60
peduli terhadap lingkungan; 3 Berpikir secara logis, kritis dan kreatif , serta berkomunikasi melalui berbagai media; 4 Menyenangi keindahan; 5
Membiasakan hidup bersih, bugar dan sehat; 6 Memiliki rasa cinta dan bangga terhadap bangsa dan tanah air E. Mulyasa, 2004:28.
5.3 Analisis Bivariat
Analisis bivariat dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adakah hubungan antara status gizi dengan hasil belajar pada siswa kelas V dan VI di
Sekolah Dasar Negeri 2 Cepiring Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 20092010 dengan menggunakan uji Fisher. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada
siswa kelas V dan VI di Sekolah Dasar Negeri 2 Cepiring Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 20092010 diperoleh hasil bahwa sebanyak 39 75 sampel yang memiliki
status gizi baik, 10 19,2 siswa diantaranya memiliki hasil belajar baik dan 29 55,8 siswa diantaranya memiliki hasil belajar cukup. Sebanyak 13 25 sampel
memiliki status gizi tidak baik lebih, kurang, buruk, 7 13,5 siswa diantaranya memiliki hasil belajar baik dan 6 11,5 siswa diantaranya memiliki hasil belajar
cukup. Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji fisher antara status gizi dengan hasil belajar diperoleh nilai p = 0,089 p value 0,05 , yang berarti Ha
ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara status gizi dengan hasil belajar pada siswa kelas V dan VI di Sekolah Dasar Negeri 2 Cepiring
Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 20092010. Hasil dari penelitian ini menunujukkan tidak adanya hubungan antara
status gizi dengan hasil belajar. Berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar yaitu
61
berasal dari dalam diri orang yang belajar dan ada pula dari luar dirinya M. Dalyono, 1997:55. Dari kutipan tersebut dapat diketahui bahwa status gizi saja
tidak dapat mempengaruhi hasil belajar seseorang, karena masih banyak faktor lainnya yang dapat mempengaruhi atau menentukan hasil belajar seseorang.
Status gizi hanya merupakan sebagian faktor yang dapat mempengaruhi proses atau aktivitas seseorang dalam kegiatan belajar.
Para ahli psikologi berpendapat bahwa dalam belajar ada proses perubahan ke arah lebih baik, dari tidak dapat menjadi dapat dan dari tidak tahu menjadi tahu.
Lebih lanjut, perubahan tersebut relatif permanen, dalam arti tidak mudah hilang dan terjadi bukan semata-mata karena kematangan atau pertumbuhan Mulyati, 2005:5.
Maka dari itu perbaikan gizi saja tidak cukup untuk peningkatan hasil belajar seseorang, perlu adanya usaha lain untuk peningkatan hasil belajar tersebut. Prinsip
yang tidak kalah pentingnya adalah ulangan. Sesuatu yang dipelajari perlu diulang agar meresap dalam otak, sehingga dikuasai sepenuhnya dan sukar dilupakan.
Sebaliknya belajar tanpa diulang hasilnya akan kurang memuaskan. Bagaimanapun pintarnya seseorang harus mengulang pelajarannya atau berlatih sendiri di rumah agar
bahan-bahan yang dipelajari tambah meresap dalam otak, sehingga tahan lama dalam ingatan M. Dalyono, 1997:54.
Namun demikian status gizi sangat penting untuk diperhatikan, karena keadaan gizi seseorang akan dapat berpengaruh terhadap status kesehatan
seseorang. Hal tersebut berkaitan dengan kelancaran bagi siswa dalam pelaksanaan kegiatan belajar yang ada di sekolah. Selain itu, pada usia tersebut
merupakan usia pertumbuhan dan perkembangan yang relatif pesat bagi seseorang. Untuk itu perhatian orangtua tehadap pemenuhan gizi putra-putrinya
sangat diperlukan.
62
5.4 Keterbatasan Penelitian