118
BAB V PENUTUP
5.1. Analaisa Data
Menurut Warner dalam scott,1991 hubungan sosial yang terjadi bersifat mantappermanen, memperlihatkan kohesi atau intergrasi bagi bertahannya suatu
komunitas, serta menunjukkan hubungan timbal balik, dengan demikian, suatu komunitas pada dasarnya merupakan kumpulan hubungan yang membentuk jaringan
sebagai tempat interaksi antara satu pihak dengan pihak yang lainnya. Hal tersebut juga terjadi pada hubungan ABK dan Toke kapal di tangkahan UD.Budi Jaya yang
mana adanya suatu pola hubungan sosial terjadi dikarenakan adanya interaksi yang bersifat mantappermanent dilihat dari adanya suatu kekuatan Kohesi atau pengaruh
disetiap masing-masing ABK dan Toke Kapal yang terjadi hal tersebut bisa dilihat dari terbentuknya suatu sistem pembagian kerja antara ABK dan Toke Kapal yang
mana disetiap masing-masing pembagaian kerja adanya suatu pengaruh atau kekuatan untuk masuk dalam suatu komunitas nelayan yang terdapat ditangkahan UD.Budi
jaya. Yang mana ABK seperti Tekong berperan penting dalam pengendalaian atau
sebagai nahkoda kapal, Apit sebagai wakil tekong, Tukang Masak sebagai juru masak, Tukang haluan sebagai mengatur jangkar atau sampan, Tukang lampung
sebagai memperbaiki atau meluruskan jaring pada saat dijatuhkan dilaut, kuanca sebagai pengatur mesin kapal, Anggota sebagai penarik pukat atau jaring pada saat
dilaut, dan Toke Kapal mengendalikan atau membiayai segala keprluan kapal. Hal tersebut membuat ABK dan Toke kapal memiliki kekuatan yang pada suatu
komunitas nelayan khususnya dari segi produksi hasil panangkapan ikan yang mana
Universitas Sumatera Utara
119
kalau salah satu dari seluruh ABK dan Toke kapal tidak berperan dalam proses penangkapan ikan tersebut maka hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan tujuan yang
hendak dicapai untuk menghasilkan hasil tangkapan ikan yang memuaskan, hal yang lain yang bisa dilihat adanya integrasi yang terjadi pada hubungan ABK dan Toke
Kapal di Tangkahan UD.Budi Jaya yang mana integrasi tersebut muncul dikarenakan adanya suatu pola penyesuaian diri terhadap unsur-unsur masyarakat nelayan
disekitarnya hal tersebut dlihat dari adanya tingkatan atau jabatan yang berbeda antara sesema Nelayan ABK.
Hal tersebut membuat seorang nelayan ABK akan menyesuaikan diri terhadap keadaan atau situasi yang diberikan oleh atasannya, yang mana nelayan
ABK seperti anggota akan menyesuaiakan diri terhadap peraturan yang diberikan oleh kuanca, Tukang masak,Tukang lampung dan Tukang haluan akan menyesuaikan diri
terhaap keadaan, perintah atau situasi yang diberikan oleh Apit Wakil Tekong, Kuanca dan Apit akan menyesuaikan diri terhadapat perintah atau keadaan yang
diberikan oleh Tekong nahkoda dan yang terakhir Tekong akan menyesuaikan diri terhadapa keadaan,perintah atau situasi yang diberikan oeh Toke kapal, yang
meyebabkan terbentuknya jaringan sosial atau hubungan sosial khususnya bagi nelayan ABK dan Toke Kapal yang berada di Tangkahan UD.Budi Jaya,
Maka dikerenakan adanya integrasi yang terdapat diantara Hubungan ABK dan Toke Kapal menyebabkan hubungan sosial yang terjadi akan tetap bertahan
walaupun ada tantangan atau konflik yang terjadi antara sesama ABK dan Toke kapal, hal tersebut terjadi karena adanya hubungan timbal balik antara nelayan ABK dan
Toke kapal yang mana nelayan ABK akan memberikan segala kemampuannya untuk menghasilkan hasil tangkapan ikan yang memadai walapun hasil pembagian upah
yang diperoleh nelayan ABK tidak sesuai dengan hasil tangkapan ikan pada saat
Universitas Sumatera Utara
120
dilaut dan Toke kapal akan menyediakan atau membiayai segala keperluan kapal dan bertanggung jawab atas segala keperluan yang dibutuhkan oleh nelayan ABK pada
saat dilaut atau tidak mengganggu hak yang didapat nelayan ABK seperti ikan pancing yang diperoleh pada saat dilaut, dikarenakan adanya hubungan timbal-balik
tersebut menyebabkan hubungan yang terjadi antara nelayan ABK dan Toke kapal berjalan dengan lancar antara satu pihak yaitu nelayan ABK dan satu pihak yaitu
Toke kapal yang menjalin suatu interaksi khususnya pada proses produksi hasil perikanan yang terjadi di Tangkahan UD. Budi Jaya.
