam jangka panjang. Relasi sosial ekonomi akan berakhir jika terjadi persoalan yang tidak bisa diatasi di antara mereka, sehingga pihak nelayan pemilik dan nelayan buruh harus melunasi utangutangnya kepada pedagang perantara. Sedemikian dalamnya relasi patron-klien mendasari aktivitas ekonomi nelayan, sehingga ada peneliti yang menyebut organisasi ekonomi nelayan sebagai organisasi ”ekonomi patron-klien” (Elfindri. 2002)

Maka dengan demikian adapun hubungan ekonomi yang terjadi antara ABK dan Toke kapal di tangkahan UD.Budi Jaya bisa dilihat di beberapa Tabel Tunggal di bawah ini yaitu:


(48)

Tabel 4.7.

Menjelaskan kepada siapa seorang ABK akan meminta pertolongan suatu pinjaman pada saat kapal tidak pergi melaut

Kategori Presentase

A B C D E Sahabat Tetangga Teman Toke kapal Tokoh agama 18,00 22,00 16,00 38,00 6,00

Jumlah 100,00

N=50

Tabel 4.8.

Menjelaskan mengenai kepada siapa seorang nelayan ABK, meminta pertolongan pada saat membutuhkan suatu pinjaman saat kapal pergi melaut.

Kategori Presentase

A B C D E Sahabat Tetangga Teman Toke kapal Tokoh agama 16,00 24,00 26,00 34,00 0

Jumlah 100,00

N=50

Dari dua(2) table diatas bisa dijelaskan bahawa hubungan ekonomi yang terjadi diantara ABK dan Toke kapal selain pembagian upah, bisa dilihat dari data yang diperoleh adanya kecenderungan seorang ABK akan meminta pertolongan kepada patronnya yaitu Toke kapal yang mana berupa suatu pinjaman uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya pada saat didarat dengan Presentase 38,00 persen


(49)

pada saat didarat terutama pada saat kapal belum berangkat yaitu saat musim terang bulan dan 34,00 persen pada saat dilaut terutama pegangan modal pada saat kapal hendak pergi melaut, hal tersebut bisa terjadi dikarenakan ABK sebagai seorang klien sangat bergantung pada Toke kapal yang mana bertindak sebagai patron, ketika ABK tersebut mengalami gangguan keuangan biasanya orang yang pertama sekali yang mereka jumpai yaitu Toke kapal karena adanya sebuah UUD dan perjanjian yang telah dibuat dalam sebuah tangkahan tersebut yang mewajibkan seorang Toke Kapal agar dapat memberi sebuah pinjaman pada saat nelayan ABK membutuhkan pinjaman tersebut

Menurut penuturan informan saya bang Raja Harahap (41):

“Yang memberi pinjaman Toke kapal, dikarenakan adanya suatu perjanjian antara ABK dan Toke kapal dan menurut UDD Tangkahan”

Dalam hal ini adapun sautu pinjaman yang diberikan oleh Toke kapal kepada ABK tergantung pada jabatan dan posisi mereka pada sebuah kapal nelayan tersebut, namun demikian jabatan seperti juragan, apit dan kuanca lebih sangat sering dapat perhatian lebih dari Toke kapal ketimbang anggota kapal yang lain hal tersebut dilihat dari besar suatu pinjaman yang mereka dapat. Menurut beberapa penuturan informan saya berdasarkan urutan jabatan yaitu Juragan, apit dan kuanca kapal;

Berdasarkan penuturan informan saya bang Lukman Sarumpait (44):

“Yang memberi pinjaman Toke kapal, besar pinjamannya tergantung Toke kira-kira paling keras 1.000.000 juta”

Berdasarkan penuturan informan saya bang Hasan Basri (46):

“Toke, berupa bantuan keungan kira-kira besar pinjaman sekitar 1000.000 juta”


(50)

Berdasarkan penuturan informan saya bang Raja Harahap (44):

“Toke kapal, berupa uang kira-kira 500.000 ribu rupiah pada saat kapal belum atau sudah pergi melaut, dikarenakan menurut UDD berlaku ditangkahan atau pun di kapal-kapal nelayan dan karna masih ada hubungan kerja”

Namun tidak selamannya seluruh ABK dapat perlakuan seperti itu Karena ada sebagian ABK kapal walaupun memiliki jabatan seperti tukang masak, tukang lampung, tukang haluan, mereka kadang-kadang tidak bisa meminjam kepada Toke kapal dan mencari orang yang menyediakan pinjaman yang biasa disebut dengan istilah berlangganan yang mana disini langganan yang dipilih oleh ABK biasanya orang yang mereka kenal dan percaya kepada mereka, disini seorang ABK harus memberikan ikan hasil pancingan mereka pada saat kapal pulang kepada langganan yang ABK pilih, sebagai syarat atau sebagai jaminan bagi seorang ABK agar dapat pinjaman dari langganan mereka dan juga sebagai alat untuk membayar pinjaman ABK kepada langganan mereka.

