Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

95 pengulangan pelatihan dasar kepada pemandu-pemandu tersebut. Faktor lainnya yaitu kebijakan pihak sekolah terutama sekolah negeri yang telah membuat rencana pembelajaran selama satu tahun ajaran sehingga terkadang hal ini mempersulit pihak sekolah itu sendiri dalam mengikuti program PLS GL zoo karena tidak tercantum dalam rencana tersebut. Penghambat lainnya yaitu mengenai alokasi dana yang dimiliki sekolah dan jarak antar sekolah dan KRKB selaku lokasi penyelenggaraan program.

B. Pembahasan

1. Aksesibilitas Program Pembelajaran Luar Sekolah di KRKB Gembira Loka Pendidikan luar sekolah atau pendidikan non formal sebagai jalur pendidikan di luar pendidikan formal memiliki fungsi dan peranan tersendiri. Menurut Hamojoyo dalam Kamil, 2011: 14 Pendidikan Luar Sekolah merupakan usaha yang terorganisir secara sistematis dan berkelanjutan di luar sistem formal, melalui hubungan sosial yang digunakan untuk membimbing individu, kelompok, maupun masyarakat agar memiliki cita-cita guna meningkatkan taraf hidup untuk kesejahteraannya. Dari pernyataan tersebut dapat diketahui pendidikan luar sekolah memiliki fungsi sebagai penambah, pelengkap, dan pengganti pendidikan formal yang ada. Sifatnya yang fleksibel menjadikan jenis pendidikan ini memiliki ragam bentuk dan metode yang sangat variatif. Hal 96 inilah yang menyebabkan pendidikan luar sekolah dapat menyasar berbagai golongan dengan masalah dan kebutuhan yang beragam pula. Salah satu bentuk pendidikan luar sekolah yaitu pembelajaran luar sekolah. Menurut Corey dalam Syaiful Sagala, 2011: 61 pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu. Secara sederhana pembelajaran luar sekolah dapat diartikan sebagai kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan diluar ruangan atau sekolah yang dilakukan secara sengaja dengan memanfaatkan media pembelajaran yang dapat mendukung terjadinya proses belajar. Pembelajaran luar sekolah merupakan konsep pembelajaran nonformal yang diinternalisasikan ke dalam pendidikan formal dengan tujuan menciptakan suatu pembelajaran yang menyenangkan dan menarik bagi peserta didik. Dalam pembelajaran model ini, peserta didik difokuskan untuk dapat mandiri dalam bereksplorasi terhadap lingkungan disekitarnya guna mendapatkan informasi, pengetahuan, maupun pengalaman. Pembelajaran luar sekolah dalam prosesnya dapat dilakukan dimana saja karena tidak terbatas ruang dan waktu. Pembelajaran luar sekolah sebagai salah satu metode pembelajaran memiliki beragam bentuk dan jenis. Salah satu yang cukup banyak dilakukan yaitu wisata belajar. Wisata belajar merupakan metode pembelajaran yang dikemas secara rekreatif namun 97 tetap menonjolkan unsur-unsur edukasi. Wisata belajar memungkinkan peserta didik untuk dapat refreshing dan melepas penat sekaligus membelajarkan jika direncanakan dengan baik. Konsep penggabungan antara wisata dan belajar ini memiliki banyak bentuk dan variasi, antara lain: karyawisata, study tour, outbound, outing class, dan wisata edukasi. Lokasi yang digunakan dalam melaksanakan pembelajaran model ini pun sangat beragam karena menyesuaikan kebutuhan dan informasi yang ingin digali. Kebun binatang merupakan tempat dimana binatang dipelihara dalam lingkungan buatan sehingga dapat diperunjukkan pada khalayak ramai. Selain fungsinya sebagai tempat rekreasi dan konservasi, kebun binatang juga dapat difungsikan sebagai tempat edukasi. Lingkungannya yang dipenuhi dengan sumber-sumber belajar, menjadikan kebun binatang cocok untuk digunakan sebagai tempat pembelajaran luar sekolah. Informasi yang dapat digali pun tidak terbatas pada seputar binatang saja, tetapi dapat pula mengenai lingkungan alam sekitar dan sosialisasi antar masyarakat yang terjadi di dalamnya. Pembelajaran dengan metode wisata edukasi di kebun binatang juga tidak terbatas pada aspek fisiknya saja. Siswa dapat pula menjadikan karakteristik yang dimiliki binatang-binatang yang ada di kebun binatang sebagai sumber belajarnya. Kebun Raya dan Kebun Binatang KRKB Gembira Loka merupakan salah satu dari sekian banyak kebun binatang yang ada di Indonesia. KRKB 98 Gembira Loka sebagai lembaga konservasi yang fokus guna melestarikan flora dan fauna memiliki tiga fungsi penting yaitu sebagai tempat rekreasi, tempat penelitian, dan tempat pendidikan. Upaya yang ditempuh guna merealisasikan fungsi tersebut khususnya fungsi pendidikan, KRKB Gembira Loka menggagas sebuah program edukasi yang dinamai Pembelajaran Luar Sekolah Gembira Loka Zoo atau biasa disebut PLS GL zoo. Program PLS GL zoo merupakan program hasil kerjasama antara pihak KRKB Gembira Loka dengan Universitas Negeri Yogyakarta khususnya Jurusan Pendidikan Luar Sekolah PLS. Program ini diperuntukkan bagi pelajar usia TK hingga SMA diseluruh Kota Jogja yang telah mendaftar dan melakukan reservasi terlebih dahulu. Dalam pelaksanaannya, peserta akan dipandu untuk mengunjungi dan mengamati fasilitas pendidikan yang ada di KRKB Gembira Loka, mengasah kreativitas yang dimiliki, serta berkeliling KRKB Gembira Loka. Program PLS GL zoo ini memungkinkan peserta yang berstatus pelajar untuk dapat menggali informasi, pengetahuan, dan pengalaman secara langsung mengenai flora dan fauna yang ada di KRKB didamping oleh pemandu yang merupakan mahasiswa Jurusan PLS. Program ini merupakan gabungan dari jenis-jenis pembelajaran luar sekolah yang ada yaitu: outing class, field trip, dan outbound. Program PLS GL zoo dapat dikatakan sebagai pembelajaran luar sekolah jenis outing class karena kegiatan pembelajarannya dilakukan di luar ruangan atau kelas serta dapat memfasilitasi peserta didik dalam mengembangkan kreativitas dan aspek- 99 aspek pengetahuan melalui kegiatan pojok kreatif dan keliling KRKB Gembira Loka. Hal ini sesuai dengan pendapat Komarudin dalam Husamah, 2013: 19 yang menyebutkan outing class sebagai aktivitas yang dilakukan di luar sekolah yang berisi kegiatan di luar kelas atau sekolah dan berada dilingkungan luar seperti bermain di sekitar sekolah, taman, sawah, dan kegiatan lain yang sifatnya petualangan serta dapat mengembangkan aspek pengetahuan yang relevan. Program PLS GL zoo dalam pelaksanaanya juga mengajak para peserta untuk mempelajari dan mengamati secara langsung apa yang Ia butuhkan agar mendapatkan informasi, pengetahuan, dan pengalaman secara mandiri guna melengkapi materi yang didapatkannya di kelas. Hal ini telah sesuai dengan pengertian pembelajaran luar sekolah jenis field trip yang disampaikan Syaiful Sagala 2006: 214 yang menyebutkan field trip sebagai pesiar ekskursi yang dilakukan oleh peserta didik untuk melengkapi pengalaman belajar tertentu dan merupakan bagian integral dari kurikulum sekolah. Metode ini banyak digunakan selain untuk memperkaya wawasan dan pengetahuan peserta didik, juga untuk menghindari kebosanan serta kejenuhan peserta didik terhadap pembelajaran yang ada di kelas. Lebih lanjut salah satu tahapan dari pelaksanaan program PLS GL zoo yaitu adanya pojok kreatif dan bina suasana. Kedua kegiatan ini bertujuan untuk mengasah kreativitas, kepercayaan diri, dan memotivasi peserta sehingga akan memunculkan pribadi-pribadi yang tangguh dan mandiri setelah mengikuti program PLS GL zoo ini. Tujuan ini sesuai 100 dengan tujuan dari pembelajaran luar sekolah jenis outbound yang telah tercantum dalam kajian teori yang menyebutkan outbound tidak hanya bermakna kegiatan diluar, namun lebih dari itu dimana peserta diajak berpikir kreatif dan membuat terobosan-terobosan baru. Bentuk kegiatan yang dapat diselenggarakan dalam pembelajaran luar sekolah jenis ini berdasarkan pada prinsip kreativitas, rekreatif, dan edukatif baik dengan sasaran individu maupun kelompok. Aksesibilitas program merupakan salah satu komponen penting yang harus