Menurut Mitchell dalam scott,1991 kekuatan jaringan dipengaruhi oleh resiprositas, intensitas, dan durabilitas hubungan antar pihak, yang damaksud dengan
resiprositas disini adalah hubungan timbal balik atau juga pertukaran yang melibatkan barang dan jasa yang mana hal tersebut juga terjadi pada kalangan nelayan ABK dan
Toke kapal khususnya yang berada di Tangkahan UD.Budi Jaya yang bisa dilihat dari adanya jasa yang diberikan oleh sesama nelayan ABK dan Toke Kapal berupa
keahlian yang dimiliki oleh pekerja nelayan dengan terbentuknya suatu pola pembagian kerja menurut keahliannya masing-masaing, yang mana Tekong
memberikan jasa berupa memegang kemudi kapal atau juga mengendalikan kapal dengan didukung oleh sertifikat Angkapin 3 untuk memberikan kenyamanan bagi
sesama pekeja nelayan atau pemili kapal, Apit wakil Tekong memberikan jasa berupa mengurus segala keperluan kapal yang mana membantu atau meringankan
pekerjaan Tekong seperti memerintah Tukang haluan, Tukang masak dan Tukang lampung.
Sedangan Tukang masak memberikan jasa sebagai koki kapal yang mana menyediakan sarapan pagi, makan siang, dan makan malam bagi nelayan ABK pada
saat kapal sedang berada dilaut, Tukang lampung memberikan jasa berupa
Universitas Sumatera Utara
121
melurusakan atau memperbaiki jaring ikan pada saat dijatuhkan kedalam laut, Tukang haluan memberikan jasa berupa menarik jangkar kapal, mengatur sampan,
dan meluruskan jaring pada saat diangkat kedalam kapal supaya ikan bisa keluar dari dalam jaring, Kuanca memberikan jasa berupa mengatur segala keperluan mesin
kapal yang mana berupa menghidupkan mesin induk, mesin lampu, memeriksa bodi kapal, dan memeriksa baling-baling kapal kipas sebelum kapal berangkat sedangkan
anggota kapal memberikan jasa berupa menarik jaring atau pukat kapal pada saat dilaut dan yang terakhir Toke Kapal memberikan pelayanan jasa berupa meyediakan
kapal atau juga meyiapkan segala keperluan yang dibutuhkan oleh nelayaan ABK pada saat Kapal pergi melaut, yang mana hubungan jasa tersebut akan menghasilkan
suatu produk atau barang berupa hasil penangkapan ikan yang akan dibagi berdasarkan sitem pembagian upah yang berada di Tangkahan UD.Budi Jaya.