Menurut penuturan dari informan saya bang Herman (32):

“Urusan pinjaman sama langganan kita, tidak ada urusan sama Toke, itulah kita harus mencari langganan tempat kita mintak tolong dan orang yang menyediakan pinjaman bagi kita”

Maka dalam hal ini seorang ABK yang tidak memiliki jabatan tidak akan bisa mendapat pinjaman dari Toke kapal dan susuh mencari langganan, dikarenakan anggota tersebut tidak memiliki jaminan yang bisa mereka pertanggung jawabkan, yang ditandai dengan seringnya anggota tersebut berpindah-pindah kapal, dan tidak pernah menetap di kapal yang sama tergantung keinginan mereka masing-masing.


(51)

Menurut penuturan dari informan saya Pak J. Butar-butar (50)

“Tidak ada pinjaman, modal nekat saja, dipinjampun pasti tidak keanak kasih, tidak ada jaminan”

Tabel 4.9.

Menjelaskan mengenai tanggapan ABK mengenai hasil pembagian upah terhadap hasil tanggapan ikan

N=50

Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa adanya suatu hubungan ekonomi menyebabkan terjadinya suatu hubungan transaksi antara ABK dan Toke Kapal pada saat proses pembagian upah, dalam hal ini pembagian upah tersebut bisa bersifat adil dan juga bisa bersifat tidak adil, tergantung pada posisi seorang nelayan ABK di kapal tersebut, namun dalam hal ini dari data tabel diatas dilihat bahwa adanya kecenderungan seorang ABK lebih banyak memilih kategori cukup adil dengan Presentase 36,00 persen, dikarenakan pembagian upah tersebut sudah ditentukan atau disepakati sebelumnya dan nelayan ABK beranggapan bahwa Toke kapal yang menyediakan segala perlangkapan kapal, seperti penyediaan alat tangkap, perbelanjaan,dan lain-lain, maka oleh sebab itu menurut nelayan ABK pembagian hasil upah tersebut cukup adil dilihat dari besaran pengeluaran seorang Toke pada saat kapal mau berangkat.

Kategori Presentase

A B C D E

Biasa saja Cukup adil Seimbang

Sangat tidak puas Tidak adil

22,00 36,00 16,00 14,00 12,00


(52)

Menurut penuturan informan saya bang Hasan Basri (46):

“Cukup adil, karena tokelah yang mengeluarkan modal, kita Cuma modal tenaganya saja, walupun tidak sebanding dengan tenaga yang kita keluarkan, tapi ketentuan sudah seperti itu adil, tidak adil kita terima saja, yang penting bisa memenuhi kebutuhan hidup”

Namun demikian tidak semuanya nelayan ABK menerima dan berkata cukup adil dalam pembagian upah tersebut adanya suatu ketidakpuasan yang mereka peroleh membuat seorang ABK merasa tidak adil, dan sangat tidak puas terhadap hasil pembagian upah tersebut yang titandai dengan adanya pemasukkan lain yang mereka peroleh dari hasil tangkapan ikan yang mana biasa disebut dengan ikan pancing supaya dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Menurut penuturan informan saya bang Raja Harahap (44):

“Pembagian upah tersebut tidak sesuai, harus ada tambahan dari hasil ikan pancing barulah dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari”

4.2.3. Hubungan Budaya

Bagi masyarakat nelayan, kebudayaan merupakan sistem gagasan atau sistem kognitif yang berfungsi sebagai ”pedoman kehidupan”, referensi pola-pola kelakuan sosial, serta sebagai sarana untuk menginterpretasi dan memaknai berbagai peristiwa yang terjadi di lingkungannya (Keesing, 1989:68-69). Setiap gagasan dan praktikkebudayaan harus bersifat fungsional dalam kehidupan masyarakat. Jika tidak, kebudayaan itu akan hilang dalam waktu yang tidak lama. Kebudayaan haruslahmembantu kemampuan survival masyarakat atau penyesuaian diri individu terhadaplingkungan kehidupannya. Sebagai suatu pedoman untuk bertindak bagi warga masyarakat, isi kebudayaan adalah rumusan dari tujuan-tujuan dan cara-cara


(53)

yang digunakan untuk mencapai tujuan itu, yang disepakati secara sosial (Kluckhon, 1984:85,91).

Maka dalam hal ini adapun hubungan budaya yang terjadi antara ABK dan Toke kapal di tangkahan UD.Budi Jaya bisa dilihat di beberapa Tabel Tunggal di bawah ini yaitu:

Tabel 4.10.

Menjelaskan suatu pilihan kepada siapa seorang nelayan akan meminta pertolongan pada saat membutuhkan sumbangan dana (uang) saat mengadakan acara pesta pernikahan.

Kategori Presentase

A B C D E

Saudara

Tokoh masyarakat Toke kapal

Tetangga Dan lain-lain

56,00 8,00 24,00 6,00 6,00

Jumlah 100,00

N=50

Dari table diatas dapat dijelaskan bahwa kecenderungan seorang ABK lebih banyak memilih saudaranya sebagai tempat meminta pertolongan dengan Presentase sekitar 56,00 persen, pada saat mengadakan suatu acara pesta pernikahan adalah, karena sebelum mengadakan suatu acara pesta pernikahan biasanya seorang nelayan akan mengumpulkan saudara atau sanak familinya untuk berkumpul dan membahas pesta pernikahan tersebut ditandai dengan musyawarah dengan saudara(sanak family), berupa penentuaan tanggal pesta pernikahan dan juga membahas mengenai dana yang dibutuhkan untuk acara pesta tersebut, dan biasanya semua sanak saudara akan


(1)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas kehendan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dan segala hal yang berkaitan dalam memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana dalam bidang Antropologi Sosial di Fakultas Ilmu Sosoal dan Ilmu politik, Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini berjudul “HUBUNGAN ABK DAN TOKE KAPAL” yang berisi kajian etnografi yang didasarkan pada wawancara mendalam serta observasi yang dilakukan penulis di lapangan.

Dalam Bab I penulis menjelaskan latarbelakang mengapa tertarik melakukan penelitian ini, juga terdapat tinjauan pustaka yang terdapat di dalamnya teori-teori untuk mempermudah penulisan skripsi ini, ada juga tiga rumusan masalah yang menjadi pokok permasalahan pertanyaan dalam penelitian, juga dalam bab ini terdapat tujuan dan manfaat penelitian serta menjelaskan metode penelitian yang digunakan dan rangkuman pengalaman lapangan penelitian.

Dalam Bab II penulis menjelaskan gambaran umum letak lokasi penelitian berupa sejarah singkat Kota Sibolga, Mendepskripsikan Kota Sibolga secara geografis, demografi, sosial dan kultural. Serta menjelaskan SDM kelautan dan Perikanan di Kota Sibolga. Selain itu penulis juga menjelaskan tentang Sarana dan Prasarana Perikanan yang digunakan oleh Masyarakat Pesisir di Kota Sibolga.

Bab III penulis menjelaskan gambaran Tangkahan UD. Budi Jaya berupa lokasi dan fasilitas perikanan yang terdapat di Tangkahan tersebut. Dalam bab ini juga dijelaskan Hubungan Sosial dan Budaya di Tangkahan UD.Budi Jaya seperti Solidaritas, Pelapisan Sosial dan Kepemimpinan yang terdapat di Tangkahan tersebut. Bab IV Menjelaskan bagaimana Sistem Pembagian Kerja di Tangkahan tersebut. Bab ini juga menjelaskan bagaimana Hubungan Anak Buah Kapal (ABK)


(2)

dan Toke Kapal di Tangkahan UD.Budi Jaya, seperti Hubungan Sosial, Ekonomi dan Budaya. Dan juga menjelaskan bagaimana sistem pembagian upah di Tangkahan UD. Budi Jaya Kota Sibolga.

Bab V yang menjadi bagian penutup dari skripsi ini yang berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan akan menjelaskan rangkuman dari keseluruhan isi skripsi dimulai dari Bab I hingga sampai Bab IV, setelah itu penulis memberikan sedikit Saran untuk semua pembaca. Tak ada gading yang tak retak demikian pula dengan Skripsi ini tentu masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran dari berbagai pihak untuk perbaikan selanjutnya serta sebagai bahan pembelajaran untuk tulisan-tulisan selanjutnya.Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua orang khususnya bagi para pembaca baik mahasiswa maupun masyarakat umum terutama bagi masyarakat Nelayan.

