95 pengulangan  pelatihan  dasar  kepada  pemandu-pemandu  tersebut.  Faktor
lainnya  yaitu kebijakan pihak sekolah terutama sekolah negeri  yang telah membuat  rencana  pembelajaran  selama  satu  tahun  ajaran  sehingga
terkadang  hal  ini  mempersulit  pihak  sekolah  itu  sendiri  dalam  mengikuti program  PLS  GL  zoo  karena  tidak  tercantum  dalam  rencana  tersebut.
Penghambat lainnya yaitu mengenai alokasi dana yang dimiliki sekolah dan jarak antar sekolah dan KRKB selaku lokasi penyelenggaraan program.
B. Pembahasan
1. Aksesibilitas Program Pembelajaran Luar Sekolah di KRKB Gembira
Loka Pendidikan  luar  sekolah  atau  pendidikan  non  formal  sebagai  jalur
pendidikan  di  luar  pendidikan  formal  memiliki  fungsi  dan  peranan tersendiri.  Menurut  Hamojoyo  dalam  Kamil,  2011:  14  Pendidikan  Luar
Sekolah  merupakan  usaha  yang  terorganisir  secara  sistematis  dan berkelanjutan  di  luar  sistem  formal,  melalui  hubungan  sosial  yang
digunakan  untuk  membimbing  individu,  kelompok,  maupun  masyarakat agar  memiliki  cita-cita  guna  meningkatkan  taraf  hidup  untuk
kesejahteraannya. Dari pernyataan tersebut dapat diketahui pendidikan luar sekolah  memiliki  fungsi  sebagai  penambah,  pelengkap,  dan  pengganti
pendidikan  formal  yang  ada.  Sifatnya  yang  fleksibel  menjadikan  jenis pendidikan ini memiliki ragam bentuk dan metode yang sangat variatif. Hal
96 inilah yang menyebabkan pendidikan luar sekolah dapat menyasar berbagai
golongan dengan masalah dan kebutuhan yang beragam pula. Salah  satu  bentuk  pendidikan  luar  sekolah  yaitu  pembelajaran  luar
sekolah.  Menurut  Corey  dalam  Syaiful  Sagala,  2011:  61  pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola
untuk  memungkinkan  ia  turut  serta  dalam  tingkah  laku  tertentu  dalam kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu. Secara
sederhana  pembelajaran  luar  sekolah  dapat  diartikan  sebagai  kegiatan pembelajaran  yang  dilaksanakan  diluar  ruangan  atau  sekolah  yang
dilakukan secara sengaja dengan memanfaatkan media pembelajaran yang dapat  mendukung  terjadinya  proses  belajar.  Pembelajaran  luar  sekolah
merupakan  konsep  pembelajaran  nonformal  yang  diinternalisasikan  ke dalam  pendidikan  formal  dengan  tujuan  menciptakan  suatu  pembelajaran
yang menyenangkan dan menarik bagi peserta didik. Dalam pembelajaran model  ini,  peserta  didik  difokuskan  untuk  dapat  mandiri  dalam
bereksplorasi  terhadap  lingkungan  disekitarnya  guna  mendapatkan informasi, pengetahuan, maupun pengalaman.
Pembelajaran luar sekolah dalam prosesnya dapat dilakukan dimana saja  karena  tidak  terbatas  ruang  dan  waktu.  Pembelajaran  luar  sekolah
sebagai salah satu metode pembelajaran memiliki beragam bentuk dan jenis. Salah satu yang cukup banyak dilakukan yaitu wisata belajar. Wisata belajar
merupakan  metode  pembelajaran  yang  dikemas  secara  rekreatif  namun
97 tetap  menonjolkan  unsur-unsur  edukasi.  Wisata  belajar  memungkinkan
peserta  didik  untuk  dapat  refreshing  dan  melepas  penat  sekaligus membelajarkan  jika  direncanakan  dengan  baik.  Konsep  penggabungan
antara  wisata  dan  belajar  ini  memiliki  banyak  bentuk  dan  variasi,  antara lain:  karyawisata,  study tour, outbound, outing class, dan wisata edukasi.
Lokasi  yang digunakan dalam melaksanakan pembelajaran model ini pun sangat beragam karena menyesuaikan kebutuhan dan informasi yang ingin
digali. Kebun binatang merupakan tempat dimana binatang dipelihara dalam
lingkungan  buatan  sehingga  dapat  diperunjukkan  pada  khalayak  ramai. Selain  fungsinya  sebagai  tempat  rekreasi  dan  konservasi,  kebun  binatang
juga  dapat  difungsikan  sebagai  tempat  edukasi.  Lingkungannya  yang dipenuhi dengan sumber-sumber belajar, menjadikan kebun binatang cocok
untuk digunakan sebagai tempat pembelajaran luar sekolah. Informasi yang dapat digali pun tidak terbatas pada seputar binatang saja, tetapi dapat pula
mengenai  lingkungan  alam  sekitar  dan  sosialisasi  antar  masyarakat  yang terjadi di dalamnya. Pembelajaran dengan metode wisata edukasi di kebun
binatang  juga  tidak  terbatas  pada  aspek  fisiknya  saja.  Siswa  dapat  pula menjadikan karakteristik yang dimiliki binatang-binatang yang ada di kebun
binatang sebagai sumber belajarnya. Kebun Raya dan Kebun Binatang KRKB Gembira Loka merupakan
salah satu dari sekian banyak kebun binatang yang ada di Indonesia. KRKB
98 Gembira Loka sebagai lembaga konservasi  yang fokus guna melestarikan
flora dan fauna memiliki tiga fungsi penting yaitu sebagai tempat rekreasi, tempat  penelitian,  dan  tempat  pendidikan.  Upaya  yang  ditempuh  guna
merealisasikan  fungsi  tersebut  khususnya  fungsi  pendidikan,  KRKB Gembira  Loka  menggagas  sebuah  program  edukasi  yang  dinamai
Pembelajaran Luar Sekolah Gembira Loka Zoo atau biasa disebut PLS GL zoo. Program PLS GL zoo merupakan program hasil kerjasama antara pihak
KRKB  Gembira  Loka  dengan  Universitas  Negeri  Yogyakarta  khususnya Jurusan Pendidikan  Luar Sekolah PLS. Program  ini diperuntukkan bagi
pelajar usia TK hingga SMA diseluruh Kota Jogja yang telah mendaftar dan melakukan reservasi terlebih dahulu. Dalam pelaksanaannya, peserta akan
dipandu untuk mengunjungi dan mengamati fasilitas pendidikan yang ada di  KRKB  Gembira  Loka,  mengasah  kreativitas  yang  dimiliki,  serta
berkeliling KRKB Gembira Loka. Program  PLS  GL  zoo  ini  memungkinkan  peserta  yang  berstatus
pelajar  untuk  dapat  menggali  informasi,  pengetahuan,  dan  pengalaman secara langsung mengenai flora dan fauna  yang ada di  KRKB didamping
oleh  pemandu  yang  merupakan  mahasiswa  Jurusan  PLS.  Program  ini merupakan  gabungan dari jenis-jenis pembelajaran luar sekolah  yang  ada
yaitu:  outing  class,  field  trip,  dan  outbound.  Program  PLS  GL  zoo  dapat dikatakan  sebagai  pembelajaran  luar  sekolah  jenis  outing  class  karena
kegiatan pembelajarannya dilakukan di luar ruangan atau kelas serta dapat memfasilitasi peserta didik dalam mengembangkan kreativitas dan aspek-
99 aspek  pengetahuan  melalui  kegiatan  pojok  kreatif  dan  keliling  KRKB
Gembira  Loka.  Hal  ini  sesuai  dengan  pendapat  Komarudin  dalam Husamah, 2013: 19 yang menyebutkan outing class sebagai aktivitas yang
dilakukan di luar sekolah yang berisi kegiatan di luar kelas atau sekolah dan berada dilingkungan luar seperti bermain di sekitar sekolah, taman, sawah,
dan  kegiatan  lain  yang  sifatnya  petualangan  serta  dapat  mengembangkan aspek pengetahuan yang relevan.
