KEMAMPUAN PEMANDU PROGRAM PLS GL ZOO DALAM MEMANFAATKAN MEDIA PEMBELAJARAN DI KEBUN RAYA KEBUN BINATANG (KRKB) GEMBIRA LOKA YOGYAKARTA.

(1)

i

KEMAMPUAN PEMANDU PROGRAM PLS GL ZOO DALAM MEMANFAATKAN MEDIA PEMBELAJARAN DI KEBUN RAYA

KEBUN BINATANG (KRKB) GEMBIRA LOKA YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Rita Andriani NIM 13102241034

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

v MOTTO

sebaik-baiknya manusia adalah dia yang dapat bermanfaat bagi orang lain (Penulis)


(6)

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

Atas Karunia Allah SWT

Karya ini akan saya persembahkan untuk :

1. Agama, Nusa dan Bangsa

2. Almamamterku Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang begitu besar.

3. Bapak, dan Ibu yang telah memanjatkan do’a yang mulia untuk keberhasilan dalam saya menyusun karya ini.


(7)

vii

KEMAMPUAN PEMANDU PROGRAM PLS GL ZOO DALAM MEMANFAATKAN MEDIA PEMBELAJARAN DI KEBUN RAYA

KEBUN BINATANG (KRKB) GEMBIRA LOKA YOGYAKARTA Oleh

Rita Andriani NIM 13102241034

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang : (1) Kemampuan pemandu program PLS GL zoo dalam memanfaatkan media pembelajaran di KRKB Gembira Loka, (2) Faktor pendukung serta faktor penghambat kemampuan pemandu program PLS GL zoo dalam memanfaatkan media pembelajaran di KRKB Gembira Loka Yogyakarta.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Subjek dari penelitian ini adalah pengelola, pemandu, dan guru peserta didik yang menjadi peserta pembelajaran luar sekolah. Teknik pengumpulan data menggunakan Observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisi data yang digunakan yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Sedangkang keabsahan data yang digunakan adalah triangulasi sumber.

Hasil penelitian ini antara lain : (1) Kemampuan pemandu program PLS GL zoo dalam memanfaatkan media pembelajaran di KRKB Gembira Loka meliputi tiga aspek yaitu (a) To conduct yaitu melaksanakan program PLS GL zoo sesuai yang telah di tetapkan (b) To point out yaitu mengantarkan dan menjelaskan kepada peserta program PLS GL zoo tentang flora dan fauna (c) To infrom yaitu menjelaskan kepada peserta kegiatan PLS GL zoo tentang flora dan fauna yang mera lihat. Selain itu pemandu PLS GL zoo harus memiliki 3 aspek lain yaitu, (a) persiapan, yaitu tahap mempersiapkan seluruh alat, bahan serta SDM yang dibutuhkan untuk kepemanduan, (b) langkah-langkah yaitu tahapan-tahapan dalam melaksanakan kegiatan PLS GL zoo dan (c) evaluasi yaitu mengevaluasi persiapan dan kegiatan yang sudah dilakukan dalam program PLS GL zoo, (2) Faktor pendukung kemampuan pemandu program PLS GL zoo dalam memanfaatkan media pembelajaran adalah adanya kebijakan dari pemerintah, peserta yang antusias, kemampuan pemandu yang baik, dan materi pembelajaran yang sudah seseuai dengan kebutuhan peserta. Faktor penghambat kemampuan pemandu program PLS GL zoo dalam memanfaatkan media pembelajaran luar sekolah yaitu kurangnya sosialisasi program, kemampuan pemandu yang tidak sama, alat dan bahan yang terbatas, belum adanya inovasi program dan media pembelajaran, usia anak yang variatif.


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kemampuan Pemandu Program PLS GL Zoo

Dalam Memanfaatkan Media Pembelajaran di KRKB Gembira Loka Yogyakarta”, disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta.

Penulis menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari adanya bantuan berbagai pihak. Dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan kesempatan penulis untuk melaksanakan kuliah di Universitas Negeri Yogyakarta. 2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, yang telah memberikan fasilitas dan sarana

sehingga studi saya berjalan dengan lancar.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, yang telah memberikan kelancaran dalam penyusunan skripsi.

4. Bapak Dr. Sujarwo, M. Pd., selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan mengarahkan dan membimbing penulis hingga menyelesaikan skripsi. 5. Drs. Hiryanto, M.Si, selaku dosen Penasehat Akademik yang selalu

memberikan motivasi dalam proses belajar dan penyusunan skripsi.

6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan sebagai bekal proses penelitian ini.

7. Direktur Utama Kebun Raya Kebun Binatang (KRKB) Gembira Loka, yang telah memberikan ijin dan bantuan untuk penelitian.

8. Bapak dan Ibu pengelola KRKB Gembira Loka, yang telah bersedia membantu dalam penelitian.

9. Bapak, Ibu, dan Kakak adik ku atas do’a, perhatian, kasih sayang, dan segala dukungannya.

10. Sahabat-sahabatku di grup Hi, Skripsi yang selalu memberikan dorongan motivasi dan semangat dalam penulisan penelitian ini.


(9)

ix

11. Semua teman-teman Jurusan Pendidikan Luar Sekolah angkatan 2013 yang telah memberikan bantuan dan motivasi untuk peneluisan penelitian ini. 12. Semua pihak, secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat

disebutkan di sini atas bantuan dan perhatiannya selama penyususunan Tugas Akhir Skripsi ini.

Akhirnya, semoga segala bantuan yang telah diberikan semua pihak diatas menjadi amalan yang bermanfaat dan mendapatkan balasan dari Allah SWT dan Tugas Akhir Skripsi ini menjadi informasi bermanfaat bagi pembaca dan pihak lain yang membutuhkannya.

Yogyakarta, 3 Mei 2017


(10)

x DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

SURAT PERNYATAAN... iii

HALAMAN PENGESAHAN... iv

HALAMAN MOTTO... v

HALAMAN PERSEMBAHAN... vi

ABSTRAK... vii

KATA PENGANTAR... viii

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah... 8

C. Batasan Masalah... 9

D. Rumusan Masalah...10

E. Tujuan Penelitian...10

F. Manfaat Penelitian...11

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka... 12

1. Tinjauan tentang Pemandu... 12

a. Pengertian Pemandu... 12

b. Kemampuan Pemandu... 13

2. Tinjauan tentang Media Pembelajaran... 16

a. Pengertian Media Pembelajaran... 16

b. Manfaat Media Pembelajaran... 17

c. Faktor Pemilihan Media... 19

d. Fungsi Media Pembelajaran... 20


(11)

xi

a. Pengertian Pembelajaran... 21

b. Tujuan Pembelajaran... 22

c. Pengertian Pembelajaran Luar Sekolah... 23

d. Jenis Pembelajaran Luar Sekolah... 24

e. Langkah Pembelajaran Luar Sekolah... 28

4. Tinjauan tentang Pendidikan Luar Sekolah... 34

a. Definisi Pendidikan Luar Sekolah... 34

b. Tujuan Pendidikan Luar Sekolah... 36

5. Tinjauan tentang Kebun Binatang... 38

a. Pengertian Kebun Binatang... 38

b. Wisata Belajar di Kebun Binatang... 39

c. Fungsi Wisata Belajar di Kebun Binatang... 40

B. Penelitian yang Relevan... 42

C. Kerangka Berfikir... 42

D. Pertanyaan Penelitian... 45

BAB II METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian... 46

B. Setting Penelitian... 47

C. Penentuan Subjek dan Objek Penelitian... 48

D. Tehnik Pengumpulan Data... 51

1. Observasi ... 52

2. Wawancara... 53

3. Dokumentasi ... 54

E. Instrumen Penelitian... 55

F. Teknik Analisis Data... 57

1. Reduksi Data... 59

2. Penyajian Data... 60

3. Penarikan Kesimpulan... 60

G. Keabsahan Data... 61

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 63


(12)

xii

2. Sejarah Berdirinya KRKB Gembira Loka... 64

3. Sarana dan Prasarana KRKB Gembira Loka... 66

4. Program Pembelajaran Luar Sekolah (PLS GL zoo)... 68

5. Kemampuan Pemandu program PLS GL Zoo dalam Memanfaatkan Media Pembelajaran di KRKB Gembira Loka... 73

6. Faktor Pendukung dan Penghambat... 87

B. Pembahasan... 91

1. Kemampuan Pemandu program PLS GL Zoo dalam Memanfaatkan Media Pembelajaran di KRKB Gembira Loka... 91

2. Faktor Pendukung dan Penghambat... 103

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 106

B. Saran... 110

DAFTAR PUSTAKA... 112


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

hal Tabel 1. Sumber Data Penelitian (Informan) ... 50 Tabel 2. Teknik Pengumpulan Data ... 56


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

hal Gambar 1. Kerangka Berpikir ... 44 Gambar 2. Komponen Analisis Data Model Interaktif ... 59


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Pedoman Observasi ... 116

Lampiran 2. Pedoman Dokumentasi ... 118

Lampiran 3. Pedoman Wawancara ... 121

Lampiran 4. Catatan Lapangan ... 129

Lampiran 5. Catatan Dokumentasi...140

Lampiran 6. Reduksi, Display, dan Kesimpulan ... 146

Lampiran 7. Bagan Struktur Organisasi... ....164

Lampiran 8. Data Reservasi Program PLS GL zoo Bulan Februari ... ...165

Lampiran 9. Buku Informasi Program Edukasi ... ...166

Lampiran 10. Surat Izin Penelitian dari Fakultas ... ...176


(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan kota wisata, budaya dan kota pelajar. Tidak sedikit tempat-tempat di Jogja yang sudah terbukti banyak dikunjungi oleh wisatawan, baik wisatawan dalam negri maupun wisatawan luar negri. Macam tempat wisata yang ada di Kota Gudeg ini mulai dari wisata pegunungan, candi, hingga pantai pasir putih menjadi daya tarik kota Istimewa tersebut. Jogja disebut sebagai kota Budaya karena banyak sekali peninggalan sejarah serta adat dan istiadat yang masih melekat pada masyarakatnya. Kebiasaan-kebiasaan para leluhur yang masih dikerjakan oleh sebagian besar masyarakat Jogja. Selain itu, Jogja juga terkenal dengan kota pelajar. Terbukti dari data BPS provinsi Yogyakarta yang menunjukkan bahwa Jumlah Sekolah menurut Kabupaten/Kota di D.I. Yogyakarta, 2009/2010 – 2025/2016 terdapat 2.495 sekolahan yang terdiri dari sekolah negri dan swasta.