diketahui guna kepentingan pengembangan program kearah yang lebih baik lagi. Aksesibilitas sendiri memiliki pengertian sebagai level kemudahan dan keterjangkauan terhadap suatu objek dengan mempertimbangkan aspek-aspek yang mempengaruhi. Secara singkat aksesibilitas dalam konteks sebuah program diartikan sebagai seperangkat komponen yang keberadaannya dapat memudahkan jalannya sebuah proses. Menurut Derek Halden Consultancy 2004 dalam jurnalnya menyebutkan bahwa pemahaman mengenai aksesibilitas dapat dicirikan melalui tiga kategori pertanyaan yaitu: a. Siapa atau dimana – aksesibilitas adalah bagian dari orang, atau tempat; b. Apa peluang yang akan dicapai – meliputi fungsi dan aktivitas yang ada di dalamnya, atau sumber daya termasuk orang-orang yang memungkinkan orang dapat memenuhi kebutuhannya; c. Bagaimana – faktor-faktor yang dapat mempengaruhi akses terhadap suatu objek. Pertanyaan “siapa” dalam konteks penelitian ini mengacu pada pihak-pihak yang memiliki akses terhadap program PLS GL zoo 101 stakeholder. Menurut Freeman 1984 dalam Sukada 2007: 98, pihak yang memiliki akses atau pemangku kepentingan stakeholder tersebut merupakan mereka yang memiliki kepentingan dan keputusan tersendiri, baik sebagai individu maupun wakil kelompok. Pengertian tersebut juga mencakup mereka yang mempengaruhi atau terkena pengaruh dari program. Hasil penelitian yang telah dilakukan, pihak yang memiliki akses terhadap program PLS GL zoo di KRKB Gembira Loka antara lain: Dinas Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta, lembaga sekolah di Kota Yogyakarta, Pengelola KRKB Gembira Loka, dan media massa. Pihak- pihak yang memiliki akses tersebut selanjutnya memiliki peranan masing- masing dalam penyelenggaraan program PLS GL zoo ini. Peranan tersebut diantaranya, Dinas Pendidikan mengeluarkan perizinan dan surat rekomendasi terhadap program PLS GL zoo bagi sekolah-sekolah di Kota Jogja. Selanjutnya ada juga dari pihak internal KRKB Gembira Loka seperti Direktur Utama selaku pemegang kebijakan, bagian marketing dan bidangnya yang bertanggungjawab terhadap kelangsungan program tersebut misal dalam hal penyediaan fasilitas, alat dan bahan. Kemudian pihak UNY yang berperan dalam konseptor materi dan konten program serta penyediaan SDM pemandu kegiatan. Selain itu, ada pihak sekolah yang berperan sebagai konsumen atau peserta dari program PLS GL zoo itu sendiri. Media massa yang memiliki peran dalam menyebarluaskan informasi mengenai program PLS GL zoo di KRKB Gembira Loka kepada masyarakat luas. Pihak-pihak yang memiliki akses terhadap program PLS 102 GL zoo melaksanakan peranannya masing-masing agar proses penyelenggaraan program PLS GL zoo dapat berjalan lancar dan sesuai dengan tujuan awalnya. Hal ini sesuai dengan prinsip stakeholder menurut Wibisono 2007: 96 yang menyatakan bahwa antara stakeholder dan perusahaan dalam hal ini program PLS GL zoo terjadi hubungan yang saling mempengaruhi, sehingga perubahan pada salah satu pihak akan memicu dan mendorong terjadinya perubahan pada pihak yang lainnya. Hal ini membuktikan pihak-pihak yang memiliki akses merupakan komponen atau satu kesatuan utuh yang melaksanakan peranannya masing-masing guna mempermudah jalannya sebuah sistem. Pertanyaan “apa” berkaitan dengan aksesibilitas program PLS GL zoo ini berkenaan dengan konteks pelaksanaan program dan strategi serta kebijakan yang diterapkan berkaitan dengan aksesibilitas program tersebut. Menurut Sujarwo 2013: 36 pelaksanaan pembelajaran khsusunya pembelajaran orang dewasa yang didasarkan pada belajar pada pengalaman, terdapat 3 tahapan penting didalamnya yaitu: tahap pendahuluan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir. Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan, pelaksanaan program pendampingan PLS GL zoo mengacu pada prinsip belajar dari pengalaman yang telah dikemukakan diatas karena didalamnya meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang dilaksanakan secara sistematis dan terstruktur. Hasil ini juga didukung dengan hasil penelitian dari Sujarwo pada tahun 2017 tentang Desain Model Wisata Belajar di Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta sebagai Laboratorium Luar 103 Kampus yang menyatakan bahwa langkah-langkah program PLS GL zoo terdiri dari tahap pendahuluan, kegiatan inti dan penutup JPPM, 4 1, 2017, 90-100. Berdasarkan teori dan hasil penelitian tersebut, peneliti memperoleh hasil penelitian yang menunjukkan adanya tanggapan positif dari pihak sekolah selaku peserta berkaitan dengan program PLS GL zoo khususnya dalam hal lagkah-langkah pelaksanaannya. Pelaksanaan program PLS GL zoo sudah cukup baik dan sesuai dengan harapan dari pihak sekolah. Namun, perlu adanya pengembangan dan penambahan konten agar siswa menjadi lebih antusias lagi mengikuti program dan mendapat lebih banyak lagi pembelajaran dan pengalaman. Selanjutnya mengenai strategi dan kebijakan yang diterapkan berkaitan dengan aksesibilitas program PLS GL zoo, sudah banyak diterapkan baik oleh pihak KRKB Gembira Loka maupun pemandu program. Dari hasil penelitian diketahui strategi dan kebijakan yang sudah diterapkan meliputi: adanya potongan tarif tiket masuk bagi peserta yang menggunakan paket PLS, adanya pemandu yang telah diberi pelatihan sehingga lebih siap dalam mendampingi dan memberikan materi-materi mengenai satwa yang ada di KRKB Gembira Loka, dan terakhir yaitu adanya kebijakan dimana bagian marketing dari KRKB Gembira Loka mulai tahun 2016 dipecah menjadi tiga bagian guna memperjelas tugas dan fungsinya dalam penyelenggaraan program PLS GL zoo. Kebijakan serta strategi yang telah ditempuh tersebut bertujuan untuk memperluas aksesibilitas program PLS GL zoo keseluruh pihak-pihak yang 104 berkepentingan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Nurcholis 2007: 263 mengenai definisi kebijakan sebagai keputusan suatu organisasi yang dimaksudkan untukmencapai tujuan tertentu dan biasanya berisikan ketentuan-ketentuan yang dapat dijadikan pedoman dalam pengambilan keputusan kedepan dan penerapan atau pelaksanaan suatu kebijakan yang telah diterapkan. Pertanyaan “bagaimana” sesuai teori aksesibilitas program yang telah dijabarkan diatas mengacu pada upaya yang dilakukan guna memperluas aksesibilitas program PLS GL zoo kedepannya. Upaya yang dilakukan didasarkan pada hasil evaluasi yang diselenggarakan pada akhir periode. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian sujarwo tahun 2017 tentang Desain Model Wisata Belajar di Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta sebagai Laboratorium Luar Kampus yang menyatakan bahwa tahapan dalam kegiatan pendampingan program PLS GL zoo terdiri dari tahap perencanaan, persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi JPPM, 4 1, 2017, 90- 100. Pelaksanaan program selama satu periode kepemanduan selanjutnya dievaluasi secara menyeluruh guna mendapatkan pedoman untuk perbaikan dan pengembangan program kedepannya. Berbekal dari hasil evalausi tersebut, munculah kebijakan dan upaya-upaya yang harus dilakukan oleh keseluruhan pihak yang memiliki akses terhadap program ini guna pengembangan program kedepannya. Dari hasil penelitian diketahui kebijakan dan upaya yang ditempuh diantaranya yaitu: 105 a. Membuat kebijakan baru. Mulai pada tahun 2017 program PLS GL zoo terbuka untuk seluruh lembaga sekolah yang ada di provinsi DIY; b. Memperluas kerjasama. Menjalin kerjasama dengan Departemen Agama selaku lembaga yang menaungi sekolahan-sekolah berbasis keagamaan seperti MTs, MI, dan RA serta lembaga sekolah sejenis agar dapat berpartisipasi dalam program PLS GL zoo; c. Membuat buku informasi mengenai program edukasi yang ada di KRKB Gembira Loka yang meliputi Program Pembelajaran Luar Sekolah PLS dan Satwa Masuk Sekolah SMS. Buku informasi