Program  PLS  GL  zoo  dalam  pelaksanaanya  juga  mengajak  para peserta  untuk  mempelajari  dan  mengamati  secara  langsung  apa  yang  Ia
butuhkan  agar  mendapatkan  informasi,  pengetahuan,  dan  pengalaman secara mandiri  guna melengkapi materi  yang didapatkannya di kelas. Hal
ini telah sesuai dengan pengertian pembelajaran luar sekolah jenis field trip yang disampaikan Syaiful Sagala 2006: 214 yang menyebutkan field trip
sebagai  pesiar  ekskursi  yang  dilakukan  oleh  peserta  didik  untuk melengkapi pengalaman belajar tertentu dan merupakan bagian integral dari
kurikulum sekolah. Metode ini banyak digunakan selain untuk memperkaya wawasan  dan  pengetahuan  peserta  didik,  juga  untuk  menghindari
kebosanan serta kejenuhan peserta didik terhadap pembelajaran yang ada di kelas.  Lebih  lanjut  salah  satu  tahapan  dari  pelaksanaan  program  PLS  GL
zoo  yaitu  adanya  pojok  kreatif  dan  bina  suasana.  Kedua  kegiatan  ini bertujuan  untuk  mengasah  kreativitas,  kepercayaan  diri,  dan  memotivasi
peserta  sehingga  akan  memunculkan  pribadi-pribadi  yang  tangguh  dan mandiri  setelah  mengikuti  program  PLS  GL  zoo  ini.  Tujuan  ini  sesuai
100 dengan  tujuan  dari  pembelajaran  luar  sekolah  jenis  outbound  yang  telah
tercantum  dalam  kajian  teori  yang  menyebutkan  outbound  tidak  hanya bermakna  kegiatan  diluar,  namun  lebih  dari  itu  dimana  peserta  diajak
berpikir kreatif dan membuat  terobosan-terobosan baru.  Bentuk  kegiatan yang  dapat  diselenggarakan  dalam  pembelajaran  luar  sekolah  jenis  ini
berdasarkan  pada  prinsip  kreativitas,  rekreatif,  dan  edukatif  baik  dengan sasaran individu maupun kelompok.
Aksesibilitas program merupakan salah satu komponen penting yang harus  diketahui  guna  kepentingan  pengembangan  program  kearah  yang
lebih  baik  lagi.  Aksesibilitas  sendiri  memiliki  pengertian  sebagai  level kemudahan
dan keterjangkauan
terhadap suatu
objek dengan
mempertimbangkan  aspek-aspek  yang  mempengaruhi.  Secara  singkat aksesibilitas dalam konteks sebuah program diartikan sebagai seperangkat
komponen yang keberadaannya dapat memudahkan jalannya sebuah proses. Menurut Derek Halden Consultancy 2004 dalam jurnalnya menyebutkan
bahwa  pemahaman  mengenai  aksesibilitas  dapat  dicirikan  melalui  tiga kategori pertanyaan yaitu:
a. Siapa atau dimana – aksesibilitas adalah bagian dari orang, atau tempat;
b. Apa peluang yang akan dicapai – meliputi fungsi dan aktivitas yang ada
di  dalamnya,  atau  sumber  daya  termasuk  orang-orang  yang memungkinkan orang dapat memenuhi kebutuhannya;
c. Bagaimana  –  faktor-faktor  yang  dapat  mempengaruhi  akses  terhadap
suatu objek. Pertanyaan  “siapa”  dalam  konteks  penelitian  ini  mengacu  pada
pihak-pihak  yang  memiliki  akses  terhadap  program  PLS  GL  zoo
101 stakeholder.  Menurut  Freeman  1984  dalam  Sukada  2007:  98,  pihak
yang  memiliki  akses  atau  pemangku  kepentingan  stakeholder  tersebut merupakan  mereka  yang  memiliki  kepentingan  dan  keputusan  tersendiri,
baik  sebagai  individu  maupun  wakil  kelompok.  Pengertian  tersebut  juga mencakup mereka yang mempengaruhi atau terkena pengaruh dari program.
Hasil penelitian yang telah dilakukan, pihak yang memiliki akses terhadap program  PLS  GL  zoo  di  KRKB  Gembira  Loka  antara  lain:  Dinas
Pendidikan,  Universitas  Negeri  Yogyakarta,  lembaga  sekolah  di  Kota Yogyakarta,  Pengelola  KRKB  Gembira  Loka,  dan  media  massa.  Pihak-
pihak yang memiliki akses tersebut selanjutnya memiliki peranan masing- masing dalam penyelenggaraan program PLS GL zoo ini. Peranan tersebut
diantaranya,  Dinas  Pendidikan  mengeluarkan  perizinan  dan  surat rekomendasi terhadap program PLS GL zoo bagi sekolah-sekolah di Kota
Jogja. Selanjutnya ada juga dari pihak internal KRKB Gembira Loka seperti Direktur  Utama  selaku  pemegang  kebijakan,  bagian  marketing  dan
bidangnya  yang  bertanggungjawab  terhadap  kelangsungan  program tersebut  misal  dalam  hal  penyediaan  fasilitas,  alat  dan  bahan.  Kemudian
pihak  UNY  yang  berperan  dalam  konseptor  materi  dan  konten  program serta  penyediaan  SDM  pemandu  kegiatan.  Selain  itu,  ada  pihak  sekolah
yang berperan sebagai konsumen atau peserta dari program PLS GL zoo itu sendiri.  Media  massa  yang  memiliki  peran  dalam  menyebarluaskan
informasi mengenai program PLS GL zoo di KRKB Gembira Loka kepada masyarakat luas.  Pihak-pihak yang memiliki akses terhadap program PLS
102 GL  zoo  melaksanakan  peranannya  masing-masing  agar  proses
penyelenggaraan  program  PLS  GL  zoo  dapat  berjalan  lancar  dan  sesuai dengan tujuan awalnya. Hal ini sesuai dengan prinsip stakeholder menurut
Wibisono  2007:  96  yang  menyatakan  bahwa  antara  stakeholder  dan perusahaan  dalam  hal  ini  program  PLS  GL  zoo  terjadi  hubungan  yang
saling  mempengaruhi,  sehingga  perubahan  pada  salah  satu  pihak  akan memicu dan mendorong terjadinya perubahan pada pihak yang lainnya. Hal
ini membuktikan pihak-pihak  yang memiliki akses merupakan komponen atau  satu  kesatuan  utuh  yang  melaksanakan  peranannya  masing-masing
guna mempermudah jalannya sebuah sistem. Pertanyaan  “apa”  berkaitan  dengan  aksesibilitas  program  PLS  GL
zoo ini berkenaan dengan konteks pelaksanaan program dan strategi serta kebijakan yang diterapkan berkaitan dengan aksesibilitas program tersebut.
Menurut  Sujarwo  2013:  36  pelaksanaan  pembelajaran  khsusunya pembelajaran orang dewasa yang didasarkan pada belajar pada pengalaman,
terdapat  3  tahapan  penting  didalamnya  yaitu:  tahap  pendahuluan,  tahap pelaksanaan, dan tahap akhir. Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan,
pelaksanaan  program  pendampingan  PLS  GL  zoo  mengacu  pada  prinsip belajar dari pengalaman yang telah dikemukakan diatas karena didalamnya
meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang dilaksanakan secara sistematis dan terstruktur. Hasil ini juga didukung dengan hasil penelitian
dari  Sujarwo  pada  tahun  2017  tentang  Desain  Model  Wisata  Belajar  di Kebun  Binatang  Gembira  Loka  Yogyakarta  sebagai  Laboratorium  Luar
103 Kampus  yang  menyatakan  bahwa  langkah-langkah  program  PLS  GL  zoo
terdiri  dari  tahap  pendahuluan,  kegiatan  inti  dan  penutup  JPPM,  4  1, 2017,  90-100.  Berdasarkan  teori  dan  hasil  penelitian  tersebut,  peneliti
memperoleh hasil penelitian yang menunjukkan adanya tanggapan positif dari pihak sekolah selaku peserta berkaitan dengan  program  PLS  GL  zoo
khususnya  dalam  hal  lagkah-langkah  pelaksanaannya.  Pelaksanaan program  PLS  GL  zoo  sudah  cukup  baik  dan  sesuai  dengan  harapan  dari
pihak  sekolah.  Namun,  perlu  adanya  pengembangan  dan  penambahan konten  agar  siswa  menjadi  lebih  antusias  lagi  mengikuti  program  dan
