benar-benar dihasilkan. Jadi, ini membantu pengambilan kebijakan pada tahap penilaian kebijakan terhadap proses pembuatan kebijakan. Evaluasi tidak hanya
menghasilkan kesimpulan mengenai seberapa jauh masalah telah terselesaikan ; tetapi juga menyumbang pada klarifikasi dan kritik terhadap nilai-nilai yang
mendasari kebijakan, membantu dalam penyesuaian dan perumusan kembali masalah.
E.2.4.
20
20
Ibid hal 82-84
Tahap-tahap Perumusan Kebijakan Publik
Seperti telah disinggung sebelumnya bahwa pembuatan kebijakan dan perumusan kebijakan sekilas merupakan konsep yang mirip namun sebenarnya
merupakan konsep yang sama sekali berbeda walaupun antara keduanya tidak dapat dipisahkan secara tegas. Menurut Anderson, perumusan kebijakan
menyangkut upaya menjawab pertanyaan bagaimana berbagai alternatif disepakati untuk masalah-masalah yang dikembangkan dan siapa saja yang berpartisipasi. Ia
merupakan proses yang secara spesifik ditujukan untuk menyelesaikan persoalan- persoalan khusus. Sedangkan pembentukan kebijakan lebih merujuk pada aspek-
aspek misalnya, bagaimana masalah-masalah publik menjadi perhatian para pembuat kebijakan, bagaimana proposal kebijakan dirumuskan untuk masalah-
masalah khusus dan bagaimana proposal tersebut dipilih di antara berbagai alternatif yang ada. Berikut akan dijelaskan tahap-tahap dalam perumusan
kebijakan.
1. Tahap pertama : Perumusan masalah defining problem
Mengenali dan merumuskan masalah merupakan langkah yang paling fundamental dalam perumusan kebijakan. Untuk dapat merumuskan kebijakan
dengan baik, maka masalah-masalah publik harus dikenali dan didefenisikan dengan baik pula.
21
Isu Perumusan masalah kebijakan akan menentukan kebijakan
yang akan diambil. Misalnya dapat digambarkan dalam contoh berikut;
Problem Kebijakan
orang tidur di jalanan tunawisma
perumahan lebih banyak
Bisa saja kita sepakat dengan isu yang ada tersebut, namun perbedaan dalam memandang permasalahan akan mempengaruhi juga kebijakan yang akan
diambil. Jika kita melihat orang tidur di jalanan sebagai sebuah problem gelandangan, maka respon kebijakannya mungkin dibungkus dalam term
penegakan hukum dan ketertiban. Sebuah problem harus didefinisikan, didefinisikan, diletakkan dalam batas-batas tertentu dan diberi nama.
2. Tahap kedua : Agenda kebijakan
Agenda kebijakan tidak lain daripada sebuah daftar permasalahan atau isu yang mendapat perhatian serius karena berbagai sebab untuk ditindaklanjuti atau
diproses pihak yang berwenang menjadi kebijakan. Tidak semua masalah publik akan masuk dalam agenda kebijakan.
22
21
Wayne Parsons. 2005. Public Policy. Jakarta. Prenada Media. Hal 89
22
Said Zainal Abidin.2002. Kebijakan Publik Edisi Revisi. Jakarta.Yayasan Pancur Siwah.Hal 127
Jika proses perumusan masalah dapat dilakukan melalui langkah-langkah tertentu dan dengan menggunakan kriteria
yang jelas dan rasional, proses masuknya isu ke dalam agenda kebijakan tidak sepenuhnya dapat dilakukan secara rasional. Proses ini cenderung lebih bersifat
politis daripada rasional. Suatu masalah untuk dapat masuk dalam agenda kebijakan harus memenuhi syarat-syarat tertentu, seperti misalnya apakah
masalah tersebut mempunyai dampak yang besar bagi masyarakat.
3. Tahap ketiga : Pemilihan alternatif kebijakan untuk memecahkan masalah
Setelah masalah-masalah publik didefenisikan dengan baik dan para perumus kebijakan sepakat untuk memasukkan masalah tersebut dalam agenda
kebijakan, maka langkah selanjutnya adalah membuat pemecahan masalah. Di sini para perumus kebijakan akan berhadapan dengan alternatif-alternatif pilihan
kebijakan yang dapat diambil untuk memecahkan masalah tersebut. Pada tahap ini perumus kebijakan akan berhadapan pada pertarungan kepentingan antarberbagai
aktor yang terlibat dalam perumusan kebijakan.
4. Tahap keempat : Tahap penetapan kebijakan