Intensitas merupakan kemampuankekuatan atau juga Tingkatan mapuan ukuran yang mana dalam hubungan sosial biasanya kemampuankekuatan didasari
oleh besarnya tingkatan yang dimiliki oleh masyarakat terutama suatu komonitas kecil pada nelayan ABK dan Toke Kapal di Tangkahan UD.Budi Jaya, Dalam hal ini
Tingkatan tersebut dikategorikan berdasarkan jabatan yang dimiliki masing nelayan ABK dan Toke kapal di Tangkahan tersebut, adapun intensitasTingkatan yang
terjadi dalam Hubungan antara nelayan ABK dan Toke kapal di Tangkahan UD.Budi Jaya bisa dilihat dari tingkatan atau lapisan dibawah ini yaitu:
Tingkatan atas yaitu Toke Kapal dan Pemilik Tangkahan kenapa di katakan Tingkatan atas dikarenakan Toke kapal adalah seseorang yang memiliki kapal dan
modal yang dapat membiayai segala aktifitas kebutuhan atau perlengkapan kapal pada saat pergi melaut dan Toke kapallah yang sangat berperan penting dalam mengambil
segala keputusan maupun itu dalam memperkerjakan karyawan, anak buah kapal dan
Universitas Sumatera Utara
122
pekerja lainnya seperti tukang timbang, tukang pilih atau tukang muat, yang mana Toke sangat memiliki power kekeuasaan dalam mengatur segala aktifitas yang
berkaitan dengan produksi ikan, biasanya Toke itu hanya satu orang individu saja tetapi kapal yang di milikinya bisa mencakup 4 kapal, dan biasanya Toke di lindungi
oleh aparat seperti Polisi dan TNI. Sedangkan Pemilik Tangkahan adalah orang yang memiliki tanah, bangunan,
dan segala fasilitas yang ada di tangkahan tersebut terkecuali kapal dan biasanya pemilik tangkahan sering menyewakan lahannya untuk di jadikan usaha oleh para
Toke-Toke Kapal yang mana di tentukan dengan durasi kontrak yang telah di sepakati oleh pihak pemilik dan penyewa biasanya dengan durasi kontrak 2-3 Tahun. Pemilik
tangkahan juga memperkerjakan sebagian orang seperti penjaga tangkahan. Adapun Tingkatan menengah yaitu pengurus, mandor, juragan, apit, kuanca,
tukang lampung, dan tukang masak, di katakan Tingkatan menengah di karenakan keseluruhan mereka masih memiliki kekuasaan,walapun kekuasaannya tidak sebesar
Toke dan Pemilik Tangkahan, tetapi mereka memiliki jabatan atau di tempatkan di kategori pejabat di karnakan memiliki kepandaian dalam suatu komunitas nelayan.
Sedangkan Tingkatan bawah yaitu anggota kapal, tukang muat, tukang bongkar, dan tukang pilih, di katakana Tingkatan bawah di karenakan keseluruhan
mereka hanya sebagai orang yang diperintah oleh kalangan yang ada di atasnya dan tidak ada sedikitpun kekuasaan yang mereka meliki dalam masyarakat nelayan
misalnya saja kalau di laut orang yang sering di perintah yaitu anggota kapal dan kalau di darat yaityu Tukang muat, Tukang bongkar, Tukang plih yang mana sama
sekali meraka tidak memiliki kepandaian dan modal masuk kerja Saja hanya bermodalkan KTP dan Tenang saja.
Universitas Sumatera Utara
123
Durabilitas merupakan hubungan yang terjadi berdasarkan kuat dan lamanya hubungan tersebut mampu bertahan dari segala aspek hubungan yang lain, dalam hal
ini pada komonitas nelayan yang berada di Tangkahan UD.Budi Jaya adapun Durabilitas yang terjadi pada hubungan ABK dan Toke Kapal bisa dilihat dari
hubungan sosial,ekonomi, dan budaya yang terjadi diantara kedua belah pihak yang mana nelayan ABK seperti Tekong ,Apit, Tukang masak, Tukang haluan, Tukang
lampung, Kuanca dan anggota akan menjalain hubungan kerjasama yang baik dengan Toke Kapal walaupun merasa dirugikan dari segi pembagian upah yang mana 10
untuk nelayan ABK dan 90 untuk Toke Kapal, Tetapi karena lamanya hubungan sosial,ekonomi dan budaya yang terjalin menyebabkan hubungan tersebut berjalan
dengan sangat baik ditandai dengan diberikannya bonus atau ikan pancing bagi nelayan ABK yang membuat hubungan ABK DAN Toke kapal akan berjalan
denagan baik . Hubungan vertikal hirarkis adalah hubungan dua pihak yang berlangsung
secara tidak seimbang karena satu pihak mempunyai dominasi yang lebih kuat dibanding pihak lain, atau terjadi hubungan patron-klien. Hubungan diagonal adalah
hubungan dua pihak di mana salah satu pihak memiliki dominasi sedikit lebih tinggi dibanding pihak lainnya. Hubungan horizontal adalah hubungan dua pihak di mana
masing-masing pihak menempatkan diri secara sejajar satu sama lainnya. Pada kenyataannya dalam suatu komunitas, termasuk komunitas nelayan, ke tiga bentuk
jaringan ini saling tumpang tindih dan bervariasi, serta bentuk yang satu tidak dapat secara tegas dipisahkan dari bentuk lainnya Rudiatin, 1997.
Berdasarkan pernyatan diatas hubungan yang terjadi antara sesama nelayan ABK dan Toke Kapal di Tangkahan UD,Budi Jaya juga tidak terlepas dari ketiga
pola hubungan tersebut yang mana hubungan virtikal hirarkis sering terjadi pada
Universitas Sumatera Utara
124
nelayan ABK dan Toke Kapal yang ditandai dengan adanya dominasi yang sangat kuat terhadapat pihak yan lain yang mana nelayan ABK akan mematuhi segala
perintah Toke kapal yang bisa dilihat dari dominasi pembagian hasil upah ditangkahan tersebut yang mana Toke kapal mendapatkan 90 dari hasil
penangkapan ikan sedangkan ABK mendapatkan 10 dari hasil penangkapan ikan. Adapun hubungan diagonal yang terjadi di tangkahan UD.Budi Jaya adalah
terdapat pada hubungan sesama nelayan ABK pada sebuah kapal yang mana nelayan ABK seperti Tekong akan mendominasi seluruh aspek kapal dari nelayan ABK yang
lain yang mana dari segi perintah menjatuhkan jaring ataupun perintah untuk kapal akan segera pulang dari laut, Apit akan sedikit mendominasi terhadap tukang
lampung, tukang halaun, atau tukang masak, dan kuanca akan sedikit dominan terhadap kenek ataupun anggota biasa, Sedangkan hubungan Horizontal yang terjadi
di Tangkahan UD.Budi Jaya bisa dilihat dari hubungan nelayan ABK itu sendiri walaupun tingkatan atau tugasnya berbeda tetapi mereka tetap sejajar dari segi
pembagian upah yang mana mendapatkan 10 dari hasil penangkapan ikan dan secara keseluruhan termaksud juga kedalam golongan nelayan ABK yang berada di
Tangkahan UD.Budi Jaya. . Menurut Scoot 1972:92 menjelaskan ciri ikatan Patron Klien sebagai berikut :
Terdapat ketidaksamaan dalam pertukaran inequality of exchange. Yang mana hal itu bisa terjadi di karenakan, adanya tingkatan atau posisi yang berbeda
antara patron dan klien tersebut, dalam hal ini patron akan lebih di untungkan dari segi pertukaran, walaupun klien mendapat fasilitas dan pertolongan dari patron,
namun klien akan sangat dirugikan pada saat pertukaran hasil penangkapan ikan, hal tersebut juga terjadi pada Hubungan nelayan ABK dan Toke Kapal yang ada di
Universitas Sumatera Utara
125
Tangkahan UD.Budi Jaya yang mana dari segi pertukaran hasil penangkapan ikan Toke Kapalpemilik modal sangat diuntungkan dari pada nelayan ABK terbukti
dengan besarnya persenan yang didapat Toke Kapal yaitu 90 dari pada persenan yang didapat oleh nelayan ABK berkisar hanya 10 menyebabkan Toke kapal
mendapatkan hasil yang lebih banyak ketimbang nelayan ABK, walaupun demikian nelayan ABK sedikit diuntungkan dengan adanya ikan pancing yang dimilikinya pada
saat pulang dari laut. Adanya sifat tatap muka face to face character. Dengan adanya sifat tatap
muka face to face character membuat pantron dan klien akan mengenal karakter masing-masing, mempererat hubungan, atau mempermudah hubungan transaksi
pertukaran yang akan dilakukan oleh kedua belah pihak., Hal tersebut juga terjadi pada Hubungan ABK dan Toke Kapal yang terdapat di Tangkahan UD.Budi Jaya
yang mana nelayan ABK seperti Tekong,Apit dan Kuanca akan sangat mengenal karakter Toke Kapal karena sering berhadapan langsung maupun dari segi persetujuan
keberangkatan kapal dan dari segi pertukaran, Dengan demikian dikarenakan adanya hubungan tatap muka tersebut
menyebabkan nelayan ABK yang lain seperti Tukang masak, Tukang haluan, Tukang lampung, kenek, dan anggota akan bergantung kepada Tekong, Apit, atau Kuanca
sebagai perwakilan untuk menjalin suatu hubungan terhadap Toke kapal biasanya nelayan ABK yang lain akan sering menjalin hubungan tatap muka degan Tekong,
Apit, dan Kuanca, yang mana pada saat memerlukan pertolongan Toke Kapal, nelayan yang lain seperti Tukang masak, Tukang haluan, Tukang lampung, kenek,
dan anggota akan berhadapan dulu dengan Tekong, Tekonglah yang menjadi perwakilan untuk menyampaikan pertolongan yang dibutuhkan nelayan ABK yang
lain, maupun itu dari segi pertukaran dan menjalin hubungan.