mendapat lebih banyak lagi pembelajaran dan pengalaman. Selanjutnya  mengenai  strategi  dan  kebijakan  yang  diterapkan
berkaitan  dengan  aksesibilitas  program  PLS  GL  zoo,  sudah  banyak diterapkan  baik  oleh  pihak  KRKB  Gembira  Loka  maupun  pemandu
program. Dari hasil penelitian diketahui strategi dan kebijakan yang sudah diterapkan  meliputi:  adanya  potongan  tarif  tiket  masuk  bagi  peserta  yang
menggunakan  paket  PLS,  adanya  pemandu  yang  telah  diberi  pelatihan sehingga  lebih  siap  dalam  mendampingi  dan  memberikan  materi-materi
mengenai  satwa  yang  ada  di  KRKB  Gembira  Loka,  dan  terakhir  yaitu adanya  kebijakan  dimana  bagian  marketing  dari  KRKB  Gembira  Loka
mulai tahun 2016 dipecah menjadi tiga bagian guna memperjelas tugas dan fungsinya  dalam  penyelenggaraan  program  PLS  GL  zoo.  Kebijakan  serta
strategi  yang  telah  ditempuh  tersebut  bertujuan  untuk  memperluas aksesibilitas  program  PLS  GL  zoo  keseluruh  pihak-pihak  yang
104 berkepentingan.  Hal  ini  sesuai  dengan  yang  dikemukakan  oleh  Nurcholis
2007: 263 mengenai definisi kebijakan sebagai keputusan suatu organisasi yang  dimaksudkan  untukmencapai  tujuan  tertentu  dan  biasanya  berisikan
ketentuan-ketentuan  yang  dapat  dijadikan  pedoman  dalam  pengambilan keputusan kedepan dan penerapan atau pelaksanaan suatu kebijakan  yang
telah diterapkan. Pertanyaan “bagaimana” sesuai teori aksesibilitas program yang telah
dijabarkan  diatas  mengacu  pada  upaya  yang  dilakukan  guna  memperluas aksesibilitas  program  PLS  GL  zoo  kedepannya.  Upaya  yang  dilakukan
didasarkan  pada  hasil  evaluasi  yang  diselenggarakan  pada  akhir  periode. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian sujarwo tahun 2017 tentang Desain
Model  Wisata  Belajar  di  Kebun  Binatang  Gembira  Loka  Yogyakarta sebagai  Laboratorium  Luar  Kampus  yang  menyatakan  bahwa  tahapan
dalam  kegiatan  pendampingan  program  PLS  GL  zoo  terdiri  dari  tahap perencanaan, persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi JPPM, 4 1, 2017, 90-
100. Pelaksanaan program selama satu periode kepemanduan selanjutnya dievaluasi secara menyeluruh guna mendapatkan pedoman untuk perbaikan
dan  pengembangan  program  kedepannya.  Berbekal  dari  hasil  evalausi tersebut, munculah kebijakan dan upaya-upaya yang harus dilakukan oleh
keseluruhan  pihak  yang  memiliki  akses  terhadap  program  ini  guna pengembangan  program  kedepannya.  Dari  hasil  penelitian  diketahui
kebijakan dan upaya yang ditempuh diantaranya yaitu:
105 a.
Membuat kebijakan baru. Mulai pada tahun 2017 program PLS GL zoo terbuka untuk seluruh lembaga sekolah yang ada di provinsi DIY;
b. Memperluas  kerjasama.  Menjalin  kerjasama  dengan  Departemen
Agama  selaku  lembaga  yang  menaungi  sekolahan-sekolah  berbasis keagamaan  seperti  MTs,  MI,  dan  RA  serta  lembaga  sekolah  sejenis
agar dapat berpartisipasi dalam program PLS GL zoo; c.
Membuat  buku  informasi  mengenai  program  edukasi  yang  ada  di KRKB  Gembira  Loka  yang  meliputi  Program  Pembelajaran  Luar
Sekolah PLS dan Satwa Masuk Sekolah SMS. Buku informasi ini nantinya akan dibagikan keseluruh sekolah yang ada di provinsi DIY
melalui forum-forum pertemuan kepala sekolah atau organisasi guru yang  ada  di  DIY  agar  informasi  mengenai  keberadaan  program  ini
dapat terakses oleh semua lembaga sekolah. d.
Penambahan konten pembelajaran meliputi perah susu sapi, membuat pupuk  kompos,  melihat  budidaya  tanaman  dan  ikan  air  tawar,  serta
pengayaan materi kepada pemandu program PLS GL zoo.
