19
bakar  atau  semprot,  lotion  anti  nyamuk,  menjaga  kebersihan  dan kerapian.
f. Pencahayaan dan ventilasi yang baik serta memadai
g. Pengasapan  atau
fogging
yang  bermanfaat  membunuh  nyamuk
Aedes
dewasa  untuk  mencegah  penyebaran  demam  berdarah walaupun tidak sepenuhnya dapat mengatasi, karena telurnya masih
mampu berkembang biak Kemenkes RI, 2012.
2.3 Juru Pemantau Jentik Jumantik
Juru  Pemantau  Jentik  yang  disingkat  Jumantik  merupakan  warga masyarakat  setempat  yang  dilatih  untuk  memeriksa  keberadaan  jentik  di  tempat-
tempat  penampungan  air.  Jumantik  merupakan  salah  satu  bentuk  gerakan  atau partisipasi  aktif  dari  masyarakat  dalam  mencegah  kejadian  penyakit  DBD  yang
sampai saat ini masih belum dapat diberantas tuntas Kemenkes RI, 2012. Jumantik mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:
a. Membuat  rencana  atau  jadwal  kunjungan  seluruh  rumah  yang  ada  di
wilayah kerjanya. b.
Memberikan  penyuluhan  perorangan  atau  kelompok  dan  melaksanakan pemberantasan jentik di rumah-rumah atau bangunan.
c. Berperan sebagai penggerak dan pengawas masyarakat dalam PSN DBD.
d. Membuat catatan atau rekapitulasi hasil pemantauan jentik.
e. Melaporkan hasil pemantauan jentik ke puskesmas sebulan sekali.
f. Bersama supervisor, melakukan pemantauan wilayah setempat PWS dan
pemetaan per RW hasil  pemantauan jentik sebulan sekali Kemenkes, RI, 2012.
20
Kader jumantik direkrut dari masyarakat yang berfungsi sebagai penggerak dalam PSN DBD. Beberapa kriteria jumantik yang direkrut adalah sebagai berikut:
a. Pendidikan minimal SMA atau sederajat
b. Berasal dari desakelurahan yang bersangkutan
c. Belum atau tidak mempunyai pekerjaan tetap
d. Mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawab
e. Mampu menjadi motivator bagi masyarakat di tempat tinggalnya
f. Mampu  bekerja  sama  dengan  petugas  puskesmas  dan  masyarakat
Kemenkes RI, 2012.
2.4 Demam Berdarah Dengue DBD
Demam  Berdarah  Dengue  DBD  merupakan  penyakit  menular  yang disebabkan  oleh  virus  dengue  melalui  nyamuk
Aedes  aegypti
yang  sebelumnya sudah terinfeksi oleh virus
dengue
dari penderita lain Ginanjar, 2008. Tanda dan Gejala klinis dari DBD adalah sebagai berikut :
a. Demam tinggi mendadak dan  terus menerus selama 2-7 hari
b. Pendarahan dalam berbagai bentuk seperti bintik atau bercak merah, bilur,
mimisan, berak darah, muntah darah, gusi berdarah dan uji
terniquet
positif c.
Pembengkakan hati d.
Syokrenjatan.  Nadi  cepat  dan  lemah,  tekanan  nadi  selisih
sistole
dan
diastole
menurun kurang dari 20 mmHg, tekanan darah menurun, kulit dingin, dan pasien tampak gelisah.
e. T
rombositopenia kurang dari 100.000υL, hemokonsentrasi, dapat dilihat peningkatan hematokrit 20 atau lebih Handrawan, 2007.
21
Berdasarkan  model  epidemiologi  penyakit  infeksi  yang  dibuat  oleh  Jhon Gordon, penularan penyakit DBD juga dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu sebagai
berikut : a.
Pejamu
host
, dalam hal ini adalah manusia yang tertular penyakit DBD b.
Vektor, dimana vektor penyakit DBD adalah nyamuk
Aedes aegypti
. Vektor DBD terdiri dari beberapa siklus hidup yaitu sebagai berikut :
1 Telur nyamuk Aedes aegypti berwarna hitam dengan ukuran ± 0,80 mm,
berbentuk oval yang mengapung satu persatu pada permukaan air yang jernih,  atau  menempel  pada  dinding  tempat  penampungan  air.  Pada
awalnya telur berwarna putih namun berubah menjadi berwarna hitam setelah  30  menit  kemudian.  Telur  Aedes  aegypti  dapat  bertahan  pada
pengeringan  hingga  satu  tahun,  kemudian  telur  akan  menetas  ketika dibanjiri oleh air.
2 Pada  tahap  larva,  nyamuk  memiliki  empat  tahap  instar  yakni  instar  I
yang berukuran paling kecil sekitar 1-2 mm, instar II berukuran 2,5-3,8 mm, instar III memiliki ukuran tubuh sedikit lebih besar dari instar II,
dan instar IV yang berukuran paling besar. 3
Pupa nyamuk Aede s aegypti berbentok seperti ‘koma’. Bentuknya lebih
besar namun lebih ramping dibandingkan dengan rata-rata pupa nyamuk lain.
4 Nyamuk  Aedes  aegypti  memiliki  badan  yang  sedikit  lebih  kecil  jika
dibandingkan  dengan  rata-rata  nyamuk  lain.  Tubuh  dan  tungkainya ditutupi  oleh  sisik  dengan  garis-garis  putih  keperakan.  Pada  bagian
punggungnya tampak dua garis melengkung vertical dibagian kiri dan
22
kanan yang menjadi ciri nyamuk ini. Namun pada umumnya sisik-sisik pada tubuh nyamuk mudah rontok sehingga pada nyamuk  yang sudah
berusia tua akan sulit pada saat identifikasinya. c.
Faktor lingkungan, yaitu lingkungan yang memudahkan terjadinya kontak penularan DBD. Faktor lingkungan yang menjadi tempat perindukan vektor
DBD adalah genangan air yang tidak kontak dengan tanah, seperti air dalam kaleng  bekas,  ban  bekas,  tempat  penampungan  air,  pot  bunga,  tempat
minum burung, dan sebagainya Ginanjar, 2008
2.5 Kerangka Teori Penelitian