Universitas Sumatera Utara
126
Ikatan ini bersifat luwes dan meluas diffuse flexibility. Maka dalam hal ini suatu ikatan tidak akan terlepas dari namanya suatu hubungan, yang mana suatu
ikatan akan terjalin kalau adanya keperluan atau kepentingan kerja, suatu ikatan akan bersifat luwes dan meluas dikarnakan adanya hubungan tetangga, persahabat,
kedekatan dimasa lalu, dan bantuan tenaga. Hal tersebut juga terjadi pada Hubungan ABK dan Toke Kapal yang berada di Tangkahan UD.Budi Jaya yang mana ikatan
tersebut muncul diakibat hubungan pekerjaan atau kerjasama antara nelayan ABK dan Toke Kapal.
Terbukti dengan adanya suatu perjanjian atau undang-undang yang berada ditangkahan UD.Budi Jaya dari segi pertukaran, membuat hubungan keduanya akan
bersifat luwes dan meluas ditandai dengan adanya bonus yang diberikan oleh Toke Kapal terhadapat sebagian nelayan ABK, dan adanya ikan pancing yang menjadi Hak
nelayan ABK meyebabkan ikatan tersebut akan terjalin sangat baik karena sama-sama mendapatkan keuntungan dan walaupun nelayan ABK sangat dirugikan dari segi
pembagian hasil upah tetapi dikarenakan adanya keuntungan yang diberikan oleh Toke Kapal meneyebabkan hubungan kerja tersebut akan bersifat luwes dan meluas
dari segi ikatan keperlaun atau kepentingan kerja anatara nelayan ABK dan Toke Kapal yang terdapat di Tangkahan UD.Budi Jaya.
Selanjutnya, Legg 1983:29 juga mengemukakan ada 3 tiga syarat terbentuknya ikatan Patron Klien yaitu:
a. Para sekutu partners menguasai sumber-sumber yang tidak dapat di
perbandingkan noncomparable resources; b.
Hubungan tersebut “mempribadi” person-alized;
Universitas Sumatera Utara
127
c. Keputusan untuk mengadakan pertukaran didasarkan pada pengertian
saling menguntungkan dan timbal balik mutual benefit and reciprocity. Dari pernyataan Legg daiatas dapat dijelaskan bahwa ikatan patron klien tidak
akan terlepas dari namanya para sekutu partners dalam ha ini, hal tersebut juga terjadi pada Hubungan ABK dan Toke Kapal yang berada di Tangkahan UD.Budi
Jaya yang mana para sekutu partners disini adalah nelayan ABK dan Toke Kapal yang menjalin hubungan kerja sama dalam sebuah Tangkahan UD.Budi Jaya, dalam
hal ini Toke Kapal sebagai partners nelayan ABK menyediakan fasilitas berupa kapal, dan segala keperluan kapal untuk mejalin suatu hubungan, Toke kapal juga
berperan dalam segi menentukan hasil pembagian upah pada saat kapal pulang dari laut.
Dalam hal ini pada nelayan ABK seperti Tekong, Api, Tukang masak, Tuakang haluan, Tukang lampung, Kuanca, dan anggota akan menjadi partners bagi
Toke kapal di tangkahan UD.Budi Jaya dikarenakan masing-masing menguasai sumber-sumber yang tida dapat diperbandingkan seperti Tekong mengusai kemudi
kapal pada saat dilaut yang didukung oleh sertifikat Angkapin 3, dan kuanca menguasai segala aspek atau sumber yang berkaitan dengan mesin kapal, maupun
mesin induk atau mesin lampu kapal, yang menyebabkan para sekutu seperti nelayan ABK dan Toke Kapal akan menjalin suatu hubungan khususnya pada hubungan kerja
sama yang terjadi di Tangakahan UD.Budi Jaya. Selanjutnya Hubungan tersebut “mempribadi” person-alized, Hal tersebut
juga terjadi dalam Hubungan nelayan ABK dan Toke Kapal yang berada di Tangkahan UD.Budi Jaya walaupun hanya sebagian nelayan ABK yang bisa
menjalin Hubungan Pribadi dengan Toke Kapal seperti Tekong, Apit dan kuanca tetapi hubungan tersebut berjalan dengan baik dikarenakan adanya saling
Universitas Sumatera Utara
128
ketergantungan satu sama lain khususnya pada hubungan pekerjaan yang mana Tekong, Apit, Kuanca sering berjumpa secara langsung dengan Toke Kapal yang
menimbulkaan adanya hubungan ketergantungan yang meyebabkan hubungan tersebut akan bersifat pribadi dikerenakan kepentingan hubungan pekerjaan,
sedangkan nelayan ABK yang lain seperti Tukang masak, Tukang lampung, Tukang haluan, Kenek, atau Anggota akan mejalin hubungan bersifat pribadi terhadap
Tekong, Apit, dan Kuanca dikarenakan hubungan tersebut akan membantu nelayan lain mendapatkan pertolongan dan kepercayaan dari Toke Kapal.
Yang terakhir keputusan untuk mengadakan pertukaran didasarkan pada pengertian saling menguntungkan dan timbal balik mutual benefit and reciprocity.
Hal tersebut juga terjadi pada hubungan ABK dan Toke kapal di tangkahan UD.Budi Jaya yang mana dalam proses pertukaran terdapat keuntungan atau kekurangan
masing-masing antara nelayan ABK dan Toke Kapal, Dalam hal ini pendapatan yang diterima oleh Toke kapal tidak sebanding dengan pendapat yang diterima oleh
nelayan ABK yang mana Toke kapal mendapatkan 90 dari hasil penjualan ikan seangkan nelayan ABK, mendapatkan 10 dari hasil penjualan ikan. Hal tersebut
terjadi karena Toke kapal orang yang membiayai segala keperluan kapal seperti menyediakan bahan bakar, air minum, dan perbekalan nelayan ABK pada saat dilaut.
Walapun demikian besaran pembagian upah untuk Toke kapal tidak selamanya Toke kapal mendapat banyak untung dari hasil pendapatan ikan karena Toke kapal harus
memikirkan modal yang dia keluarkan pada saat dilaut, yang mana 90 dari hasil yang Toke peroleh untuk perbekalan dan membiayai segala keperluan pada saat ikan
dibongkar di Tangkahan yaitu membiayai uang lantai, dan membayar karyawan lain seperti Tukang timbang, Tukang pilih dan tukang bongkar.
Universitas Sumatera Utara
129
Walaupun besaran yang diterima nelayan ABK tidak sebanding dengan Toke kapal yang mana nelayan ABK hanya mendapat 10 dari hasil penjualan yang mana
hasil tersebut dibagi kembali menurut jabatan masing-masing, sedangkan Toke kapal mendapatkan 90 dari hasil penjulan ikan, namun tidak selamanya nelayan ABK
merasa dirugikan, adanya beberapa keuntungan yang diterima nelayan ABK membuat nelayan tersebut medapat penghasilan tambahan yang diperoleh pada saat kapal
pulang dari laut. Adapun keuntungan tersebut berupa terdapatnya ikan pancing yang mereka
peroleh dari laut, yang mana ikan hasil pancing tersebut menjadi hak tersendiri bagi nelayan ABK yang mana mereka bebas menjual hasil tangkapan tersebut, walaupun
ikan pancing mereka dapat dari kapal yang nelayan tumpangi pada saat dilaut, tapi ikan pancing tersebut menjadi hak khusus bagi nelayan ABK dan hasil yang diperoleh
menjadi hak pribadi dan tidak ada sangkut pautnya dengan Toke kapal. Dengan demikian dikarenakan adanya keuntungan atau kekurangan yang terjadi diantara
Hubungan nelayan ABK dan Toke Kapal membuat pertukaran tersebut bersifat saling menguntungkan atau timbal balik menyebabkan Hubungan nelayan ABK dan Toke
Kapal bejalan dengan baik khususnya di Tangkahan UD.Budi Jaya.
Universitas Sumatera Utara
130
5.2. Kesimpulan