2. Faktor Pendukung dan Penghambat Aksesibilitas Program PLS GL zoo di
KRKB Gembira Loka Menurut  Pringle  dalam  Lai,  2012:  91  kebun  binatang  sebagai
tempat  pelaksanaan  kegiatan  pembelajaran  memungkinkan  siswa  untuk dapat  mengembangkan  pengetahuan  tentang  binatang  dan  kesadaran
lingkungan. Kebun binatang sebagai tempat penyelenggaraan pembelajaran
106 memiliki  kelebihan  dan  kekurangan  tersendiri.  Menurut  Husamah  2013:
54, terdapat sisi positif bagi seorang siswa yang mengikuti kegiatan wisata belajar khususnya di kebun binatang, yaitu:
a. Kegiatan  belajar  mengajar  lebih  bermakna  sebab  siswa
memperolehnya dengan mengalaminya secara langsung; b.
Membangkitkan sisi eksporatif siswa dalam usahanya menyelesaikan sesuatu;
c. Memperlihatkan
kondisi nyata
di lapangan
dengan mengintegrasikannya  dengan  pengajaran  di  dalam  kelas  sehingga
menciptakan kepribadian yng komplit baik bagi guru maupun siswa; d.
Memperbanyak pengetahuan dan wawasan yang diperoleh siswa baik di dalam maupun luar kelas;
e. Memberikan kesenangan siswa terhadap alam sekitarnya.
Pembelajaran  langsung  di  kebun  binatang  memungkinkan  peserta didik  untuk  dapat  berinteraksi  langsung  dengan  apa  yang  sedang
dipelajarinya merupakan salah satu kelebihan dari metode pembelajaran ini. Namun,  disisi  lain  kebun  binatang  juga  memiliki  kelemahan  jika
dipergunakan sebagai lokasi pembelajaran. Kebun binatang yang notabene merupakan tempat umum yang dapat diakses oleh khalayak ramai tentunya
akan sulit untuk dapat selalu menjaga kondusifitasnya sehingga pelaksanaan pembelajaran akan mengalami banyak gangguan dan hambatan.
Kebun  Raya  Kebun  Binatang  KRKB  Gembira  Loka  selaku pemegang  kebijakan  dalam  program  PLS  GL  zoo  tentunya  memiliki
keunggulan  dan  kelemahan  dalam  penyelenggaraan  program  edukasinya. Hal  ini  juga  berkaitan  dengan  tingkat  aksesibilitas  yang  dimiliki  oleh
program  edukasi  tersebut  khususnya  program  PLS  GL  zoo.  Dalam kaitannya dengan aksesibilitas program PLS GL zoo, hasil penelitian juga
107 menemukan adanya faktor pendukung dan penghambat yang berpengaruh
terhadap  aksesibilitas  program  tersebut.  Faktor  pendukung  dalam aksesibilitas program PLS GL zoo yaitu keberadaan pihak mitra yang juga
ikut peduli terhadap penyelenggaraan  program PLS GL  zoo ini  yaitu dari UNY  khususnya  Jurusan  Pendidikan  Luar  Sekolah  dan  dari  Dinas
Pendidikan.  Faktor  pendukung  lain  yaitu  adanya  kebijakan-kebijakan internal dari pihak KRKB yang mempermudah pihak sekolah selaku peserta
dan  mahasiswa  selaku  pemandu  program  dalam  mengakses  program tersebut.  Terakhir  yaitu  kebutuhan  lembaga-lembaga  sekolah  terhadap
program pembelajaran luar sekolah yang dapat diintegrasikan dengan tema- tema pembelajaran yang ada.
Faktor  penghambat  aksesibilitas  program  PLS  GL  zoo  diantaranya yaitu  SDM  pemandu  yang  selalu  mengalami  perubahan  setiap  tahunnya
dikarenakan statusnya yang masih mahasiswa aktif sehingga menyebabkan harus  adanya  pengulangan  pelatihan  dasar  kepada  pemandu-pemandu
tersebut.  Faktor  lainnya  yaitu  kebijakan  pihak  sekolah  terutama  sekolah negeri yang telah membuat rencana pembelajaran selama satu tahun ajaran
sehingga  terkadang  hal  ini  mempersulit  pihak  sekolah  itu  sendiri  dalam mengikuti  program  PLS  GL  zoo  karena  tidak  tercantum  dalam  rencana
tersebut.  Penghambat  lainnya  yaitu  mengenai  alokasi  dana  yang  dimiliki sekolah  dan  jarak  antar  sekolah  dengan  KRKB  selaku  lokasi
penyelenggaraan program.
108
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN