130
5.2. Kesimpulan
Dalam penelitian dapat dijelaskan bahwa dalam kehidupan masyarakat nelayan khususnya masyarakat nelayan di tangkahan UD. Budi Jaya Sibolga, sautu
pola hubungan terjadi antara nelayan ABK dan Toke kapal yang mana hubungan tersebut terjadi dikarenakan adanya suatu komonitas kecil yang berada di tangkahan
tersebut yang menyebabkan terjadi pembentukan suatu kelompok pekerja yang terdiri dari nelayan dan Toke kapal yang memunculkan terjadinya hubungan patron klien
antara keduanya, selain itu peneliti menemukan bahwa ada sistem pembagian kerja antara sesama nelayan atau Toke kapal yang mana setiap masing-masing pekerjaan
ada tingkatan atau jabatannya masing-masing disebuah kapal nelayan tersebut yang menyebabkan terjadi hubungan antara atasan dan bawahan antara sesama ABK
maupun nelayan ABK dan Toke Kapal. Selain itu juga peneliti menemukan timbulnya suatu sistem pembagian kerja
menyebabkan munculnya suatu pola hubungan antara sesama ABK maupun Toke kapal, adapun hubungan tersebut terbagi kedalam tiga kategori yaitu hubungan sosial,
ekonomi dan budaya yang mana peneliti dapat menjelaskan bahwa hubungan sosial.ekonomi dan budaya antara nelayan ABK dan Toke kapal hanya bersifat
sebagai hubungan pekerjaan saja yang mana pola hubungan tersebut bisa berjalan dengan baik kalau nelayan ABK memiliki jabatan yang penting dalam sebuah kapal
nelayan, sedangkan nelayan ABK yang memiliki jabatan paling rendah akan menjalin hubungan sebatas kenal saja dan hubungan sosial, ekonomi dan budaya yang terjadi
dengan Toke kapal tidak akan terjadi karena nelayan ABK yang memiliki jabatan paling rendah seperti anggota hanya berurusan dan berhubungan dengan Tekong,apit
dan kuanca, tidak ada sangkut pautnya dengan Toke kapal.
Universitas Sumatera Utara
131
Selain itu juga timbulnya suatu hubungan antara nelayan ABK dan Toke kapal menyebabkan terjadinya sistem pembagian upah antara keduanya karena adanya pola
hubungan kerja, adapun sistem pembagian upah yang ada di tangkahan UD. Budi Jaya tersebut berdasarkan penelitian yang dikemukakan diatas terjawab bahwa pembagian
upah yang terjadi antara nelayan ABK dan Toke Kapal adalah nelayan ABK hanya mendapakan 10 dari hasil tangkapan ikan dilaut selebihnya Toke kapal
mendapatkan 90 dari hasil tangkapan ikan dilaut, berdasarkan jumlah persen ketidakseimbangan terjadi antara keduanya yang menyebabkan Nelayan ABK hanya
pasrah menerima hasil pembagian upah tersebut walapun tidak seimbang dengan hasil pekerjaan yang nelayan ABK lakukan, namun demikian dengan adanya ikan pancing
pada setiap masing-masing nelayan dan bonus atau gaji bulanan yang diberikan kepada beberapa nelayan ABK, walapun hasil pembagian upah hanya 10 hal
tersebut bisa tertutupi dikarenakan adanya penghasilan tambahan yang nelayan ABK peroleh pada saat dilaut.
Namun demikian walaupun Toke kapal memiliki persenan lebih banyak sekitar 90 tidak selamanya Toke kapal mendapatkan untung yang lebih banyak,
dikarenakan Toke kapal harus membiayai segala proses dari mulai kapal berangkat dan pada saat melakukan pembokaran ikan pada saat didarat karena Toke kapal harus
mengeluarkan biaya lain untuk karyawan Tangkahan seperti tukang bongkar dan lain- lain, dan tetap mengeluarkan 10 hasil upah yang diterima oleh nelayan ABK
walaupun hasil tangkapan ikan kurang memadai, semua itu bisa tertutupi kalau Toke kapal mendapatkan hasil tangkapan ikan yang memuaskan.
Universitas Sumatera Utara
132
5.3. Saran