BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN PENGEMBANGAN
HIPOTESIS
3.1. Kerangka Konseptual
Hubungan variabel dalam penelitian ini, diilustrasikan melalui gambar berikut ini.
Gambar 3.1. Diagram Kerangka Konseptual
Hubungan keempat variabel penelitian sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 3.1. di atas didasari oleh analogi pemikiran Lin dan Liu 2000 yang menyebutkan bahwa
desentralisasi fiskal mempunyai peranan yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Beberapa alasan yang mendasari adalah. sebagai berikut :
1. Pemerintah daerah mempunyai kewenangan lebih besar untuk berinvestasi dan
membelanjakan lebih banyak untuk berbagai sektor produktif Lin dan Liu 2000, Brodjonegoro, 2003.
Desentralisasi Fiskal
Fiscal Stress Kinerja Keuangan
Daerah Pertumbuhan
Ekonomi
38
Universitas Sumatera Utara
2. Pemerintah daerah mampu menyediakan barang-barang publik dan jasa yang
dibutuhkan. Bagaimanapun pemerintah lokal tetap akan lebih sensitif terhadap kondisi ekonomi lokal. Pemberian kewenangan otonomi yang lebih besar,
membuat pemda lebih leluasa melakukan alokasi yang efisien pada berbagai potensi lokal sesuai dengan kebutuhan publik Lin dan Liu 2000, Mardiasmo
2002, Wong 2004. Hal ini pada gilirannya mampu mendorong pertumbuhan ekonomi lokal dan pendapatan per kapita.
3. Adanya pemberdayaan dan penciptaan ruang bagi publik untuk berpartisipasi
dalam pembangunan Mardiasmo 2002.
UU No. 32 dan 33 Tahun 2004 pada hakekatnya mengamanahkan adanya kewenangan daerah kemandirian, bukan pendelegasian Saragih 2003.
Kemandirian yang ekonomis, efektif, dan efisiensi suatu daerah atau wilayah akan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi daerah tersebut. Hal ini dikarenakan kurang
atau tidak adanya intervensi dalam hal kebijakan terkait dengan pengelolaan daerah tersebut. Di samping itu, aparatur daerah dapat secara inisiatif dan kreatif dalam
mengelola daerah untuk mendorong pertumbuhan daerah. Setiyawan dan Adi 2006 menemukan bahwa Fiscal Stress mempunyai
pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan PAD dan fiscal stress mempunyai pengaruh yang positif terhadap tingkat pertumbuhan belanja pembangunanmodal.
Fiscal Stress yang tinggi menunjukkan semakin tingginya upaya daerah untuk meningkatkan PAD-nya. Sejalan dengan hal itu, harapan untuk terus meningkatkan
penerimaan sendiri ini akan sulit terwujud apabila alokasi belanja untuk modal
Universitas Sumatera Utara
pembangunan tidak ditingkatkan. Hasil penelitian Setiyawan dan Adi 2006 memberikan implikasi diperlukannya suatu upaya yang lebih intensif melalui
penggalian potensi sumber-sumber penerimaan daerah kabupatenkota di propinsi Jawa Tengah agar mampu meningkatkan pertumbuhan PAD. Salah satu langkah yang
dapat ditempuh adalah pemerintah kabupatenkota harus lebih efektif dalam pengalokasian belanja modalpembangunan dalam guna memenuhi kepentingan
publik, baik yang mendukung pertumbuhan ekonomi maupun untuk pelayanan publik secara langsung.
Studi hubungan desentralisasi dan pertumbuhan ekonomi tidak konsisiten. Ebel dan Yilmaz dalam Wibowo 2008 menemukan hubungan positif antara
desentralisasi dan pertumbuhan ekonomi, Akai dan Sakata 2002. Martinez dan Robert 2005 menemukan desentralisasi mendorong pertumbuhan ekonomi di India
dan China. Mello dalam Wibowo 2008 menemukan desentralisasi mendorong ketidakseimbangan fiskal. Davoodi dan Zou 1998 dengan data panel 46 negara
berkembang dan maju pada 1970-1989 menemukan desentralisasi menyebabkan pertumbuhan ekonomi rendah, juga pada studi Xie et. al. 1999. Untuk Indonesia,
Swasono 2005 menemukan dampak negatif desentralisasi terhadap pertumbuhan ekonomi.
Govindarajan dalam Lucyanda 2001 mengatakan diperlukan upaya untuk merekonsiliasi ketidakkonsistenan hubungan desentralisasi fiskal dan tekanan fiskal
dengan pertumbuhan ekonomi, yaitu dengan cara mengidentifikasikan faktor-faktor
Universitas Sumatera Utara
kondisional antara kedua variabel tersebut dengan pendekatan kontijensi. Penggunaan pendekatan kontijensi tersebut memungkinkan adanya variabel-variabel lain yang
bertindak sebagai variabel moderating atau variabel intervening. Lebih lanjut Govindarajan dalam Lucyanda 2001 mengatakan pendekatan kontijensi berdimensi
variabel intervening mempengaruhi hubungan antara desentralisasi fiskal dan fiscal stress dengan pertumbuhan ekonomi pada saat hubungan antara desentralisasi fiskal
dan fiskal stress dengan pertumbuhan ekonomi tidak searah atau berbanding terbalik. Pendekatan kontijensi berdimensi variabel intervening yang akan diteliti
dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan daerah. Penggunaan variabel ini didasarkan atas temuan penelitian : Hamzah 2006 menemukan bahwa secara
langsung antara kinerja keuangan terhadap pertumbuhan ekonomi menunjukkan rasio kemandirian1, rasio kemandirian2, dan rasio efisiensi berpengaruh positif secara
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, sedangkan rasio efektifitas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Purnaninthesa 2006
membuktikan bahwa fiscal stress berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja keuangan pemerintah kabupatenkota di Jawa Tengah. Purnaninthesa 2006
menyimpulkan bahwa fiscal stress pada suatu daerah dapat menyebabkan motivasi bagi daerah untuk meningkatkan pendapatan asli daerahnya yang pada akhirnya akan
bermuara pada bertumbuhnya perekonomian suatu daerah.
Universitas Sumatera Utara
3.2. Pengembangan Hipotesis