Selain dengan jumlah sekolah formal yang banyak, Jogja memberikan bentuk Pendidikan Luar Sekolah yang terdiri dari pendidikan informal yang bisa didapatkan dalam lingkungan keluarga, kerabat atau orang terdekat dilingkungan sekitarnya dan pendidikan nonformal yang terjadi di lingkungan masyarakat. Bentuk dari pendidikan luar sekolah adalah pembelajaran yang terjadi di PKBM, SKB, kursus, sekolah alam, Homeschooling, PAUD, pelatihan, dan lain-lain. Bahkan dewasa ini, tempat-tempat wisata yang ada di Jogja merupakan tempat Edukasi yang dapat berlangsung proses pendidikan nonformal tersebut didalamnya, seperti di taman pintar, museum, monumen, dan


(17)

2

kebun binatang. Konsep perpaduan antara wisata dan pendidikan yang banyak diterapkan dibanyak tempat wisata di Yogyakarta merupakan nilai jual positif yang mungkin tidak banyak ditemui di daerah-daerah lainnya. Hal ini akan semakin menyamarkan anggapan yang selama ini berkembang ditengah masyarakat bahwa pendidikan adalah sama dengan sekolahan. Padahal pendidikan tidak harus dilakukan di sekolah, tetapi dapat dilakukan dimanapun, kapanpun, dan dengan siapapun asalkan sesuai dengan nilai dan norma serta mengarah kepada hal yang positif.

Kebun Binatang digunakan sebagai destinasi wisata, dan dijadikan tempat belajar atau edukasi bagi setiap orang yang berkunjung. Didalalam kebun binatang dapat dikenal hewan dan tumbuhan yang biasanya hanya dilihat dalam gambar atau televisi. Selain dapat melihat secara langsung hewan dan tumbuhan tersebut, hal lain yang didapatkan adalah memperoleh informasi sedetail mungkin tentang hewan dan tumbuhan tersebut langsung dari pawang hewan atau pemandunya. Kebun binatang yang ada di Jogja adalah Kebun Raya Kebun Binatang (KRKB) Gembira Loka. Menurut web resmi yang di tulis oleh pihak KRKB Gembira Loka, luas area disini sekitar 20 hektar, kebun binatang yang digagas oleh Hamengkubuwonon IX ini berisi beberapa hewan khas tanah air dan Asia. KRKB Gembira Loka menjadi tempat rekreasi dan lembaga konservasi Ex-Situ. Di tempat ini, menjadi panti rehabilitasi dari hewan-hewan yang mengalami gangguan, pernah dipelihara atau sakit.

Seperti yang tertera pada buku informasi program edukasi KRKB Gembira Loka, program ini diprakarsai oleh almarhum Sri Paduka Paku Alam (PA) VIII yang saat itu menginginkan KRKB Gembira Loka dapat menjadi


(18)

3

fasilitas bagi pendidikan anak khususnya penerapan cinta satwa sejak usia dini. Untuk merealisasikan cita-cita tersebut, pihak KRKB Gembira Loka menggandeng Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta (FIP UNY) khususnya Jurusan Pendidikan Luar Sekolah (PLS) (dalam buku informasi program edukasi KRKB Gembira Loka hal. 3). Sebagai salah satu lembaga pemerintah daerah yang berfungsi sebagai kawasan konservasi dan perlindungan terhadap flora dan fauna, KRKB Gembira Loka juga memiliki tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) yang mengharuskan sebuah perusahaan/lembaga bisnis untuk ikut peduli terhadap kehidupan masyarakat disekitarnya. Menurut European Commission (2006) Tanggung jawab social perusahaan adalah konsep dimana perusahaan mengintegrasikan perhatian pada aspek social dan lingkungan di dalam kegiatan bisnis dan interaksi dengan para pemnagku kepentingan berdasar pada asas sukarela (dalam Jurnal Ilmiah Administrasi Publik dan Pembangunan, Vol.2 No.1, Januari-Juni 2011). Di Indonesia sendiri, kebijakan mengenai program CSR diatur dalam Undang-undang Perseroan Terbatas (PT) No. 40 Tahun 2007 ayat 74 tentang tanggung jawab sosial perusahaan. Impementasi dari program CSR ini, yaitu adanya Program Pembelajaran Luar Sekolah Gembiraloka Zoo (PLS GL zoo).

Kegiatan PLS GL zoo merupakan bentuk dari kerjasama antara Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta (PLS FIP UNY) dengan pihak KRKB Gembira Loka pada bidang pendidikan. Program PLS GL zoo telah resmi berjalan setelah adanya surat kesepakatan kerjasama yang ditandatangi oleh Direktur Utama KRKB Gembira


(19)

4

Loka dan Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta tertanggal 17 Februari 2014 setelah melalui 2 tahun tahap perencanaan dan percobaan. Program ini memungkinkan mahasiswa Jurusan PLS untuk mengembangkan potensi yang dimiliki khususnya dalam bidang kepemanduan dan outbound.

Program PLS GL zoo merupakan program pembelajaran luar sekolah dengan metode outing class, sasarannya adalah para siswa mulai dari TK/KB, SD, SMP, SMA hingga perguruan tinggi. Tujuan dari kegiatan PLS GL zoo adalah memberikan suasana baru pada sistem pembelajaran formal yang dilakukan secara Non formal dengan peserta berinterkasi secara langsug dengan satwa dan tumbuhan yang ada di KRKB Gembira Loka.

Secara umum, sasaran dalam program PLS GL zoo yaitu lembaga-lembaga sekolahan yang ada di wilayah Kota Jogja. Namun selama 4 tahun berjalan, realita dilapangan membuktikan belum adanya perhatian dan koordinasi yang baik dengan pihak Dinas Pendidikan DIY selaku pemegang kebijakan sehingga program baru dapat dinikmati oleh lembaga sekolah dalam lingkup Kota Jogja dan belum dapat dinikmati lembaga sekolah dilain kabupaten seperti Gunung Kidul, Kulon Progo, Bantul, dan Sleman.

Jurusan PLS sebagai penyedia Sumber Daya Manusia dalam program ini selalu berupaya memperbaiki manajemen yang ada guna membuka akses yang seluas-luasnya bagi mahasiswanya untuk dapat berpartisipasi dalam program tersebut. Salah satu upaya yang ditempuh yaitu dengan membentuk tim kepemanduan PLS GL zoo yang kesemua anggotanya yang menjadi pemandu adalah mahasiswa aktif PLS. Prakteknya pelaksanaannya kepemanduan


(20)

5

program PLS GL zoo pada hari efektif kuliah, maka terkadang jadwal memandu masih bentrokan dengan jadawal kuliah. Para pemandu masih berat meninggalakan kuliah untuk pergi memandu sehingga masih sedikit intensitas pemandu dalam memandu kegiatan PLS GL zoo.

Kesibukan mahasiswa mengikuti organisasi lain juga berpengaruh. Para pemandu yang merupakan mahasiswa aktif jurusan PLS tidak hanya mengikuti program kegiatan Kepemanduan PLS GL zoo, tetapi pemandu ikut serta dalam kegiatan keorganisasian lainnya, seperti BEM, HIMA, UKM dan lain-lain, yang itu terkadang bentrok dengan jadwal kepemanduan mereka. Padahal, dengan mengikuti kegiatan kepemanduan ini, mahasiswa dapat terjun langsung cara menangani dan mengkondisikan anak mulai dari anak pra sekolah, hingga sekolah menengah, selain itu mengasah kemampuan pemandu karena dapat praktek langsung, yang itu semua juga merupakan ranah dari proram studi pendidikan luar sekolah.

Sarana dan prasarana dalam program PLS GL zoo terkadang kurang memadahi. Tempat yang kurang luas jika digunakan oleh peserta yang lebih dari 200 siswa terkadang menjadi kendala yang sangat berat. Tempat untuk pembuatan pojok kreatif jika panas ataupun hujan menjadi salah satu kendala karena tidak ada tempat untuk berteduh. Selain itu, APE yang digunakan juga sangat berpengaruh terhadap tersampaikannya makna kegiatan PLS GL zoo ini kepada siswa. Jumlah APE kurang jika peserta lebih dari 200 orang karena tidak tersedia banyak menjadikan kendala tersendiri, untuk itu diperlukan penambahan APE agar kegiatan pojok kreatif dengan peserta banyak dapat berjalan dengan lancar.


(21)

6

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, kemampuan para pemandu dalam memandu kegiatan outing class ini masih kurang. Banyak pemandu yang kurang berkompeten, tidak bisa mengkondisikan anak secara menyeluruh, serta kurang interaktif dalam membawakan program PLS GL zoo. Pemandu yang bukan merupakan bagian dari Team Kepemanduan terkadang belum banyak mengenal KRKB Gembira Loka, mereka masih minim pengetahuan, sehingga para pemandu tersebut tidak bisa menjelaskan secara rinci tentang flora fauna yang ada. Dalam prakteknya, terdapat perbedaan kemampuan dari setiap pemandunya. Pemandu yang dapat dikatakan sebagai senior lebih memumpuni dalam membawakan kegiatan PLS GL zoo dari pada pemandu yang masih semester awal dikarenakan pemandu senior intensitas memandu lebih banyak daripada para pemandu semester awal.

Pemandu yang baru beberapa kali memandu terkadang merasa bingung dengan apa yang akan dia lakukan. Pemandu merasa bingung karena belum memahami benar mengenai program PLS GL zoo. Kebingungan lainnya yaitu pada saat pemandu mengkondisikan peserta maupun saat menjelaskan flora dan fauna kepada peserta. Pengetahuan pemandu mengenai flora dan fauna masih kurang, terbukti ketika memandu tidak semua binatang dapat di jelaskan karakteristiknya oleh pemandu kepada peserta.

Pengembangan terhadap konten dan media yang digunakan dalam program PLS GL zoo sudah semestinya terus dilakukan pada program PLS GL zoo agar program ini dapat dirasakan oleh lembaga-lembaga pendidikan yang ada di Yogyakarta. Harapannya, program PLS GL zoo ini dapat dinikmati bukan saja sebagai program outing class bagi anak-anak PAUD ataupun SD tetapi juga


(22)

7

bagi anak dengan usia yang lebih tinggi bahkan hingga perguruan tinggi dan masyarakat umum yang mungkin juga membutuhkan program tersebut.

Seperti yang diketahui bahwa selama 4 tahun kegiatan ini berjalan, belum ada pengembangan konten dan media yang digunakan, baik dari media pembelajaran yang digunakan maupun dari tehnis pembelajaran pojok kreatif itu sendiri. Sadiman (2006: 7) mengemukakan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Sedangkan Arsyad (2007: 4) menyatakan bahwa media adalah alat yang menyampaikan pesan-pesan pembelajaran. Dari kedua pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa media pembelajaran adalah sebuah alat yang digunakan pada proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat terjangkau dengan lebih mudah. Oleh karena itu, peran dari media pembelajaran dalam program PLS GL zoo sangat penting yaitu sebagai alat agar tujuan pembelajaran tersebut dapat tersampaikan.

Pemandu belum bisa mengoptimalkan media belajar yang ada. Padahal banyak sekali sumber belajar yang dapat digunakan di sekitar KRKB Gembiraloka yang bisa menjadi media pembelajaran, seperti kolam benih, kandang percontohan, silvikultur dan lab alam yang merupakan tempat-tempat yang memungkinkan untuk kegiatan pembelajaran, dan kita dapat menggunakan fasilitas yang ada didalam tempat tersebut tetapi dalam kenyataannya masih jarang digunakan.


(23)

8

Belum adanya inovasi media pembelajaran tersebut membuat pihak sekolah yang telah menggunakan program PLS Gl zoo lebih dari satu kali merasa jenuh dengan kegiatan PLS GL zoo karena selalu sama di setiap pertemuannya. Pihak sekolah merasa jenuh, karena belum adanya inovasi, baik inovasi programnya, teknis pelaksanaannya, sarana dan prasarana maupun media yang digunakan

Secara ringkas dalam empat tahun berjalannya program, permasalahan yang bersangkutan denagn kemampuan pemandu dalam memanfaatkan program PLS GL zoo diantaranya jadwal kepemanduan program PLS GL zoo yang bentrok dengan jadwal kuliah, kesibukan para pemandu yang mengikuti organisasi lain selain tim kepemanduan PLS GL zoo, sarana dan prasarana yang kurang memadahi jika peserta banyak atau terjadi hujan, kemampuan pemandu yang masih kurang dalam membawakan program PLS GL zoo dan belum adanya inovasi media pembelajaran yang digunakan sehingga pihak sekolah yang menggunakan program PLS GL zoo lebih dari satu kali merasa jenuh. Berdasarkan hal tersebut penulis bermaksud mengadakan penelitian mengenai kemampuan pemandu program PLS GL zoo dalam memanfaatkan media pembelajaran di Kebun Raya Kebun Binatang (KRKB) Gembira Loka Yogyakarta.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan dari uraian latar belakang masalah, maka dapat diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut:


(24)

9

1. Jadwal kepemamduan yang bersamaan dengan jadwal kuliah sehingga memaksa mahasiswa berat untuk meninggalkan kuliah dan memandu kegiatan PLS GL zoo.

2. Kesibukan pemandu mengikuti organisasi lain sehingga menyebabkan intensitas memandu program PLS GL zoo masih sedikit.

3. Sarana dan prasarana serta alat yang kurang memadahi karena jika peserta program PLS GL zoo banyak kekuranagan alat dan tempat, dan jika terjadi panas atau hujan tidak ada tempat untuk berteduh yang dapat menampung banyak peserta.

4. Setiap pemandu tidak memiliki kemampuan yang berbeda, para pemandu senior lebih berkompeten dari pada para pemandu junior dan kurang maksimalnya kemampuan pemandu dalam memanfaatkan media pembelajaran karena minimnya pengetahuan pemandu mengenai KRKB Gembira Loka Yogyakarta

5. Belum adanya inovasi media pembelajaran yang digunakan sejak awal kegiatan PLS GL zoo ini dilaksanakan sehingga sekolah yang menggunakan program ini lebih dari satu kali merasa jenuh.

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini lebih jelas dan terarah, dan permasalahan yang dibahas didalam penelitian ini tidak meluas maka perlu adanya pembatasan masalah. Dengan keterbatasan pengetahuan dan wawasan yang dimiliki peneliti, maka dari sekian banyaknya permasalahan yang dihadapi tidak seluruhnya dikaji dalam penelitian ini, namun hanya dibatasi pada “Kemampuan Pemandu


(25)

10

Program PLS GL zoo Dalam Memanfaatkan Media Pembelajaran di Kebun Raya Kebun Binatang (KRKB) Gembira Loka Yogyakarta.”.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang ada, maka dapat dirumuskan masalah-masalah dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :

1. Bagaimana kemampuan pemandu program PLS GL zoo dalam memanfaatkan media pembelajaran di Kebun Raya Kebun Binatang (KRKB) Gembira Loka Yogyakarta.?

2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat kemampuan pemandu program PLS GL zoo dalam memanfaatkan media pembelajaran di Kebun Raya Kebun Binatang (KRKB) Gembira Loka Yogyakarta?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dituliskan diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui kemampuan pemandu program PLS GL zoo dalam memanfaatkan media pembelajaran di Kebun Raya Kebun Binatang (KRKB) Gembira Loka Yogyakarta..

2. Mengetahui faktor pendukung dan penghambat kemampuan pemandu program PLS GL zoo dalam memanfaatkan media pembelajaran di Kebun Raya Kebun Binatang (KRKB) Gembira Loka Yogyakarta.


(26)

11 F. Manfaat Penelitian

1. Segi Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk perkembangan keilmuan pendidikan nonformal khususnya dalam bidang kepemanduan dan media pembelajaran pendidikan nonformal. Selain itu, hasil penelitian ini dapat memberikan referensi dan kajian tentang pembinaan pendidikan luar sekolah.

2. Segi Praktis

a. Bagi penyelenggara, kegiatan program PLS GL zoo, penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan informasi yang berarti dalam upaya memperbaiki layanan belajar terhadap para peserta didik, khususnya mengenaikegiatan kepemanduan dan media pembelajaran yang digunakan. Diharapkan pula dapat memberikan sumbangan positif bagi tercapainya hasil yang diinginkan dalam program PLS GL zoo.

b. Bagi pemerhati pendidikan, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai masukan dalam merancang program pembelajaran luar sekolah ataupun Outing Class lain terutama yang berkaitan dengan kepemanduan dan media pembelajaran yang digunakan.

c. Bagi peneliti, Peneliti berharap dapat meningkatkan pengetahuan mengenai pelaksanaan pembelajaran pendidikan nonformal dalam bidang Outing Class atau Outbond , khususnya dalam pelaksanaan program PLS GL zoo.


(27)

12 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka

1.Tinjauan tentang Pemandu a. Pengertian Pemandu

Pemandu dalam kehidupan sehari-hari kita kenal sebagai Guide, atau ada yang menyebutnya sebagai Pramuwisata. Pemandu merupakan seseorang yang bertugas menjelaskan atau memberikan informasi kepada pengunjung atau wisatawan mengenai suatu hal. Suwantoro (2004: 13) mengemukakan bahwa Pramuwisata atau yang lebih sering kita sebut dengan Guide adalah seseorang yang memberi penjelasan serta petunjuk kepada wisatawan tentang segala sesuatu yang hendak dilihat dan disaksikan bilamana mereka berkunjung pada suatu objek, tempat atau daerah wisata tertentu.

Sedangkan Kesrul (2004: 3) mengemukakan bahwa Pramuwisata atau Guide adalah orang yang memimpin dan bertugas memberi bimbingan, penjelasan, dan petunjuk tentang objek wisata serta membantu segala sesuatu yang dilakukan wisatawan dari persiapan sampai pada akhir suatu kegiatan wisata.

Penjelasan dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) arti dari

pemandu adalah: pe.man.du Nomina (kata benda) (1) penunjuk jalan (di

hutan); (2) orang yang memandu sesuatu (dalam diskusi dan sebagainya) ; moderator; pemandu acara orang yang memandu atau memimpin acara:


(28)

13

tugasnya sebagai pemandu acara itu diterima mendadak. Pemandu bisa menyampaikan materi dalam bentuk presentasi maupun simulasi. Pemandu juga memimpin sesi – sesi lain di luar sesi materi, yakni sesi out bound, sesi sharing, ataupun sesi – sesi nonformal yang lain.

Dari berbagai pengertian diatas, dapat peneliti simpulkan bahwa pemandu atau guide atau pramuwisata pada hakekatnya adalah seseorang yang menemani, memberikan informasi dan bimbingan serta saran kepada wisatawan ataupun pengunjung dalam melakukan aktivitas wisatanya. Aktivitas tersebut, antara lain mengunjungi objek dan atraksi wisata, berbelanja, dan aktivitas wisata lainnya.

Pemandu dalam program PLS GL zoo adalah sesorang mahasisawa aktif PLS yang bertugas di Kebun Raya Kebun Binatang (KRKB) Gembira Loka Yogyakarta sebagai fasilitator peserta didik untuk belajar mengenai flora dan fauna didalamnya.

b. Kemampuan Pemandu

Seorang pemandu harus bisa menjadi pemimpin dalam kegiatan kepemanduan tersebut. Pemandulah yang menjadi tumpuan tentang keberhasialan kepemanduan pada saat itu. Pemandu juga harus dapat melaksanakan tugasnya sebagai seorang pemandu dengan baik dan benar. Adapun kemampuan yang harus dimiliki seorang pemandu secara umum sebagai berikut:

1) To conduct/to direct, yaitu mengatur dan melaksanakan kegiatan perjalanan wisata bagi wisatawan yang ditanganinya berdasarkan program perjalanan (itinerary) yang telah ditetapkan.


(29)

14

2) To point out, yaitu menunjukkan dan mengantarkan wisatawan ke

objekobjek dan daya tarik wisata yang dikehendaki.

3) To infrom yaitu memberikan informasi dan penjelasan mengenai

objek dan daya tarik wisata yang dikunjungi, informasi sejarah dan budaya, dan berbagai informasi lainnya, (Muhajir, 2005: 12) HPI (Himpunan Pramuwisata Indonesia) kota Yogyakarta tahun 2011 menyerbutkan bahwa, agar tugas kepemanduan dapat berjalan dengan baik, seorang pemandu harus memiliki beberapa skill yaitu :

1) Keterampilan bahasa (language skill).

2) Sikap profesional (attitudes), mampu menjaga sopan santun dan sabar dalam memberikan pelayanan saat kegiatan kepemanduan berlangsung.

3) Wawasan (knowladge), pengetahuan pemandu tentang pengetahuan obyek wisata.

4) Gaya penampilan (style), bagaimana ekspresi, olah tubuh, cara pemandu membawakan sebuah cerita yang menarik untuk diterima dan dipahami.

Selain skill yang telah disebutkan diatas, seorang pemandu khususnya pemandu PLS GL zoo harus mempuanyai kemampuan menguasai media pembelajaran yang digunakan. Bagaimana nantinya media pembelajaran tersebut dapat termanfaatkan dengan baik dan tujuan kepemanduan dapat tersampaikan kepada siswa secara tepat dan menyeluruh.

Buku Modul Memandu (NN : 2015) menyebutkan bahwa beberapa tahapan yang harus dilakukan seorang pemandu dalam melakukan pemanduan secara garis besar dibagi pada tiga tahapan utama dalam melakukan pemanduan yaitu sebagai berikut:

a).Pembukaan

Pembukaan merupakan bagian terpenting pada saat melakukan pemanduan, pada bagian ini biasanya sangat menentukan kelancaran seorang pemandu untuk berbicara pada sesi berikut nya. Kenapa bisa


(30)

15

dikatakan penting, karena pada bagian ini seorang pemandu harus mendapatkan chemistry dengan wisatawan. Pembukaan bisa diawali dengan beberapa sub bagian, misalnya :

1) Greeting atau salam pembuka , contoh : selamat pagi, bagaimana kabarnya hari ini? (disesuaikan dengan kondisi yang ada)

2) Intruducing, tentunya seorang pemandu harus memperkenalkan

diri, meskipun tidak detail minimal nama pemandu. Perkenalkan juga pemandu lainnya atau crew yang selain pemandu yang membantu kegiatan tersebut.

Setelah itu dijelaskan program yang akan dilaksanakan pada hari tersebut, dengan jelas dan rinci.

b). Materi

Pada saat masuk ke dalam materi sebaiknya seorang pemandu tidak memberikan materi yang berat, berikanlah informasi yang dibutuhkan oleh pengunjung dan benar mengenai materi yang dijelaskan, jangan pernah ada materi yang dikarang.

c). Penutup

Ini adalah bagian terakhir dari pemanduan, dan seorang pemandu harus memberikan kesan yang mendalam pada bagian ini, supaya wisatawan rindu untuk berkunjung lagi. Dan ucapkanlah atas nama pribadi dan perusahaan terima kasih atas kepercayaannya telah menggunakan layanannya.

Didalam kegiatan PLS GL zoo, kegiatan kepemanduan ini ditunjang dengan adanya media pembelajaran, ini dilakukan agar tujuan dari kegiatan kepemanduan PLS GL zoo tersebut dapat tersampaikan kepada siswa.

Menurut Sujarwo, dkk (2016) ada 3 tahapan yang harus dilakukan seorang pemandu dalam kaitannya dengan media pembelajaran yang akan dia sampaikan. Tahap pertama persiapan, kedua langkah-langkah dan yang ketiga tahap evaluasi, pertama adalah tahap persiapan, yaitu proses menyiapkan semua alat dan bahan medai pembelajaran yang di butuhkan sebelum kegiatan berlangsung, tahap yang kedua adalah langkah-langkah, yaitu berisi tahapan-tahapan dalam memanfaatkan media pembelajaran, serta cara penggunaan media pembelajaran tersebut, dan yang terakhir adalah evaluasi yaitu proses menilai dan mengawasi terhadap penggunaan media pembelajaran pada program yang telah dilaksanakan sebelumnya.

Kegiatan kepemanduan yang baik didalamnya terdapat tahap-tahap yang tersusun secara sistematis. Melalui kegiatan kepemanduan dan pendampingan diharapkan dapat memotivasi peserta didik untuk


(31)

16

mengembangkan dirinya sesuai dengan minat dan bakat yang dia miliki kearah yang lebih positif. Kegiatan kepemanduan pada penelitian ini dilaksanakan dengan memberikan pengawasan dan pemberian materi pembelajaran luar sekolah yang dilakukan oleh pemandu. Peserta diajak melakukan kegiatan yang bersifat edukatif. Pemandu memberikan kegiatan edukatif berupa bina suasana, pojok kreatif dan kegiatan tour the zoo. Melalui kegiatan kepemanduan PLS GL Zoo diharapkan peserta didik merasa senang dan memperoleh ilmu baru serta dapat diberikan ke teman yang lainnya.

2.Tinjauan tentang Media Pembelajaran a. Pengertian media pembelajaran

Media pembelajaran merupakan peralatan yang digunakan oleh guru untuk membantu proses penyampaian materi. Media pembelajaran sangat dibutuhkan untuk membantu mempermudah dalam hal penyampaian materi. Sadiman (2006: 7) mengemukakan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Sedangkan Arsyad (2007: 4) menyatakan bahwa media adalah alat yang menyampaikan pesan-pesan pembelajaran.

Hanafiah & Suhana (2010: 59) menyebutkan bahwa media pembelajaran merupakan segala bentuk perangsang dan alat yang disediakan guru untuk mendorang siswa belajar secara cepat, tepat, mudah,


(32)

17

benar dan tidak terjadinya verbalisme. Selain pendapat tersebut, Prihatin (2008: 50) menerangkan bahwa media pembelajaran adalah media yang dapat digunakan untuk membantu siswa di dalam memahami dan memperoleh informasi yang dapat didengar ataupun dilihat oleh panca indera sehingga pembelajaran dapat berhasil guna dan berdaya guna.

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan para ahli, peneliti menyimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala alat yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan materi kepada siswa guna merangsang siswa agar dapat belajar secara cepat, tepat, mudah, benar sehingga tujuan pembelajaran tercapai.

Media pembelajaran yang digunakan dalam program PLS GL zoo adalah semua flora dan fauna yang ada di KRKB Gembira Loka, karena setia flora dan fauna yang ada di dalamnya mempunyai karakteristik yang berbeda-beda yang dapat diambil manfaatnya dan dapat di praktekkan di dalam kehidupan sehari-hari.

b. Manfaat Media Pembelajaran

Media pembelajaran dapat digunakan untuk menciptakan komunikasi yang efektif antara guru dengan murid. Media pembelajaran dapat digunakan sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar, baik didalam maupun diluar kelas. Media pembelajaran mengandung aspekaspek alat dan tehnik yang sangat erat pertaliannya dengan metode mengajar. Secara lebih khusus ada beberapa manfaat media yang lebih rinci. Manfaat media dalam pembelajaran adalah sebagai berikut.

1) Penyampaian materi pelajaran yang dapat diseragamkan 2) Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik


(33)

18

3) Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif 4) Efisiensi dalam waktu dan tenaga

5) Meningkatkan kualitas hasil belajar

6) Media memungkinkan proses pembelajaran dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja .

7) Media dapat menimbulkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar mengajar.

8) Merubah peran guru kearah yang lebih positif dan produktif (Kemp dan Dayton dalam Rahadi, 2003 : 18).

Selain itu Nana Sudjana (2001 : 2) mengemukakan bahawa manfaat media pembelajaran dalam proses belajar sisawa antara lain :

1) Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar .

2) Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga lebih dapat dipahami oleh para siswa dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih baik.

3) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga

4) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, seperti aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dll.

Sedangkan Arif S. Sadiman, dkk (2011: 12) menyebutkan bahwa kegunaan-kegunaan media pembelajaran yaitu:

1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis.

2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera.

3) Penggunaan media pembelajaran yang tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik.

4) Memberikan perangsang belajar yang sama. 5) Menyamakan pengalaman.

6) Menimbulkan persepsi yang sama.

Dari pengertian para ahli diatas, dapat peneliti simpulkan bahwa media pembelajaran yang digunakan saat proses pembelajaran didalam maupun diluar kelas itu sangat berpengaruh besar terhadap hasil belajar.


(34)

19

Dalam kegiatan PLS GL zoo media pembelajaran yang digunakan juga sangat berpengaruh terhadap tercapainya tujuan kegiatan tersebut.

c.Faktor Pemilihan Suatu Media

Faktor - faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan suatu media adalah sebagai berikut:

1) Memilih media harus berdasarkan tujuan dan bahan pengajaran. 2) Memilih media harus sesuai dengan tingkat perkembangan peserta

didik.

3) Memilih media harus disesuaikan dengan kemampuan guru.

4) Memilih media harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang tepat.

5) Memilih media harus memahami karakteristik dari media itu sendiri (Angkowo dan Kosasih, 2007 : 11).

Sudjana (2001 : 4) mengemukakan bahwa dalam memilih media untuk kepentingan pengajaran atau pembelajaran sebaiknya memperhatikan kriteria-kriteria sebagai berikut :

1) Ketepatannya dengan tujuan pengajaran. 2) Dukungan terhadap isi bahan pelajaran. 3) Kemudahan memperoleh media.

4) Ketrampilan guru dalam menggunakannya. 5) Tersedia waktu untuk menggunaknnya. 6) Sesuai dengan taraf berfikir siswa.

Dari pengertian para ahli di atas, guru dapat lebih mudah menggunakan media mana yang dianggap tepat untuk membantu mempermudah tugas-tugasnya sebagai pengajar serta siswa tetap dapat memperoleh tujuan dari pembelajaran tersebut. Dalam kegiatan PLS


(35)

20

GL zoo pemandu juga dapat lebih mudah menentukan dan menggunakan media pembelajaran yang tepat sesuai dengan sasaran peserta dan peserta dapat memperoleh tujuan dari kegiatan PLS GL zoo tersebut.

d.Fungsi Media Pembelajaran

Penggunaan media pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan kualitas proses belajar, dengan demikian tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan apa yang dicanangkan. Pernyataan ini sejalan dengan pernyataan Suharyanto (2003 : 23) menyebutkan ada 6 fungsi pokok dari media pembelajaran. Keenam fungsi pokok tersebut adalah :

1) Penggunaan media pembelajaran bukan merupakan fungsi tambahan tetapi memiliki fungsi tersendiri sebagai sarana bantu untuk mewujudkan situasi belajar efektif.

2) Media pembelajaran merupakan bagian dari keseluruhan proses pembelajaran.

3) Media pembelajaran dalam penggunaannya harus relevan dengan tujuan dan isi pembelajaran.

4) Media pembelajaran bukan berfungsi sebagai hiburan.

5) Media pembelajaran berfungsi mempercepat proses belajar mengajar.

6) Media pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar.

Azhar Arsyad (2011:15) menyebutkan fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru. Hamalik (dalam Azhar Arsyad, 2011) menyampaikan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru,


(36)

21

membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.

Dapat ditarik kesimpulan dari pendapat beberapa ahli diatas bahwa fungsi dari media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang dapat membangkitkan motivasi dan daya kreatif peserta didik. Penggunaan media pembelajaran didalam program PLS GL zoo berfungsi sebagai alat untuk mengasah kreatifitas peserta didik dalam bidang flora dan fauna yang ada di KRKB Gembira Loja Yogyakarta. 3.Tinjauan tentang Program Pembelajaran Luar Sekolah

a. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran mampu mendorong siswa untuk mengembangkan pola pikirnya. Konsep pembelajaran menurut Corey (Syaiful Sagala, 2011: 61) adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan salah satu peran penting dalam pendidikan. Kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang dapat merangsang pola berpikir anak dan ini sangat bergantung dari penyampaian materi yang dilakukan oleh pendidik maupun tutor.

Pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang disusun untuk memudahkan siswa dalam mempelajarai pengetahuan maupun hal baru yang baru saja di terima oleh siswa. Melalui kegiatan pembelajaran pendidik maupun tutor diharuskan mampu mengetahui potensi dasar yang


(37)

22

dimiliki oleh peserta didiknya seperti kemampuan dasar, latar belakang, motivasi dan lain sebagainya. Seorang guru harus mampu mengetahui karakteristik peserta didiknya agar bahan dan materi yang disampaikan sesuai dengan kondisi dan karakteristik peserta didiknya.

b. Tujuan Pembelajaran

Sifatnya yang disengaja dan terstruktur, menyebabkan sebuah pembelajaran pasti memiliki tujuan yang hendak dicapai. H. Daryanto (2005: 58) mengemukakan definisi dari tujuan pembelajaran yaitu tujuan yang menggambarkan pengetahuan, kemampuan, keterampilan, dan sikap yang harus dimiliki siswa sebagai akibat dari hasil pembelajaran yang dinyatakan dalam bentuk tingkah laku yang dapat diamati dan diukur. Tujuan pembelajaran harus dirumuskan berdasarkan pertimbangan yang matang dan kesesuaiannya dengan komponen pendidikan yang lainnya. Dalam arti lain, tujuan pembelajaran merupakan garis akhir yang harus dicapai ketika sebuah pembelajaran dapat dikatakan berhasil.

Pendapat serupa disampaikan oleh Wina (2008: 86) yang mendefinisikan tujuan pembelajaran sebagai kemampuan (kompetensi) atau keterampilan yang diharapkan dapat dimiliki oleh setiap siswa setelah mereka melakukan proses pembelajaran tertentu. Perumusan tujuan pembelajaran penting adanya karena dapat dijadikan tolak ukur yang nyata dari keberhasilan dari proses pembelajaran dalam membentuk pola pikir dan tingkah laku siswa didik. Tujuan pembelajaran yang akan dicapai juga menentukan langkah-langkah yang akan diambil sekolah maupun pendidik


(38)

23

dalam rangka mencapai tujuan tersebut. Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran adalah untuk mempermudah siswa dalam memperoleh pengetahuan dan pola pikir baru melalui rumusan yang terperinci dan nyata sehingga pencapaian yang diraih dapat diukur secara nyata.

c. Pengertian Pembelajaran Luar Sekolah

Pembelajaran luar sekolah merupakan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan diluar ruangan atau sekolah dengan memanfaatkan media pembelajaran yang dapat mendukung terjadinya proses belajar. Dalam prosesnya kegiatan ini memcampurkan proses pendidikan nonformal ke dalam pendidikan formal guna memperoleh metode pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik. Menurut Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pendidikan formal merupakan jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, menengah, dan pendidikan tinggi. Lebih lanjut juga dijelaskan mengenai pengertian pendidikan nonformal yaitu sebagai jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Oleh karena itu, pembelajaran luar sekolah merupakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh lembaga formal namun dengan perspektif nonformal.

Proses pembelajaran luar sekolah menekankan pada penggalian informasi dan pengetahuan secara mandiri oleh peserta didik. Hal ini dilakukan agar peserta didik memiliki ruang untuk bereksplorasi dan


(39)

24

berkreasi terhadap apa-apa yang mereka temukan dilapangan. Pembelajaran model ini memungkinkan peserta didik untuk mengalami dan merasakan langsung, sehingga tidak hanya aspek kognitifnya saja yang akan berkembang, tetapi afektif dan psikomotoriknya juga. Kegiatan pembelajaran luar sekolah memanfaatkan lingkungan sekiatr sebagai sumber belajar guna memperoleh pengetahuan dan pengalaman. Dalam hal ini, peneliti berfokus pada kegiatan pembelajaran luar sekolah yang diselenggarakan di kebun binatang khususnya KRKB Gembira Loka. Kegiatan pembelajaran tersebut meliputi: bina suasana, pojok kreatif, mengenal satwa (tour the zoo), dan pengulasan kembali (recalling) d.Jenis-jenis Pembelajaran Luar Sekolah

Sebagai salah satu metode pembelajaran, pembelajaran luar sekolah dalam pelaksanaannya memiliki banyak jenis dan variasi. Agus (2016: 50) mengemukakan bahwa yang dimaksud sebagai metode pembelajaran yaitu cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk tujuan pembelajaran. Diantara banyak jenis pembelajaran luar sekolah yang ada, peneliti akan menguraikan tiga jenis pembelajaran luar sekolah yang paling banyak dilaksanakan, yaitu:

1). Outing class

Outing class merupakan salah satu metode pembelajaran yang mulai popular khususnya dalam pendidikan anak usia dasar. Pembelajaran outing class adalah suatu pembelajaran yang dilaksanakan di luar ruangan


(40)

25

kelas atau sekolah yang bertujuan membekali keterampilan anak didik dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki (Lenterahati. 2012 dalam Wijilestari 2013: 11). Dalam metode pembelajaran semacam ini, memungkinkan seorang pendidik dan peserta didik untuk membangun kedekatan yang lebih intim antar satu sama lain. Pembelajaran outing class pun dapat diterapkan dalam semua mata pelajaran.

Komarudin (dalam Husamah, 2013: 19) mengemukakan bahwa outing class merupakan aktivitas yang dilakukan di luar sekolah yang berisi kegiatan di luar kelas atau sekolah dan berada di lingkungan luar seperti bermain di lingkungan sekolah, taman, sawah, dan kegiatan yang sifatnya petualangan serta dapat mengembangkan aspek pengetahuan yang relevan. Peserta didik akan lebih mudah dalam memahami sebuah konsep pengetahuan ketika mereka mengerjakan sambil mempraktekkan. Semakin banyak panca indera yang berinteraksi dalam sebuah pembelajaran, makan akan semakin baik pula pengetahuan tersebut disimpan oleh memori peserta didik.

Berdasarkan uraian pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa outing class bukan semata-mata kegiatan memindahkan lokasi belajar mengajar dari kelas ke alam bebas. Namun, perlu adanya upaya agar siswa dapat menyatu dengan alam dan melakukan beberapa aktivitas yang bermuara pada perubahan tingkah laku dan penambahan pengetahuan yang dimiliki. Aktivitas yang dilakukan dapat berupa olahraga, outbound,


(41)

26

studi kasus, eksplorasi, pengamatan, dan lain-lain. Harapannya, siswa mampu menyikapi masalah yang dihadapi dengan kritis dan menyelesaikannya secara mandiri dengan belajar pada lingkungan sekitarnya.

2). Field Trip

Field trip ialah cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau obyek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu seperti meninjau pabrik sepatu, suatu bengkel mobil, Toserba, dan sebagainya (Asmani 2010: 150). Field trip adalah sebuah metode pembelajaran yang menggabungkan antara rekreasi dan belajar. Dalam proses Field trip, peserta didik akan dapat menggunakan semua hal yang ada di lingkungan sekitarnya sebagai sumber belajar.

Pendapat lain disampaikan oleh Syaiful Sagala (2006: 214) yang menyebutkan metode field trip sebagai pesiar (ekskursi) yang dilakukan oleh para peserta didik untuk melengkapi pengalaman belajar tertentu dan merupakan bagian integral dari kurikulum sekolah. Metode field trip sengaja dimasukkan kedalam kurikulum sekolah sebagai salah satu cara untuk menetralisir kejenuhan siswa akan proses belajar mengajar di dalam kelas yang cenderung monoton dan membosankan. Metode pembelajaran field trip juga dapat digunakan sebagai ajang peserta didik untuk


(42)

27

mengintegrasikan ilmu pengetahuan yang di dapatnya di kelas dengan kehidupan nyata.

Dari dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode field trip merupakan metode penyampaian materi dengan cara membawa langsung siswa ke obyek di luar kelas atau di lingkungan yang berdekatan dengan sekolah agar siswa mendapatkan pengalaman belajar langsung dan dapat mengintegrasikan pengetahuan yang di dapatnya di kelas ke dalam kehidupan nyata.

3). Outbound

Muchlisin (2009: 11) menyebutkan outbound adalah usaha olah diri (olah pikir dan fisik) yang sangat bermanfaat bagi peningkatan dan pengembangan motivasi, kinerja dan prestasi dalam rangka melaksanakan tugas dan kepentingan organisasi secara lebih baik lagi. Outbound bukan hanya bermakna kegiatan diluar, namun lebih dari itu dimana peserta diajak untuk membuat terobosan-terobosan baru dan diajak untuk berfikir kreatif. Djamaludin (2007: 2) dalam dunia pendidikan sudah banyak lembaga yang menerapkan metode outbound dalam proses pengajarannya karena dinilai memberikan kontribusi positif terhadap kesuksesan belajar. Hal tersebut dikarenakan dalam proses outbound, peserta dituntut untuk dapat mandiri dalam menggali potensi yang dimiliki dalam suasana yang menyenangkan namun penuh tantangan sehingga muncul sebagai pribadi yang tangguh dan siap menghadapi masa depan.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa outbound adalah kegiatan pembelajaran yang berada diluar ruangan atau luar sekolah


(43)

28

dengan tujuan meningkatkan dan mengoptimalkanpotensi yang dimiliki melalui beberapa rangkaian kegiatan/permainan. Bentuk kegiatan outbound dapat berupa simulasi situasi dalam organisasi yang dikemas dengan bentuk permainan kreatif, rekreatif, dan edukatif baik secara individual maupun kelompok dengan tujuan untuk mengembangkan potensi diri baik secara individu maupun kelompok.

e. Langkah-langkah Pembelajaran Luar Sekolah

Langkah merupakan tahapan yang harus dilaksanakan secara berurutan agar dapat mencapai tujuan atau maksud tertentu. Langkahlangkah Pembelajaran luar sekolah disusun guna mempermudah dan memperlancar proses berjalannya kegiatan. Langkah-langkah pembelajaran luar sekolah dalam kajian ini akan difokuskan pada konteks program PLS GL zoo. Program PLS GL zoo merupakan program pendampingan yang dilakukan mahasiswa jurusan PLS FIP UNY terhadap siswa siswi usia sekolah dasar yang mengikuti program PLS dari KRKB Gembira Loka.

Rokhmah (2012: 4) menyebutkan, pendamping adalah perorangan atau lembaga yang melakukan pendampingan,dimana antara kedua belah pihak (pendamping dan didampingi) terjadi kesetaraan, kemitraan, kerjasama, dan kebersamaan tanpa ada batas golongan (kelas atau status sosial) yang tajam. Sedangkan yang dimaksud sebagai pendampingan yaitu suatu kegiatan yang disengaja dilaksanakan secara sistematis dan sesuai


(44)

29

aturan karena pembelajaran tersebut terjadi ditempat kerja, dan pekerjaanya sesuai dengan apa yang dikerjakan. (Istiningsih, 2008: 85).

Program PLS GL zoo terdiri atas 3 tahapan pendampingan yaitu: 1) Perencanaan

Hamzah (2006: 2) mengemukakan perencanaan adalah kegiatan memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Sedangkan menurut Majid (2008: 15) perencanaan merupakan penyusunan langkah-langkah yang akan dilaksanakan dalam memncapai tujuan yang sudah ditentukan sebelumnya. Oleh karena itu, perencanaan dibuat berdasarkan kebutuhan yang ada dan disusun dengan sistematis serta mudah dipahami.

Dari pendapat diatas, dapat disimpulkan kegiatan perencanaan yaitu kegiatan awal yang digunakan untuk membuat langkah sistematis guna mencapai tujuan yang diharapkan berdasarkan pada kebutuhan yang ada. Perencanaan memegang peranan penting dalam sebuah program ataupun kegiatan. Perencanaan digunakan untuk menjabarkan rangkaian langkahlangkah yang akan ditempuh dalam melaksanakan program. Perencanaan juga digunakan sebagai garis batas agar pelaksanaan kegiatan/program dapat tersusun secara sistematis dan mencapai tujuan yang diinginkan. Diharapkan dengan perencanaan yang matang, maka kegiatan/program yang akan dilaksanakan pun dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan tujuan.


(45)

30

Kegiatan perencanaan dalam program PLS GL zoo selanjutnya dilanjutkan dengan persiapan materi, media pembelajaran, dan SDM pendamping. Materi dan media pembelajaran yang dipersiapkan disesuaikan dengan tahapan perkembangan siswa siswi sasaran kegiatan. Hal ini agar materi yang disampaikan selama kegiatan dapat diterima dengan baik oleh sasaran. Penyampaian materi dilaksanakan dengan metode belajar dan bermain. Sedangkan untuk SDM pendamping merupakan mahasiswa aktif jurusan PLS FIP UNY yang mendapatkan izin pengalihan perkuliahan pada hari itu. Jumlah pendamping yang diterjunkan disesuaikan dengan jumlah siswa siswi sasaran. Biasanya seorang pendamping diberikan tugas untuk memandu 15-20 orang siswa yang tergabung dalam 1 kelompok.

2) Pelaksanaan

Rencana yang telah disusun selanjutnya diimplementasikan dalam bentuk pelaksanaan kegiatan. Kegiatan pelaksanaan yang didahului dengan perencanaan yang matang dimaksudkan untuk meminimalkan hambatan yang mungkin ditemui dan menemukan alternatif solusinya. Menurut Sujarwo (2013: 38) guna mencapai tujuan yang hendak dicapai, fasilitator (pendamping) hendaknya memiliki kemampuan untuk memilih metode, media, alat evaluasi pembelajaran, dan memanfaatkannya secara tepat. Dalam program PLS GL zoo ini, tahapan pelaksanaan meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:


(46)

31 a) Pengondisian peserta

Didahului dengan penyambutan peserta dan guru pendamping. Selanjutnya peserta dikondisikan dengan berbaris sesuai dengan kelas atau kelompok masing-masing. Kegiatan ini bertujuan sebagai langkah perkenalan awal dalam upayanya membentuk kedekatan antara peserta dan pendamping. Kedekatan yang terjalin antar peserta dan pendamping akan mempermudah pendamping dalam memberikan penjelasan dan arahan selama program PLS GL zoo berlangsung.

b) Bina suasana

Kegiatan bina suasana diisi dengan perkenalan pendamping, permainan-permainan dan pembacaan peraturan selama program berlangsung. Menurut Sujarwo (2013: 37) perkenalan menjadi sangat penting adanya guna membangun hubungan yang hangat antar fasilitator (pemandu) dan peserta didik. Permainan yang dilaksanakan dalam tahap bina suasana ini berisi permainan-permainan kecil yang selain menyenangkan namun juga terdapat nilai yang terkandung didalamnya. Permainan yang dilakukan biasanya merupakan permainan yang dapat melatih koordinasi gerak dan otak peserta program. Agar suasana hangat dapat terbangun diantara peserta dan pendamping, permainan juga diiringi lagu dan tanya jawab di dalamnya


(47)

32

Pojok kreatif merupakan kegiatan yang dilaksanakan untuk menumbuhkan kreativitas peserta program. Pojok kreatif menggunakan media pembelajaran yang dapat menunjang proses pelaksanaan kegiatan. Pojok kreatif disesuaikan dengan tingkatan perkembangan peserta sasaran. Pengelompokan usia dan pojok kreatif yang dilaksanakan adalah sebagai berikut: kelompok usia PAUD/TK hingga sekolah dasar kelas 1-2 menggunakan media mewarnai mahkota gajah; kelompok usia kelas 3-4 sekolah dasar menggunakan gantungan kunci satwa sebagai pojok kreatifnya; dan kelas 5-6 sekolah dasar hingga SMP menggunakan tabel pengelompokan binatang yang harus diisi sesuai petunjuk dan arahan pendamping. Kegiatan pojok kreatif ini merupakan salah satu nilai tambah yang sengaja diadakan guna menunjang kegiatan wisata belajar di KRKB Gembira Loka.

d) Tour the zoo

Kegiatan ini berisi kepemanduan dan penjelasan mengenai satwa-satwa yang ada di kebun binatang. Dalam kegiatan ini siswa bebas mengeksplorasi sumber-sumber belajar yang ada disekitarnya. Jika di dalam kelas, siswa hanya mampu melihat gambar, membayangkan dan berimajinasi tentang bentuk fisik satwa, dalam kegiatan ini siswa dapat secara langsung mengamati dan bereksplorasi secara mandiri. Tugas pendamping dalam kegiatan ini adalah sebagai fasilitator dan konsultan ketika siswa menemukan masalah dalam eksplorasinya. Selain bentuk fisik satwa, dengan bantuan guru dan pendamping, siswa juga dapat


(48)

33

belajar mengenai karakteristik satwa yang juga dapat digunakan sebagai sumber belajar siswa. Kegiatan tour the zoo ini menggunakan langkah-langkah yang selain dapat menambah wawasan dan pengetahuan, tetapi juga menumbuhkan rasa cinta kasih terhadap sesama dan cinta lingkungan dalam diri peserta program.

3) Evaluasi

Evaluasi merupakan proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk mengumpulkan, mendeskripsikan, menginterpretasikan, dan menyajikan informasi tentang suatu programyang digunakan sebagai dasar membuat keputusan dan menyusun program selanjutnya (Widyoko, 2009: 6). Sedangkan Sudaryono (2012: 41) menyebutkan bahwa evaluasi kaitannya dengan sebuah program bertujuan untuk mengetahui pencapaian target program dan digunakan untuk menentukan seberapa jauh target program pengajaran tercapai. Tolak ukur yang digunakan yaitu tujuan awal yang tertera dalam perencanaan dari penyelenggaraan program itu sendiri.

Kesimpulannya, evaluasi merupakan pengumpulan data dan fakta mengenai pelaksanaan program beserta hambatan-hambatan yang ditemui untuk dapat dicarikan alternatif solusi guna pengembangan program. Tingkat kesesuaian antara hasil evaluasi dan tujuan awal menentukan berhasil tidaknya sebuah program/kegiatan dilaksanakan. Dalam kaitannya dengan program PLS GL zoo, evaluasi dilaksanakan melalui kegiatan yang disebut recalling. Recalling berisi pengulasan kembali apa-apa yang sudah


(49)

34

dialami dan dapatkan oleh peserta program selama berkeliling kebun binatang. Pengulasan kembali dilakukan dengan metode bercerita dan sharing pengalaman antar peserta program. Dari kegiatan tukar cerita inilah akan timbul budaya diskusi dan saling menghargai sejak anak usia dini. Recalling berfungsi untuk mengetahui seberapa banyak peserta memahami materi yang telah diberikan oleh pemandu selama pelaksanaan progam PLS GL zoo (Sujarwo dalam JPPM, 4 (1), 2017, 90-100).

Selain itu, evaluasi program secara keseluruhan yang dilaksanakan diakhir periode program juga turut diselenggarakan guna perbaikan dan pengembangan program kearah yang lebih baik lagi. Kegiatan evaluasi ini diikuti oleh seluruh pihak yang terlibat dalam program PLS GL zoo. Harapan dari adanya kegiatan ini yaitu seluruh pihak dapat terlibat langsung dalam pengembangan dan pengambilan kebijakan mengenai program PLS GL zoo kedepannya.

4.Tinajauan tentang Pendidikan Luar Sekolah a.Definisi Pendidikan Luar Sekolah

Marzuki (2010: 93) menyebutkan bahwa Pendidikan Luar Sekolah adalah semua pendidikan baik disengaja atau tidak, dirancang atau tidak, diorganisasikan atau tidak, yang berlangsung diluar sekolah atau universitas. Hamojoyo dalam Kamil (2011: 14), mengemukakan bahwa Pendidikan Luar Sekolah dalam kaitannya sebagai pendidikan nonformal merupakan usaha yang terorganisir secara sistematis dan berkelanjutan di


(50)

35

luar sistem formal, melalui hubungan sosial yang digunakan untuk membimbing individu, kelompok maupun masyarakat agar memiliki cita-cita guna meningkatkan taraf hidup untuk mewujudkan kesejahteraan sosial. Pendidikan nonformal merupakan salah satu dari tiga jalur pendidikan selain pendidikan formal atau biasa dikenal dengan pendidikan sekolahan dan pendidikan informal atau pendidikan dalam keluarga dan lingkungan sekitar. Walaupun bersifat nonformal namun pendidikan nonformal tetap memiliki tahapan penyelenggaraan yang jelas mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga tahap evaluasi guna keberhasilan proses pembelajaran.

Pendidikan luar sekolah juga meliputi pendidikan informal. Namun terdapat perbedaan diantara keduanya yaitu jika pendidikan nonformal memiliki standarisasi dan terstruktur maka pendidikan informal adalah pendidikan yang tidak terstruktur dan bahkan pelaksanaannya terkadang terjadi tanpa disadari. Namun, keduanya merupakan pendidikan yang dapat berlangsung sepanjang hayat. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Marzuki (2010: 137) dalam bukunya “Pendidikan Non Formal” yang menyatakan pendidikan informal sebagai proses belajar yang berlangsung sepanjang hayat dan terjadi pada setiap individu.

Sihombing (2001: 1) mengemukakan bahwa sebelum pendidikan yang bernama sekolah ada, Pendidikan luar sekolah sudah lebih dulu ada. Hal ini terbukti dengan adanya upaya transfer ilmu/pengetahuan secara turun temurun. Banyak hal yang diberikan orangtua kepada anaknya dilakukan melalui kegiatan yang sifatnya tidak formal, merupakan bukti


(51)

36

adanya pendidikan luar sekolah jauh sebelum pendidikan sekolahan. Pendidikan luar sekolah lebih banyak berfokus kepada masyarakat secara langsung. Hal ini menyebabkan pendidikan luar sekolah memiliki banyak variasi, pengembangan dalam pelaksanaan programnya dan tidak terbatas ruang dan waktu. Pendidikan luar sekolah lebih menonjolkan aspek kebermanfaatan langsung yang dapat diperoleh peserta didiknya setelah mengikuti pendidikan tersebut. Oleh karena itu, kebanyakan pendidikan luar sekolah lebih menitikberatkan pembelajarannya pada pengembangan keterampilan dan pemberdayaan masyarakat.

Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 pasal 26 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan nonformal diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal guna mendukung pendidikan sepanjang hayat. Contoh dari beberapa program pendidikan nonformal yang sudah banyak ditemukan yaitu pendidikan kejar paket, Taman Pendidikan Al-Quran (TPA), lembaga pelatihan kerja, kursus, bimbingan belajar, dan masih banyak lainnya. Lain program lain pula sasarannya, lain pula metode yang digunakan. Begitulah karakteristik pendidikan nonformal yang dianggap lebih sesuai dengan keadaan dan kebutuhan dari sasarannya.

b.Tujuan Pendidikan Luar Sekolah

Sudjana (2004: 47) menejlaskan bahwa Pendidikan Luar Sekolah memiliki tujuan untuk mengembangkan pengetahuan, sikap,keterampilan,


(52)

37

dan nilainilai yang memungkinkan bagi seseorang atau kelompok untuk berperan secara efektif dan efisien di lingkungan keluarganya, pekerjaannya, masyarakat, dan bahkan negaranya. Pendidikan Luar Sekolah berupaya menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas guna mencapai kehidupan masa depan yang lebih baik dengan mengoptimalkan potensi yang dimiliki. Oleh karena sifatnya yang fleksibel, maka pendidikan luar sekolah dianggap mampu menyentuh lapisan paling bawah masyarakat yang selama ini dianggap sebagai kaum yang tidak berdaya.

Sejalan dengan pendapat diatas, tujuan pendidikan luar sekolah juga tercantum dalam Peraturan Pemerintah No. 73 tahun 1991 Bab II pasal 2 yang berbunyi :

1) Melayani Warga Belajar supaya dapat tumbuh dan berkembang sendini mungkin dan sepanjang hayatnya guna meningkatkan martabat dan mutu kehidupannya;

2) Membina Warga Belajar agar memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap mental yang diperlukan untuk mengembangkan diri, bekerja mencari nafkah, atau melanjutkan ketingkat yng lebih tinggi;

3) Memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat dipenuhi dalam jalur pendidikan sekolah.

Kesimpulannya, pendidikan luar sekolah merupakan upaya yang diselenggarakan guna meningkatkan kualitas sumber daya semaksimal mungkin dengan tujuan agar masyarakat mampu mengoptimalkan potensi


(53)

38

yang dimiliki dalam rangka meningkatkan atau mewujudkan kesejahteraan sosialnya maupun negaranya.

5.Tinjauan tentang Kebun Binatang a. Pengertian Kebun Binatang

Kebun binatang merupakan tempat dimana binatang dipelihara dalam lingkungan buatan sehingga dapat dipertunjukkan ke khalayak ramai. Menurut Abdullah kebun binatang merupakan taman stwa yang artunya tempat atau wadah dengan fungsi utama konservasi ex-situ yang melakukan usaha perawatan dan penangkaran berbagai jenis satwa dalam rangka membentuk dan mengembangkan habitat baru sebagai sarana perlindungan dan pelestarian alam (dalam Jurnal Biologi Edukasi Online (JBE), 2010). Selain fungsinya sebagai tempat untuk konservasi seperti yang telah dijelaskan diatas, kebun binatang juga dapat pula dimanfaatkan sebagai sarana memperoleh ilmu pengetahuan dan rekreasi. Oleh karena itu, kebun binatang sebagai lembaga konservasi mempunyai fungsi lebih dari sekedar pengembangbiakan dan pelestarian flora serta fauna. Hal tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri Kehutanan No. P.31/Menhut-II/2012 tentang lembaga konservasi yang menyebutkan bahwa kebun binatang sebagai lembaga konservasi juga memiliki fungsi sebagai tempat pendidikan, peragaan, penitipan sementara, sumber indukan dan cadangan genetik untuk mendukung populasi in-situ, sarana rekreasi yang sehat serta penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan.


(54)

39

Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan kebun binatang merupakan tempat konservasi flora maupun fauna yang juga memiliki fungsi sebagai sarana memperoleh ilmu pengetahuan. Segala sesuatu yang tersedia di kebun binatang dapat dijadikan sebagai sumber belajar yang dapat memperkaya pengetahuan dan wawasan yang dimiliki individu. Kegiatan yang berlangsung didalamnya bukan hanya yang sifatnya rekreatif saja, namun juga edukatif bagi pengunjung dan masyarakat pada umumnya.

b. Wisata Belajar di Kebun Binatang

Surakhmad dalam Suryaningsih (2012: 5) mengemukakan bahwa perjalanan wisata dalam rangka belajar merupakan bentuk pengalaman yang tidak pernah dapat diabaikan begitu saja, karena karyawisata sesungguhnya memberikan kesempatan pengalaman kongkrit secara terpimpin. Kegiatan wisata belajar merupakan salah satu alternatif pilihan kegiatan untuk mengoptimalkan penyampaian materi pembelajaran oleh pendidik. Pengoptimalan tersebut dikarenakan adanya integrasi materi pelajaran yang didapat siswa di kelas, dengan pengalaman langsung yang didapat siswa ketika melakukan wisata belajar. Hal inilah yang mendasari pentingnya kegiatan wisata belajar diinternalisasikan dalam kurikulum persekolahan.

Metode pembelajaran secara langsung dan nyata memiliki daya rangsang terhadap kreativitas anak lebih baik jika dibandingkan pembelajaran monoton yang terjadi di kelas. Aditya (2015: 14) berpendapat bahwa penggunaan metode pembelajaran yang berhubungan langsung dengan lingkungan sekitar akan meningkatkan daya kreativitas anak. Hal


(55)

40

tersebut berhubungan langsung dengan proses dan kemapuan siswa dalam menyerap pengetahuan yang disampaikan oleh pendidik.

Kebun binatang dianggap mampu menyediakan sarana pendidikan penunjang kegiatan pembelajaran luar sekolah. Di kebun binatang, siswa dapat bukan hanya mendapat sumber belajar dari binatang saja, proses interaksi dan sosialisasi yang terjadi antar pengunjung, pedangan, dan lain-lain dapat pula dijadikan sumber belajar untuk menumbuhkan kepekaan sosial siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Rohani (1990: 19) yang menyebutkan bahwa sumber belajar siswa tidak hanya terbatas pada apa yang disampaikan guru dan ada dalam buku tetapi diperlukan faktor penunjang lain seperti metode, media, dan fasilitas-fasilitas lain termasuk lingkungan belajar.

Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa wisata belajar di kebun binatang merupakan sarana rekreasi yang sekaligus dapat membelajarkan bagi anak-anak untuk mengoptimalkan perkembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik melalui kegiatan yang menyenangkan dan membelajarkan.

c. Fungsi Wisata Belajar di Kebun Binatang

Pringle dalam Lai (2012: 91) menyampaikan bahwa kegiatan belajar di kebun binatang memungkinkan anak-anak untuk mengembangkan pengetahuan tentang binatang dan kesadaran lingkungan dalam upayanya menuju lingkungan yang aman untuk mendorong pengembangan keterampilan sosial. Artinya, anak-anak dapat memanfaatkan lingkungan


(56)

41

kebun binatang sebagai sumber belajarnya dan memperoleh pengetahuan dan pengalaman sekaligus dari kegiatannya tersebut. Dari kegiatan eksploratif itulah, perkembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik anak akan dapat berjalan dengan seimbang. Selain ketiga aspek perkembangan tersebut, sisi positif lain yaitu anak-anak akan terbiasa kreatif dan mandiri dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi.

Wisata belajar dikebun binatang sebagai salah satu alternatif metode pembelajaran yang dapat diintegrasikan kedalam kurikulum sekolah mengingat pentingnya kegiatan sejenis guna meningkatkan pengetahuan dan wawasan yang dimiliki siswa. Moeslichatoen (2007: 72) menyampaikan bahwa, anak yang dibawa ke kebun binatang akan memperoleh pemahaman penuh tentang bermacam kehidupan fauna yang ada ditempat tersebut sehingga dapat menciptakan sikap mencintai binatang. Tidak terbatas pada mempelajari bentuk fisiknya saja, lebih lanjut anak-anak dengan arahan guru ataupun pendamping pun dapat belajar mengenai karakteristik binatang. Karakteristik binatang dapat pula dijadikan sebagai sumber belajar tentang karakter bagi anak-anak. Karakter binatang misalnya gajah yang setia, merpati yang sehidup semati dengan pasangannya, dan karakter-karakter binatang lainnya dapat diajarkan kepada anak sehingga anak dapat membedakan karakter yang baik dan buruk dengan melihat karakter yang dimiliki binatang.


(57)

42 B. Penelitian yang Relevan

Penelitian berikut ini adalah penelitian yang dinilai relevan dengan penelitian yang akan dilaksanakan dengan mengangkat masalah antara lain:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Adityo Gari Purossani tahun 2015 Jurusan Pendidikan Luar Sekolah mengenai Pendampingan Pembelajaran Luar Sekolah Berbasis Wisata Pada Anak SD di KRKB Gembira Loka Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan pendampingan pembelajaran luar sekolah di KRKB Gembira Loka serta faktor pendukung dan penghambat yang menyertainya.

2. Penelitiam yang dilakukan oleh Sujarwo dkk tahun 2016 yang berjudul Identifikasi Masalah dan Potensi dalam Pengembangan Model Wisata Belajar di KRKB Gembira Loka Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan potensi dan masalah dalam pengembangan model wisata belajar di KRKB Gembira Loka Yogyakarta.

C. Kerangka Berfikir

Kebun binatang menjadi salat satu objek wisata yang dapat digunakan sebagai tempat melaksanakan wisata belajar. Salah satunya yaitu yang dilakukan oleh KRKB Gembira Loka Yogyakarta bekerja sama dengan Jurusan PLS FIP UNY. Program kerjasama dalam bidang CSR tersebut diimplementasikan dengan mengadakan program Pembelajaran Luar Sekolah dengan sasaran utama yaitu anak-anak usia sekolah dasar. Program ini merupakan program pendampingan,


(58)

43

dimana jurusan PLS FIP UNY berperan dalam penyediaan SDM pendamping kegiatan dan KRKB Gembira Loka sebagai penyedia fasilitas dan sumber belajar. Program kerjasama yang telah berlangsung selama kurang lebih 4 tahun ini diprioritaskan untuk sekolah-sekolah dasar yang ada dilingkup Kota Jogja. Kesimpulannya, KRKB Gembira Loka selaku objek wisata khususnya kebun binatang melaksanakan program wisata belajar yang dinamakan program pembelajaran luar sekolah dan bekerja sama dengan jurusan PLS FIP UNY

Program kegiatan PLS GL zoo dapat berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan apabila semua aspek yang memepengaruhi program PLS GL zoo berjalan dengan baik, tetapi pada kenyataannya ada beberapa aspek yang kurang baik, seperti sarana dan prasarana yang kurang memadahi, jumlah alat yang kurang, belum adanya inovasi media pembelajaran yang digunakan ataupun dari kemampuan pemandu program PLS GL zoo.

Kemampuan pemandu program PLS GL zoo cenderung tidak sama antara pemandu satu dengan yang lainnya. Pemandu senior lebih berkompeten dalam kepemanduan program PLS GL zoo dibandingkan dengan pemandu yang masih baru. Tidak sedikit dari pemandu yang masih bingung dengan kegiatan PLS GL

zoo. Ketika dilapangan, pemandu bingung hal apa yang harus pemandu lakukan

dalam menghadapi peserta yang jumlahnya banyak dan usianya relatif berbeda-beda.

Media pembelajaran yang digunakan meruapakan salah satu faktor yang memeprngaruhi keberhasilan tujuan pembelajaran. Media pembelajaran yang digunakan pada program PLS GL zoo belum ada inovasi sejak empat tahun


(59)

44

program ini berjalan. Pihak sekolah yang sudah menggunakan program ini lebih dari satu kali merasa jenuh karena belum adanya inovasi program maupun media pembelajaran yang digunakan.

Keseluruhan pertanyaan diatas bermuara pada diketahuinya kemampuan pemandu, baik dalam memanfaatkan media maupun kemampuan dalam memandu kegiatan, yang nantinya dapat digunakan sebagai tolak ukur pengembangan program kearah yang lebih baik lagi. Secara ringkas, kerangka berfikir dalam penelitian ini sebagai berikut :

Gambar 1. Kerangka Berfikir

Gembira Loka Zoo Jurusan PLS FIP

Pembelajaran Luar Sekolah Gembira Loka

Zoo (PLS GL zoo)

Media Pembelajaran

1. Persiapan

2. Langkah-langkah 3. Evaluasi

Faktor Pendukung dan Penghambat

SDM (Pemandu)

1. To Conduc

2. To point out 3. To inform


(60)

45 D. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan kerangka pikir diatas, maka dapat diajukan pertanyaan penelitian yang dapat menjawab permasalahan yang akan di teliti yaitu sebagai berikut :

1. Bagaimana kemampuan pemandu program PLS GL zoo dalam memanfaatkan media pembelajaran di KRKB Gembira Loka Yogyakarta?

a. Bagaimana kemampuan pemandu dalam mengatur dan melaksanakan kegiatan PLS GL zoo?

b. Bagaimana kemampuan pemandu menunjukkan dan mengantarkan peserta didik menuju flora dan fauna?

c. Bagaimana kemampuan pemandu dalam memberikan informasi mengenai flora dan fauna?

d. Bagaimana cara pemandu dalam mempersiapkan media pembelajaran ? e. Bagaimana langkah-langkah pemandu dalam menyediakan media

pembelajaran?

f. Bagaimana cara pemandu dalam mengevaluasi media pembelajaran?

2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat Kemampuan Pemandu Dalam Memanfaatkan Media Pembelajaran Luar Sekolah di KRKB Gembira Loka Yogyakarta?

a. Apa sajakah faktor pendukung dan penghambat untuk pemandu dalam memanfaatkan media pembelajaran luar sekolah di program PLS GL zoo? b. Bagaimanakah cara memaksimalkan faktor pendukung dan meminimalisir


(61)

46 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Menurut Lexy J. Moleong (2012: 6) penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya prilaku, persepsi, motivasi, tindakan baik secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Pandangan serupa juga disampaikan oleh Sugiyono (2010: 15) yang mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah.

Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif digunakan untuk memahami masalah sosial atau kemanusiaan dengan membangun gambaran yang kompleks, holistik dalam bentuk narasi, melaporkan pandangan informan secara terinci dan diselenggarakan dalam setting yang alamiah. Nurul Zuriah (2007: 47) mengungkapkan bahwa pendekatan deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat mengenai sifat-sifat populasi maupun daerah tertentu. Dalam penelitian deskriptif tidak bermaksud untuk menguji hipotesis, tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang suatu variabel, gejala atau keadaan. Pendekatan deskriptif kualitatif adalah pendekatan dengan cara memandang objek penelitian sebagai suatu sistem, artinya objek kajian dilihat sebagai satuan yang


(62)

47

terdiri dari unsur yang saling terkait dan mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada (Michail Pattom yang dikutip oleh Wirawan, 2011: 154)

Berdasarkan pengertian tentang penelitian kualitatif di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif merupakan penelitian yang memahami suatu fenomena atau kondisi dalam masyarakat yang terjadi secara alamiah pada subjek penelitian yang selanjutnya disajikan secara deskriptif maupun holistic tanpa adanya hipotesis namun menggambarkan kondisi sebenarnya suatu variabel melalui kata-kata dan bahasa. Dalam penelitian ini, semua data yang diperoleh dan terkumpul akan di analisis dan selanjutnya digunakan untuk penarikan kesimpulan yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Penelitian ini berusaha mendeskripsikan aspek-aspek secara holistik terkait kemampuan pemandu program PLS GL zoo dalam memanfaatkan media pembelajaran.

B. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini dilaksanakan di Kebun Raya Kebun Binatang (KRKB) Gembiraloka Yogyakarta yang beralamatkan di Jl. Kebun Raya No. 1 Yogyakarta. Lokasi tersebut dipilih sebagai tempat penelitian dengan alasan sebagai berikut :

a. Program PLS GL zoo berlangsung di KRKB Gembiraloka Yogyakarta. b. Letak KRKB Gembira Loka yang dekat dan berda di pusat kota

sehingga mudah di jangkau oleh peneliti.

c. Semua narasumber yang dibutuhkan dapat ditemui di lokasi tersebut. 2. Setting Penelitian

Setting penelitian dilaksanakan pada saat kegiatan PLS GL zoo


(63)

48 3. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan dari tanggal 5 Oktober 2016 sampai dengan tanggal 31 Maret 2017.

C. Penentuan Subjek dan Objek Penelitian 1.Subjek Penelitian

Sumber data (informan) bisa berupa orang, dokumentasi (arsip), atau berupa kegiatan. Pemilihan subyek penelitian dilakukan menggunakan teknik pengambilan sampel secara bertujuan (purposive sampling technique). Penentuan ini berdasarkan pernyataan Sugiyono (2008: 300) bahwa penentuan sumber data pada orang yang akan diwawancarai maupun diobservasi dilakukan secara purposive, yaitu dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu.

Penentuan kriteria subjek penelitian berdasarkan pada intensitas keterlibatan dalam program PLS GL zoo, untuk pemandu minimal sudah terlibat dalam kepemanduan selama 2 tahun, untuk pihak pengelola KRKB Gembira Loka minimal sudah terlibat dalam program PLS GL zoo lebih dari 2 tahun (penetapan 2 tahun adalah setengah dari awal program ini berlangsung sampai sekarang), dan untuk pihak sekolah adalah sekolahan yang reservasi selama penelitian ini berlangsung.

Subjek dalam penelitian ini adalah pemandu dan guru pendamping dari sekolah peserta program PLS GL zoo. Selain subjek utama tersebut, peneliti juga mengumpulkan data melalui sumber informasi atau key informan. Sumber informasi atau key informan yang memiliki cukup informasi tentang fokus penelitian adalah bagian pendidikan KRKB Gembira Loka Yogyakarta. Sumber


(64)

49

informasi atau key informan dalam penelitian ini adalah informan yang dipilih secara purposive dengan pertimbangan memiliki cukup informasi dan mengetahui tentang kemampuan pemandu program PLS GL zoo di KRKB Gembira Loka Yogyakarta. Maksud dari pemilihan subjek ini adalah untuk mendapat sebanyak mungkin informasi dari berbagai sumber sehingga data yang diperoleh valid dan dapat diakui kebenarannya.

Subjek penelitian yang menjadi key informan adalah bapak MS. Berikut merupakan deskripsi dari key informan penelitian yaitu:

Bapak MS adalah salah satu pengelola program kegiatan PLS GL zoo. Beliau menjabat sebagai staf kepala bidang bagian pendidikan di KRKB KRKB Gembira Loka Yogyakarta. Beliau berusia 31 tahun, dan beliau juga merupakan lulusan sarjana kependidikan. Selain mengelola program PLS GL zoo, beliau juga mengurusi program Edukasi lainnya yang ada di KRKB KRKB Gembira Loka Yogyakarta.

Subjek penelitian yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah RD, dan HK selaku pemandu program kegiatan PLS GL zoo, ibu DW selaku staf marketing pihak KRKB Gembira Loka Yogyakarta, ibu TS dan NF selaku kepala sekolah dan guru pendamping sekolah peserta PLS GL zoo. Berikut merupakan deskripsi dari informan penelitian yaitu :

1) Mas RD merupakan salah satu anggota pemandu di program kegiatan PLS GL zoo. Beliau juga merupakan anggota tim inti dari program tersebut. Meskipun beliau sekarang sudah senior dan berumur 22 tahun tetapi beliau tetap aktif mengikuti kegiatan kepemanduan program PLS GL zoo.


(65)

50

2) Mbak HK juga merupakan salah satu tim inti di program kepemanduan PLS GL zoo. Beliau menjabat sebagai Humas dalam tim kepemanduan tersebut. Sama dengan mas RD, mbak HK sekarang semester 8. Mbak HK juga aktif mengikuti kegiatan kepemanduan program PLS GL zoo ini. Mbak HK berumur 22 tahun dan merupakan mahasisiwa aktif jurusan PLS.

3) Ibu DW merupakan salah satu pengelola KRKB Gembira Loka Yogyakarta. Beliau merupakan staf bagian marketing. Selain mempromosikan kegiatan PLS GL zoo tugas beliau juga menerima reservasi dari pihak sekolahan yang ingin memesan program kepemanduan PLS GL zoo. Saat ini umur beliau baru 26 tahun.

4) Ibu TS merupakan kepala sekolah dari salah satu PAUD yang ada di Godean Yogyakarta. Beliau bersama anak didiknya menggunakan program kepemanduan PLS GL zoo saat berkunjung ke KRKB Gembira Loka Yogyakarta. Saat ini beliau berusia 55 tahun.

5) Ibu NF adalah salah satu guru pendamping dari MI yang ada di Umbulharjo Yogyakarta. Beliau sudah mengajar di MI tersebut selama 3 tahun. Beliau dan anak didiknya menggunakan program kepemanduan PLS GL zoo saat berkunjung ke KRKB Gembira Loka Yogyakarta. Tabel 1. Sumber Data Penelitian (Informan)

No Nama Umur Jabatan

1. RD 22 Pemandu PLS GL zoo 2. HK 22 Pemandu PLS GL zoo

3. DW 26 Pengelola KRKB Gembira Loka Yogyakarta 4. TS 55 Kepala Sekolah peserta program PLS GL zoo 5. NF 24 Guru Pendamping peserta program PLS GL zoo


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

176 Lampiran 10. Surat Izin Penelitian dari Fakultas


(6)

177