2.2. Review Penelitian Terdahulu
Penelitian yang berhubungan dengan pengaruh desentralisasi fiskal terhadap pertumbuhan ekonomi untuk memperkuat pijakan dalam studi ini, adalah: Bohte dan
Meier 2000 melakukan komparasi pertumbuhan ekonomi pada pemerintahan yang tersentralisasi dengan pemerintahan terdesentralisasi. Martinez dan Robert 2001
menemukan bahwa hubungan antara desentralisasi fiskal dengan pertumbuhan ekonomi belum tentu mempunyai dampak secara langsung. Desentralisasi akan
mempunyai dampak langsung terhadap pertumbuhan ekonomi yang tinggi apabila desentralisasi fiskal dipusatkan pada pengeluaran atau pembelanjaan publik. Mahi
2001 menemukan bahwa 1 dana alokasi umum lebih menjanjikan pertumbuhan ekonomi dibandingkan dengan yang lainnya walaupun desain kebijakan dana alokasi
umum tidak mendukung pemerataan ekonomi antar daerah. 2 Bagi hasil pajak dan bukan pajak menurunkan pertumbuhan ekonomi. 3 Kebutuhan bagi hasil sumbex
daya alam berpotensi mengurangitingkatpertumbuhan ekonomi, dan meningkatkan kesenjangan antar daerah.
Brodjonegoro dan Dartanto 2003 bahwa, setelah pelaksanaan desentralisasi fiskal kesenjangan antar wilayah semakin besar antar daerah di Indonesia. Dalam era
desentralisasi fiskal dengan transfer dana dari pemerintah pusat dan kewenangan yang luas kepada daerah untuk mengelola dan mengoptimalkan potensi-potensi
ekonomi yang ada memberi efek positifterhadap pertumbuhan ekonomi daerah.
Universitas Sumatera Utara
Sasana 2006 menemukan bahwa desentralisasi fiskal berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini terlihat dari koefisien jalur
yang bertanda positif sebesar 0,268 dengan nilai C.R sebesar 3,662 dan diperoleh probabilitas signifikansi p sebesar 0,000 yang lebih kecil dari taraf signifikansi a
yang ditentukan sebesar 0,05. Dengan demikian desentralisasi fiskal berpengaruh secara langsung pada pertumbuhan ekonomi sebesar 0,268, yang berarti bahwa setiap
ada kenaikan desentralisasi fiskal satu satuan maka akan menaikkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,286 persen. Hasil estimasi ini memberikan dukungan atas
hipotesis satu pada penelitian ini, bahwa desentralisasi fiskal berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di kabupatenkota di Provinsi Jawa Tengah.
Hamzah 2006 menemukan bahwa Kesenjanganan kinerja keuangan berupa rasio kemandirian1 dan rasio kemandirian2 cukup besar, bahkan rasio efektifitas dan
efisiensi dapat dikatakan besar sekali. Hasil pengujian secara langsung antara kinerja keuangan terhadap pertumbuhan ekonomi menunjukkan rasio kemandirian1, rasio
kemandirian2, dan rasio efisiensi berpengaruh positif secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, sedangkan rasio efektifitas tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Wibowo 2008 menemukan bahwa 1 desentralisasi fiskal di Indonesia
secara umum memberikan pengaruh positif terhadap pembangunan daerah selama periode 1999-2004. 2 Era baru desentralisasi fiskal yang diluncurkan sejak tahun
2001 ternyata memberikan dampak yang relatif lebih baik terhadap pembangunan
Universitas Sumatera Utara
daerah dibandingkan dengan rejim desentralisasi fiskal sebelumnya; 3 Sekurang- kurangnya terdapat dua alasan yang dapat menjelaskan fenomena otonomi fiskal yang
kurang favourable sebelum periode reformasi fiskal, yakni i kurangnya kompetensi para aparatur dan politisi daerah dalam menetapkan instrumen pendapatan daerah,
dan ii monitoring pemerintah pusat atas penerapan Perda tentang pajak dan retribusi daerah yang kurang efektif.
