12
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
1. Tinjauan tentang Wisata Belajar
a. Definisi Wisata Belajar
Wisata diidentikkan sebagai kegiatan melepas penat dan kebosanan dari rutinitas sehari-hari. Selain hal tersebut, wisata juga dapat digunakan
sebagai  sarana  refreshing  sekaligus  membelajarkan  bagi  anak-anak  jika direncanakan  dan  dilaksanakan  dengan  baik.  Banyak  istilah  yang  dapat
menggambarkan  penggabungan  antara  wisata  dan  belajar,  diantaranya karyawisata, studytour, wisata edukasi, outbound edukasi, outing class dan
lain-lainnya.  Menurut  Husamah  2013:  53,  pembelajaran  melalui  wisata belajar merupakan sebuah proses pembelajaran yang dilakukan oleh siswa
dengan kegiatan mempelajari sumber belajar yang ada di luar kelas, dengan tujuan  agar  siswa  memiliki  wawasan  yang  luas  tentang  bahan  ajar  yang
dipelajari  di  dalam  kelas.  Sedangkan  menurut  Moeslichatoen  2007:  21, wisata belajar merupakan salah satu  metode  yang melaksanakan kegiatan
pengajaran dengan dunia luar secara langsung yang mendorong anak untuk memperoleh kesan yang sesuai dengan apa yang diamati.
Dari  beberapa  pendapat  diatas,  dapat  disimpulkan  bahwa  wisata belajar merupakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan diluar kelas atau
sekolah  yang  dilakukan  dengan  sengaja  dan  direncanakan  untuk
13 memperkaya  wawasan  dan  pengetahuan  siswa  dengan  memanfaatkan
sumber  belajar  yang  ada  dilingkungan  sekitar.  Kegiatan  pembelajaran model  ini  akan  membawa  siswa  untuk  berinteraksi  langsung  dengan
lingkungan  sekitar  sehingga  siswa  tidak  hanya  sekedar  tahu  teorinya  saja tetapi  dapat  langsung  mempraktekkan  dan  menerapkannya.  Tugas  guru
dalam  proses  ini  adalah  sebagai  fasilitator  dan  konsultan  ketika  siswa menemukan kesulitan dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi.
Wisata belajar dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau objek di luar sekolah. Hal ini memungkinkan siswa untuk memperoleh
pengetahuan  dan  pengalaman  baru  yang  mungkin  tidak  akan  diperoleh ketika mereka melakukannya di dalam kelas. Ketika di kelas, pembelajaran
yang  dilaksanakan  hanya  akan  melibatkan  indera  penglihatan  dan pendengaran  saja.  Namun  ketika  siswa  diajak  langsung  mengunjungi  hal
yang sedang mereka pelajari, siswa dapat melibatkan seluruh indera yang mereka miliki dalam upayanya bereksplorasi. Semakin banyak indera yang
terlibat dalam sebuah proses pembelajaran, maka semakin baik pula ingatan akan hal tersebut tersimpan dimemori siswa.
b. Tujuan Wisata Belajar
Banyak  ahli  yang  telah  mendefinisakan  sekaligus  memaparkan tujuan  dari  sebuah  wisata  belajar.  Salah  satunya  yaitu  Supriatna  dalam
Humasah 2013: 54 yang menguraikan tujuan dari wisata belajar sebagai berikut:
14 1
Sebagai pembanding antara teori yang dipelajari siswa dikelas dengan keadaan atau praktek nyatanya di lapangan.
2 Untuk  menghilangkan  kejenuhan  siswa  dalam  belajar.  Kejenuhan
yang  terjadi  saat  proses  pembelajaran  menyebabkan  materi  yang disampaikan  oleh  guru  tidak  akan  dipahami  dan  diserap  dengan
optimal oleh siswa. 3
Sebagai  rekreasi  belajar. Untuk menumbukhan  motivasi  siswa agar lebih giat lagi dalam mengikuti proses pembelajaran.
Berdasarkan  pendapat  tersebut,  dapat  disimpulkan  bahwa  wisata belajar  merupakan  sebuah  kegiatan  pengayaan  pembelajaran  yang
digunakan untuk mengeluarkan siswa dari kejenuhannya terhadap interaksi dalam  kelas  dengan  tujuan  agar  siswa  mampu  kembali  optimal  dalam
menyerap  materi  yang  disampaikan  oleh  guru  dalam  proses  belajar mengajar  dikemudian  hari.  Wisata  belajar  juga  bertujuan  untuk
mengembangkan kreativitas siswa, sehingga mampu memecahkan masalah yang dihadapi secara mandiri dan percaya diri.
