Tahun Produksi
Konsumsi Ekspor
Impor
2000 517,415,695.00 383,955,955.00
225,840,000.00 79,206,903.00 2001
489,849,297.00 375,668,315.00 239,947,960.00 118,361,896.00
2002 455,738,915.00 358,806,832.00
216,901,729,00 121,269,175.00 2003
415,814,157.00 373,190,759.00 211,195,794.52 129,761,738.00
2004 400,486,234.00 375,494,636.00
180,234,938.00 148,489,589.00 2005
385,497,959.00 357,493,997.00 156,766,006.00 120,159,324.81
2006 359,289,337.00 349,845,435.00
111,172,003.15 113,545,934.13 2007
344,094,946.00 321,302,814.00 127,134,792.00 110,448,506.36
Adapun hal-hal yang melatarbelakangi lahirnya kebijakan kenaikan harga BBM pada masa pemerintahan SBY-JK dapat dijelaskan sebagai berikut.
A. Kenaikan 1 Maret 2005 Perpres No 22 tahun 2005
Berdasarkan data, besarnya subsidi BBM yang dicantumkan dalam APBN 2005 pada akhir tahun 2004 lalu adalah sebesar Rp19 triliun dengan asumsi harga
minyak dunia adalah US 24 per barrel, kurs Rp 8.600. Pada perkembangannya yaitu awal tahun 2005, harga minyak dunia justru meningkat dan jauh di atas
asumsi APBN yaitu US35 per barrel dan bahkan pada perkembangan selanjutnya, harga minyak dunia selalu di atas US50 per barrel dan kurs rupiah
rata-rata diatas Rp 8900. Akibatnya, realisasi pengeluaran subsidi BBM dalam bulan pertama tahun 2005 telah mencapai Rp15 triliun dan dikhawatirkan akan
terus membengkak jika tidak segera dilakukan penyesuaian harga BBM.
Akhirnya, hal ini lah yang melatarbelakangi lahirnya kebijakan pemerintah tentang penyesuaian harga BBM pada tanggal 28 Februari 2005 dan berlaku
efektif mulai tanggal 1 Maret 2005. Penyesuaian harga jual BBM dalam negeri ini tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 22 tahun 2005.
B. Kenaikan 1 Oktober 2005 Perpres No 55 tahun 2005
Setelah terjadi kenaikan harga minyak dunia pada awal tahun 2005 yang kemudian menyebabkan kenaikan harga penjualan BBM dalam negeri tanggal 1
Maret 2005, pemerintah pada bulan itu juga melakukan langkah penyesuaian APBN yang tercantum dalam APBN-P 2005. Pemerintah mengajukan rancangan
APBN-P tersebut kepada DPR pada tanggal 23 Maret 2005. Dalam APBN-P 2005 tersebut, pemerintah menetapkan asumsi harga minyak dunia sebesar US35 per
barrel dengan asumsi kurs Rp 8.900 per dollar AS. Namun seiring berjalannya waktu, harga minyak dunia justru semakin meningkat dan mencapai kisaran US
68 per barrel dengan nilai kurs Rp 10.900 per dollar AS. Lagi-lagi hal ini membuat pemerintah merasa khawatir karena membengkaknya jumlah subsidi
BBM karena ketidaksesuaian asumsi yang sudah ditetapkan sehingga perlu dilakukan penyesuaian harga eceran BBM dalam negeri. Keputusan tersebut
tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 55 tahun 2005 yang ditetapkan tanggal 30 September 2005 dan mulai berlaku efektif tanggal 1 Oktober 2005. Kenaikan
harga BBM kali ini tergolong sangat ”luar biasa” karena rata-rata mencapai angka128.
C. Kenaikan 24 Mei 2008 Per Menteri ESDM No 16 tahun 2008