Agustina 2010 menemukan bahwa perkembangan kinerja keuangan daerah dari kabupatenkota di Indonesia sampai saat ini masih menunjukkan hasil yang
kurang memuaskan. Kewenangan yang diberikan kepada daerah untuk menggali sumber-sumber penerimaan daerah belum mampu meningkatkan kontribusi PAD
terhadap total penerimaan daerah. Penyebaran kontribusi PAD terhadap total penerimaan daerah semakin konvergen rata-rata di bawah 10. Ini menunjukkan,
derajat desentralisasi fiskal kabupatenkota semakin mengumpul persebarannya, namun nilainya masih rendah rata-rata di bawah 10. Hal ini disebabkan kenaikan
PAD tidak sebanding dengan kenaikan total penerimaan daerah, sehingga tingkat kemandirian daerah masih rendah, yang artinya ketergantungan daerah terhadap
pemerintah pusat semakin besar. Selaras dengan hasil penelitian Adi 2006 yang menunjukkan bahwa terjadi penurunan kontribusi PAD terhadap penerimaan daerah
setelah pelaksanaan otonomi daerah. Jika dilihat dari sisi pengeluaran, kinerja keuangan kabupatenkota pada umumnya mengalokasikan belanja daerahnya masih
lebih besar untuk kebutuhan belanja rutin rata-rata di atas 60 daripada belanja
Universitas Sumatera Utara
pembangunan rata-rata di bawah 40, artinya sebagian besar anggaran masih digunakan untuk belanja rutin. Kabupatenkota pada umumnya belum mampu
membiayai semua kebutuhan belanja daerahnya hanya bersumber dari penerimaan PAD, bahkan hanya beberapa daerah saja yang cukup mampu membiayai kebutuhan
belanja daerahnya dari PAD dan BHPBP. Kebutuhan belanja daerah untuk kabupatenkota secara umum masih banyak bersumber dari penerimaan transfer
pusat. Hal ini menunjukkan ketergantungan keuangan daerah terhadap pusat masih sangat tinggi, sehingga dapat dikatakan salah satu tujuan pelaksanaan desentralisasi
fiskal kabupatenkota di Indonesia belum tercapai dengan optimal. Hal ini disebabkan karena daerah belum mampu menggali dan memanfaatkan potensi baik sumber daya
alam maupun sumber daya manusia di derahnya dengan optimal, sehingga ketergantungan daerah terhadap pusat masih tinggi. Transfer pemerintah pusat dalam
bentuk dana perimbangan memberikan pengaruh positif terhadap tax effort daerah. Dana perimbangan dalam bentuk DAU mempunyai pengaruh paling besar terhadap
peningkatan tax effort daerah dibandingkan dengan komponen dana perimbangan lainnya, DBH maupun DAK. Transfer pemerintah pusat efektif diberikan sebagai
stimulus atau dana pendukung bagi pemerintah daerah untuk menggali berbagai potensi lokal yang dimiliki untuk peningkatan PAD melalui peningkatan tax effort
daerah. Transfer pemerintah pusat menjadi insentif bagi daerah untuk meningkatkan kapasitas fiskal daerah. Hasil penelitian ini mendukung temuan Stine 1994, yang
menunjukkan bahwa penurunan transfer akan mengakibatkan penurunan penerimaan
Universitas Sumatera Utara
daerah sendiri selain menurunkan pengeluaran daerah. Hal ini disebabkan turunnya penerimaan pajak karena publik merespon negatif terhadap peningkatan harga-harga
pelayanan publik. Jumlah keseluruhan dana APBD baik yang berasal dari PAD maupun dana perimbangan menjadi sumber pembiayaan daerah dalam
menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan di daerah, termasuk pembangunan ekonomi dalam rangka mewujudkan peningkatan kesejahteraan
masyarakat, yang ditunjukkan dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi. Elastistas pertumbuhan ekonomi daerah akibat perubahan PAD, DBH, DAU dan DAK bernilai
positif. Hal tersebut juga menunjukkan ketergantungan keuangan daerah terhadap transfer pusat masih tinggi, terutama dalam bentuk DAU untuk membiayai
pembangunan ekonomi daerah.
Universitas Sumatera Utara
Matriks review penelitian terdahulu di atas, ditunjukkan pada Tabel 2.1. berikut ini.
Tabel 2.1. Review Penelitian Terdahulu No.
Nama Peneliti
Judul Peneliti Variabel Yang
Digunaka Kesimpulan
1 Bohte dan
Meier 2000
The Marble Cake : Introducing
Federalism to The Government
Growth Equation Pertumbuhan
Ekonomi X
1
dan Desentralisasi
Fiskal Y Pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat dan
lebih tinggi ternyata terjadi pada pemerintahan yang terdesentralisasi.
2 Martinez
dan Robert 2001
Fiscal Decentralization
and Economic Growth
Fiscal Decentralization
X and Economic
Growth Y Hubungan antara desentralisasi fiskal dengan
pertumbuhan ekonomi belum tentu mempunyai dampak secara langsung.
Desentralisasi akan mempunyai dampak langsung terhadap pertumbuhan ekonomi
yang tinggi apabila desentralisasi fiskal dipusatkan pada pengeluaran atau
pembelanjaan publik.
3 Mahi
2001 Prospek
Desentralisasi di Indonesia
Ditinjau dari Segi Pemerataan
Antar daerah dan Peningkatan
Efisiensi Dana Alokasi
Umum X
1
; Dana Bagi Hasil
Pajak dan Bukan Pajak X
2
, Kebutuhan Bagi
Hasil Sumber Daya Alam X
3
dan Pertumbuhan
Ekonomi Y 1
dana alokasi umum lebih menjanjikan pertumbuhan ekonomi dibandingkan
dengan yang lainnya walaupun desain kebijakan dana alokasi umum tidak
mendukung pemerataan ekonomi antar daerah. 2 Bagi hasil pajak dan bukan
pajak menurunkan pertumbuhan ekonomi. 3 Kebutuhan bagi hasil
sumbex daya alam berpotensi mengurangi tingkat pertumbuhan
ekonomi, dan meningkatkan kesenjangan antar daerah.
4 Brodjonegor
o dan Dartanto
2003 Dampak
Desentralisasi Fiskal Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi dan
Kesenjangan Daerah : Analisa
Model Makro Ekonometrik
Simultan Desentralisasi
Fiskal X, Kesenjangan
Fiskal Y
1
dan Pertumbuhan
Ekonomi Y
2
Setelah pelaksanaan desentralisasi fiskal kesenjangan antar wilayah semakin besar
antar daerah di Indonesia. Dalam era desentralisasi fiskal dengan transfer dana dari
pemerintah pusat dan kewenangan yang luas kepada daerah untuk mengelola dan
mengoptimalkan potensi-potensi ekonomi yang ada memberi efek positif terhadap
pertumbuhan ekonomi daerah.
5 Sasana
2006
Analisis Dampak Desentralisasi Fiskal
terhadap pertumbuhan
Ekonomi di KabupatenKota
Propinsi Jawa Tengah
Desentralisasi Fiskal X dan
Pertumbuhan Ekonomi Y
Desentralisasi fiskal berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di
kabupatenkota di Provinsi Jawa Tengah.
Universitas Sumatera Utara
6 Hamzah
2006 Analisis Dampak
Desentralisasi Fiskal terhadap
pertumbuhan Ekonomi di
KabupatenKota Propinsi Jawa
Tengah Rasio
Kemandirian1 X
1
; Rasio Kemandirian2
X
2
, Rasio efektivitas X
3
; rasio efisiensi
X
4
dan Pertumbuhan
Ekonomi Y. Kesenjanganan kinerja keuangan berupa rasio
kemandirian1 dan rasio kemandirian2 cukup besar, bahkan rasio efektifitas dan efisiensi
dapat dikatakan besar sekali. Hasil pengujian secara langsung antara kinerja keuangan
terhadap pertumbuhan ekonomi menunjukkan rasio kemandirian1, rasio kemandirian2, dan
rasio efisiensi berpengaruh positif secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi,
sedangkan rasio efektifitas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi.
7 Wibowo
2008 Mencermati
Dampak Desentralisasi
Fiskal Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Daerah Desentralisasi
Fiskal X dan Pertumbuhan
Ekonomi Y 1 desentralisasi fiskal di Indonesia secara
umum memberikan pengaruh positif terhadap pembangunan daerah selama periode 1999-
2004. 2 Era baru desentralisasi fiskal yang diluncurkan sejak tahun 2001 ternyata
memberikan dampak yang relatif lebih baik terhadap pembangunan daerah dibandingkan
dengan rejim desentralisasi fiskal sebelumnya; 3 Sekurang-kurangnya terdapat dua alasan
yang dapat menjelaskan fenomena otonomi fiskal yang kurang favourable sebelum
periode reformasi fiskal, yakni i kurangnya kompetensi para aparatur dan politisi daerah
dalam menetapkan instrumen pendapatan daerah, dan ii monitoring pemerintah pusat
atas penerapan Perda tentang pajak dan retribusi daerah yang kurang efektif.
8 Agustina
2010 Desentralisasi
Fiskal, Tax Effort, dan
Pertumbuhan Ekonomi
Daerah: Studi Empirik
KabupatenKota Se-Indonesia
2001-2008 Desentralisasi
Fiskal X
1
, Tax Effort X
2
dan Pertumbuhan
Ekonomi Y Ketergantungan keuangan daerah terhadap
pusat masih sangat tinggi, sehingga dapat dikatakan salah satu tujuan pelaksanaan
desentralisasi fiskal kabupatenkota di Indonesia belum tercapai dengan optimal.
Transfer pemerintah pusat dalam bentuk dana perimbangan memberikan pengaruh positif
terhadap tax effort daerah. Dana perimbangan dalam bentuk DAU mempunyai pengaruh
paling besar terhadap peningkatan tax effort daerah dibandingkan dengan komponen dana
perimbangan lainnya, DBH maupun DAK. Jumlah keseluruhan dana APBD baik yang
berasal dari PAD maupun dana perimbangan menjadi sumber pembiayaan daerah dalam
menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan di daerah, termasuk
pembangunan ekonomi dalam rangka mewujudkan peningkatan kesejahteraan
masyarakat, yang ditunjukkan dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi.
Lanjutan Tabel 2.1
Universitas Sumatera Utara
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN PENGEMBANGAN
HIPOTESIS
3.1. Kerangka Konseptual