Medan, Januari 2016 Penulis


(3)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN

PERNYATAAN ORIGINALITAS ... i

ABSTRAK ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABElL ... xiii

DAFTAR FOTO ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tinjauan Pustaka ... 4

1.3. Rumusan Masalah ... 10

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10

1.5. Metodologi Penelitian ... 12

1.5.1. Lokasi Penelitian ... 12

1.5.2. Metode Penelitian ... 12

1.5.3. Pengalaman Penelitian ... 16

BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. Sejarah... 25

2.2. Letak Geografis ... 31

2.3. Kependudukan ... 32

2.3.1. Jumlah penduduk ... 32

2.3.2. Agama ... 35

2.3.3. Suku bangsa ... 35

2.4. Mata pencaharian hidup ... 36

2.5. Sistem kekerabatan ... 38

2.6. Iklim ... 41

2.7. Sarana dan prasarana ... 41

BAB III HUBUNGAN SOSIAL, BUDAYA TANGKAHAN UD.BUDI JAYA 3.1. Gambaran ... 50

3.2. solidaritas ... 60

3.2.1.Gotong Royong Tolong Menolong ... 60

3.2.2.Gotong Royomg Kerja Bakti ... 61

3.2.3.Musawarat Dan Jiwa Musawarat ... 63

3.3.Pelapisan sosial ... 64

3.3.1. Kepandaian ... 66

3.3.2. Keanggotaan kaum kerabat ... 67

3.3.3. Kekuasaan ... 68

3.3.4. Pangkat ... 70

3.3.5. Kekayaan ... 70

3.4. Kepemimpinan ... 71

3.4.1. Popularitas ... 71

3.4.2. wewenang ... 72


(4)

BAB IV HUBUNGAN ANAK BUAH KAPAL (ABK) DAN TOKE KAPAL

4.1. Sistem Pembagian Kerja Antara ABK dan Toke Kapal ... 75

4.2.Hubungan ABK dan Toke Kapal ... 79

4.2.1. Hubungan sosial ... 80

4.2.2. Hubungan ekonomi ... 93

4.2.3. Hubungan budaya ... 98

4.3. Sistem Pembagian upah ... 106

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Analisa Data ... 118

5.2. Kesimpulan ... 130

5.3. Saran ... 132

DAFTAR PUSTAKA ... 134 LAMPIRAN

1. Foto

2. Daftar Nama Informan 3. Interview Guide


(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 :Jumlah penduduk, Rata-Rata Anggota rumah Tangga ... 33

Tabel 2.2 :Penduduk Menurut Usia dan Jenis Kelamin ... 34

Tabel 2.3 :Sarana dan Prasarana sektor kelautan ... 42

Tabel 2.4 :Data SDM Kelautan dan Perikanan ... 43

Tabel 2.5 :Jumlah Perahudan Kapal ... 45

Tabel 2.6 :Jenis dan Jumlah Alat Tangkap Ikan ... 46

Tabel 2.7 :Perkembangan Jumlah Produksi Perikanan ... 47

Tabel 4.1 :ABK Menagalami Gangguan Kesehatan ... 81

Tabel 4.2 :ABK Mengalami kemalangan, Meminta pertolongan ... 84

Tabel 4.3 :Meminta Perlindungan Ketika Dapat Ancaman ... 86

Tabel 4.4 :Menjelaskan Hubungan Sesama Nelayan ... 88

Tabel 4.5 :Pekerjaan atau usaha Lain Yang Dilakukan ABK ... 89

Tabel 4.6 :Menjelaskan Ikatan Sesama Nelayan ... 91

Tabel 4.7 :Menjelaskan Pinjaman Pada Saat Didarat ... 94

Tabel 4.8 :Menjelaskan Pinjaman Pada Saat Dilaut ... 94

Tabel 4.9 :Tanggapan ABK Mengenai Hasil Pembagian ... 97

Tabel 4.10 :Meminta Pertolongan Dana Pesta Pernikahan ... 99

Tabel 4.11 :Meminta Pertolongan Dana Sunat Rasul ... 102

Tabel 4.12 :Meminta Pertolongan Dana Turun Karai ... 104

Tabel 4.13 :Hasil Pembagian Upah ... 107

Tabel 4.14 :Pengahasilan Nelayan Pulang Pertama Kali ... 113

Tabel 4.15 :Pengahasilan Nelayan Selama Satu Minggu ... 114

Tabel 4.16 :Pengahasilan Nelayan Selama Satu Bulan ... 115


(6)

DAFTAR FOTO

Foto 1. Tangkahan UD.Budi Jaya ... 51

Foto 2. Kapal yang sedang bersender di Tangkahan ... 53

Foto 3. Kapal dilihat dari depan ... 54

Foto 4. Bagian depan (haluan) kapal ... 55

Foto 5. Mesin lampu kapal ... 55

Foto 6. Mesin induk kapal ... 56

Foto 7. Bak penyimpanan ikan ... 57

Foto 8. Daun nibus ... 57

Foto 9. Jaring ikan ... 58

Foto 10. Pekerja Tangkahan Pada Saat Pembokaran Ikan ... 61

Foto 11. Tukang Pilih Pada Saat Pembokaran Ikan ... 62