ini nantinya akan dibagikan keseluruh sekolah yang ada di provinsi DIY melalui forum-forum pertemuan kepala sekolah atau organisasi guru yang ada di DIY agar informasi mengenai keberadaan program ini dapat terakses oleh semua lembaga sekolah. d. Penambahan konten pembelajaran meliputi perah susu sapi, membuat pupuk kompos, melihat budidaya tanaman dan ikan air tawar, serta pengayaan materi kepada pemandu program PLS GL zoo. 2. Faktor Pendukung dan Penghambat Aksesibilitas Program PLS GL zoo di KRKB Gembira Loka Menurut Pringle dalam Lai, 2012: 91 kebun binatang sebagai tempat pelaksanaan kegiatan pembelajaran memungkinkan siswa untuk dapat mengembangkan pengetahuan tentang binatang dan kesadaran lingkungan. Kebun binatang sebagai tempat penyelenggaraan pembelajaran 106 memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri. Menurut Husamah 2013: 54, terdapat sisi positif bagi seorang siswa yang mengikuti kegiatan wisata belajar khususnya di kebun binatang, yaitu: a. Kegiatan belajar mengajar lebih bermakna sebab siswa memperolehnya dengan mengalaminya secara langsung; b. Membangkitkan sisi eksporatif siswa dalam usahanya menyelesaikan sesuatu; c. Memperlihatkan kondisi nyata di lapangan dengan mengintegrasikannya dengan pengajaran di dalam kelas sehingga menciptakan kepribadian yng komplit baik bagi guru maupun siswa; d. Memperbanyak pengetahuan dan wawasan yang diperoleh siswa baik di dalam maupun luar kelas; e. Memberikan kesenangan siswa terhadap alam sekitarnya. Pembelajaran langsung di kebun binatang memungkinkan peserta didik untuk dapat berinteraksi langsung dengan apa yang sedang dipelajarinya merupakan salah satu kelebihan dari metode pembelajaran ini. Namun, disisi lain kebun binatang juga memiliki kelemahan jika dipergunakan sebagai lokasi pembelajaran. Kebun binatang yang notabene merupakan tempat umum yang dapat diakses oleh khalayak ramai tentunya akan sulit untuk dapat selalu menjaga kondusifitasnya sehingga pelaksanaan pembelajaran akan mengalami banyak gangguan dan hambatan. Kebun Raya Kebun Binatang KRKB Gembira Loka selaku pemegang kebijakan dalam program PLS GL zoo tentunya memiliki keunggulan dan kelemahan dalam penyelenggaraan program edukasinya. Hal ini juga berkaitan dengan tingkat aksesibilitas yang dimiliki oleh program edukasi tersebut khususnya program PLS GL zoo. Dalam kaitannya dengan aksesibilitas program PLS GL zoo, hasil penelitian juga 107 menemukan adanya faktor pendukung dan penghambat yang berpengaruh terhadap aksesibilitas program tersebut. Faktor pendukung dalam aksesibilitas program PLS GL zoo yaitu keberadaan pihak mitra yang juga ikut peduli terhadap penyelenggaraan program PLS GL zoo ini yaitu dari UNY khususnya Jurusan Pendidikan Luar Sekolah dan dari Dinas Pendidikan. Faktor pendukung lain yaitu adanya kebijakan-kebijakan internal dari pihak KRKB yang mempermudah pihak sekolah selaku peserta dan mahasiswa selaku pemandu program dalam mengakses program tersebut. Terakhir yaitu kebutuhan lembaga-lembaga sekolah terhadap program pembelajaran luar sekolah yang dapat diintegrasikan dengan tema- tema pembelajaran yang ada. Faktor penghambat aksesibilitas program PLS GL zoo diantaranya yaitu SDM pemandu yang selalu mengalami perubahan setiap tahunnya dikarenakan statusnya yang masih mahasiswa aktif sehingga menyebabkan harus adanya pengulangan pelatihan dasar kepada pemandu-pemandu tersebut. Faktor lainnya yaitu kebijakan pihak sekolah terutama sekolah negeri yang telah membuat rencana pembelajaran selama satu tahun ajaran sehingga terkadang hal ini mempersulit pihak sekolah itu sendiri dalam mengikuti program PLS GL zoo karena tidak tercantum dalam rencana tersebut. Penghambat lainnya yaitu mengenai alokasi dana yang dimiliki sekolah dan jarak antar sekolah dengan KRKB selaku lokasi penyelenggaraan program. 108

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN