Latar Belakang HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN HASIL BELAJAR PADA SISWA KELAS V DAN VI DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 CEPIRING KABUPATEN KENDAL TAHUN PELAJARAN 2009/2010.

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia sehat 2010 merupakan salah satu agenda pembangunan nasional dalam rangka mewujudkan kualitas sumber daya manusia yang sehat, cerdas, produktif dan mandiri. Meningkatkan suatu gizi penduduk merupakan suatu dasar pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas. Upaya peningkatan suatu gizi untuk membangun sumber daya yang berkualitas pada hakekatnya harus dimulai sedini mungkin. Masalah gizi dikenal sebagai masalah yang multikompleks karena disamping banyaknya faktor satu dengan faktor lainnya Suhardjo, 2005:6. Masalah gizi kurang masih tersebar luas di Negara berkembang, termasuk Indonesia . Pada saat ini, masalah gizi lebih adalah masalah gizi di Negara maju, yang juga mulai terlihat di Negara berkembang, termasuk Indonesia sebagai dampak keberhasilan di bidang ekonomi Sunita Almatsier, 2001:7. Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin. Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat gizi esensial. Status gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah berlebihan, sehingga 2 menimbulkan efek toksis atau membahayakan. Pada status gizi kurang maupun status gizi lebih, terjadi gangguan gizi Sunita Almatsier, 2001:9. Gizi kurang yang berlangsung pada anak yang sedang tumbuh merupakan masalah serius. Kondisi ini mencerminkan kebiasaan makan yang buruk. Langkah penanganan harus didasarkan pada penyebab serta kemungkinan pemecahannya Arisman, 2004:57. Survei di Amerika Tengah, Kolombia, Ghana, India, Pantai Gading, Nigeria dan Tunisia menunjukkan bahwa peningkatan pendapatan hanya memberikan pengaruh perbaikan gizi kepada para anggota keluarga yang lebih tua, anak-anak mereka biasanya kurang terpenuhi 20-30 persen. Bayi mereka adalah yang paling terkena dalam hal ini, karena mereka tidak selalu tahu akan pentingnya tambahan susu ibu pada umur yang tepat Alan Berg, 1986:69. Baik anak-anak maupun orang dewasa yang kurang gizi menunjukkan perilaku tidak tenang. Mereka mudah tersinggung, cengeng dan apatis Sunita Almatsier, 2001:11. Gizi lebih menyebabkan kegemukan atau obesitas. Kelebihan energi yang dikonsumsi disimpan di dalam jaringan dalam bentuk lemak. Kegemukan merupakan salah satu faktor risiko dalam terjadinya berbagai penyakit degeneratif, seperti hipertensi atau tekanan darah tinggi, penyakit diabetes, jantung koroner, hati dan kantong empedu Sunita Almatsier, 2001:11. Sama seperti orang dewasa, gizi lebih pada anak terjadi karena ketidakseimbangan antara energi yang masuk dengan keluar, terlalu banyak makan, terlalu sedikit olahraga, atau keduanya. Laju pertumbuhan berat selayaknya dihentikan atau diperlambat sampai proporsi berat terhadap tinggi badan kembali normal. Perlambatan ini dapat dicapai dengan cara mengurangi makan sambil memperbanyak olahraga Arisman, 2004:57. 3 Dari keterangan di atas tampak, bahwa gizi yang baik merupakan modal bagi pengembangan sumber daya manusia. Kurang gizi pada usia muda dapat berpengaruh terhadap perkembangan mental, dengan demikian kemampuan berpikir. Otak mencapai bentuk maksimal pada usia dua tahun. Kekurangan gizi dapat berakibat terganggunya fungsi otak secara permanen Sunita Almatsier, 2001:11. Menurut Cipto Mangunkusumo 1990:19, pada golongan anak sekolah umur 7-12 tahun, kebutuhan energi lebih besar karena mereka lebih banyak melakukan aktivitas fisik, misalnya berolahraga, bermain, atau membantu orang tua. Kebutuhan energi golongan umur 10-12 tahun relatif lebih besar daripada golongan umur 7-9 tahun, karena pertumbuhan lebih cepat, terutama penambahan tinggi badan. Kelompok anak sekolah termasuk kelompok rentan gizi karena kelompok ini berhubungan dengan proses pertumbuhan yang relatif pesat, yang memerlukan zat-zat gizi dalam jumlah relatif besar. Kelompok anak sekolah pada umumnya mempunyai kondisi gizi yang lebih baik daripada kelompok balita, meskipun demikian masih terdapat berbagai kondisi anak sekolah yang tidak memuaskan, misalnya berat badan yang kurang, anemia defisiensi Fe, defisiensi vitamin C dan defisiensi iodium pada daerah-daerah tertentu. Keluhan yang banyak disuarakan kelompok itu mengenai kelompok umur sekolah ini bahwa mereka kurang nafsu makan, sehingga sulit sekali disuruh makan yang cukup dan teratur Ali Khomsan, 2004:17. Berdasarkan survei awal yang dilakukan pada 10 siswa kelas V dan VI di Sekolah Dasar Negeri 2 Cepiring Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 20082009, pada 5 siswa yang menjadi peringkat teratas diketahui 4 siwa memiliki status gizi baik dan 1 siswa diantaranya memiliki status gizi kurang, kemudian pada 5 siswa yang menjadi peringkat terbawah diketahui 2 siswa memiliki status gizi baik dan 3 siswa memiliki status gizi kurang. 4 Berdasarkan keadaan tesebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan antara Status Gizi dengan Hasil Belajar pada Siswa Kelas V dan VI di Sekolah Dasar Negeri 2 Cepiring Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 20092010”.

1.2 Rumusan Masalah