c. Program Wisata Belajar
Wisata belajar sebagai salah satu variasi metode pembelajaran guna menghindari  kejenuhan  siswa,  dapat  dilakukan  diberbagai  tempat
menyesuaikan  kebutuhan  dan  tujuan  yang  hendak  dicapai  dari  proses pembelajaran  yang dilakukan. Hal  tersebut  sesuai  dengan pendapat  Isjoni
dalam  Muchsin  2013:  3  yang  menyatakan  wisata  belajar  sebagai  cara
15 mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau
objek  di  luar  sekolah  seperti  pabrik,  bengkel,  peternakan,  dan  museum. Pernyataan
diatas membuktikan
program wisata
belajar  dapat diselenggarakan  tidak  terbatas  dalam  lingkungan  lembaga  persekolahan
semata.  Wisata  belajar  sebagai  sebuah  program  pembelajaran  dapat diselenggarakan  diberbagai  tempat,  asal  direncanakan  dan  dipersiapkan
secara matang. Program  wisata  belajar  merupakan  kegiatan  pembelajaran  yang
dilaksanakan  dengan  memadukan  unsur  edukatif  dan  rekreatif.  Menurut Aditya  2015:  9  program  wisata  belajar  merupakan  program  yang  dapat
mendorong  siswa  untuk  berpikir  kreatif  dengan  bersumber  pada pengetahuan-pengetahuan
baru yang
diperoleh siswa
dengan mengalaminya langsung sehingga lebih mudah diingat dan dipahami. Dari
pendapat  diatas  dapat  disimpulkan  bahwa  program  wisata  belajar merupakan program pembelajaran yang menggabungkan unsur edukatif dan
rekreatif, dapat dilakukan diberbagai tempat serta dapat mendorong siswa untuk  berpikir  kreatif  bersumber  pada  pengalaman  yang  didapatkannya
secara langsung. d.
Kelebihan dan Kekurangan Wisata Belajar Menurut Husamah 2013: 54, terdapat sisi positif bagi seorang siswa
yang mengikuti kegiatan wisata belajar yaitu:
16 1
Kegiatan  belajar  mengajar  lebih  bermakna  sebab  siswa memperolehnya dengan mengalaminya secara langsung;
2 Membangkitkan sisi eksporatif siswa dalam usahanya menyelesaikan
sesuatu; 3
Memperlihatkan kondisi
nyata di
lapangan dengan
mengintegrasikannya  dengan  pengajaran  di  dalam  kelas  sehingga menciptakan kepribadian yang komplit baik bagi guru maupun siswa;
4 Memperbanyak pengetahuan dan wawasan yang diperoleh siswa baik
di dalam maupun luar kelas; 5
Memberikan kesenangan siswa terhadap alam sekitarnya. Dari  sekian  banyak  kelebihan  yang  diperoleh  siswa  dengan
mengikuti  wisata belajar, terdapat  beberapa kekurangan dari kegiatan ini. Menurut  Husamah  2013:  55,  kekurangan  dari  kegiatan  wisata  belajar
yaitu: 1
Persiapan harus matang dan cenderung memakan waktu yang cukup lama;
2 Biaya yang relatif tinggi dan sarana prasarana yang relatif banyak;
3 Persiapan  yang  kurang  matang  akan  memperngaruhi  hasil  yang
diperoleh dari kegiatan; 4
Resiko  yang  cukup  besar  dengan  membawa  siswa  yang  jumlahnya banyak ke lingkungan luar kelas.
17 Dari  beberapa  pendapat  diatas  dapat  disimpulkan  bahwa  sebagai
salah  satu  kegiatan  pembelajaran,  wisata  belajar  memiliki  kelebihan  dan kekurangan.  Kelebihan  dari  kegiatan  wisata  belajar  banyak  yang  dapat
langsung  dirasakan  siswa  maupun  guru  ketika  kegiatan  tersebut berlangsung.  Sedangkan  untuk  kekurangan  yang  dimiliki  oleh  kegiatan
wisata belajar dapat ditanggulangi dengan perencanaan dan persiapan yang matang sebelum kegiatan akan dilaksanakan.
2. Tinjauan tentang Aksesibilitas Program
a. Definisi Aksesibilitas
Aksesibilitas  berasal  dari  kata  dasar  akses  access  dalam  bahasa inggris  yang  berarti  jalan  masuk.  Aksesibilitasaccessibility  berarti  hal
yang  mudah  dicapai.  Artinya,  aksesibilitas  tidak  hanya  melihat  faktor ketersediaan  saja,  tetapi  juga  kemudahan  dalam  mencapai  ketersediaan
tersebut.  Secara  umum,  aksesibilitas  erat  kaitannya  dengan  ilmu  geografi dan  pelayanan  bagi  orang-orang  berkebutuhan  khusus.  Hal  ini  sesuai
dengan  definisi  Tamin  dalam  Miro,  2009:18  yang  berpendapat  bahwa aksesibilitas  adalah  mudahnya  suatu  lokasi  dihubungkan  dengan  lokasi
lainnya lewat jaringan transportasi yang ada, berupa prasarana jalan dan alat angkut  yang  bergerak  diatasnya.  Pendapat  tersebut  mendefinisikan
aksesibilitas dalam kaitannya dengan konsep keterjangkauan sebuah lokasi dengan berbagai macam faktor pertimbangan.
18 Dalam  definisi  lain,  aksesibilitas  dapat  pula  diartikan  sebagai
kemudahan atau keterjangkauan terhadap suatu  objek. Menurut Bambang Susantono 2004: 24 aksesibilitas merupakan suatu ukuran potensial atau
kemudahan  orang  untuk  mencapai  tujuan  dalam  suatu  perjalanan.  Oleh karena itu, tingkat aksesibilitas dipengaruhi oleh jarak, kondisi, sarana dan
prasarana  penghubung.  Tingkat  aksesibilitas  sebuah  daerah  juga memperngaruhi  tingkat  mobilitas  penduduknya  baik  dari  luar  ke  dalam
ataupun sebaliknya. Daerah seperti kawasan perumahan di tengah kota akan memiliki  mobilitas  penduduk  yang  tinggi  jika  dibandingkan  dengan
kawasan pedesaan di bawah kaki pegunungan dikarenakan akses terhadap fasilitas dan sarana prasarana yang mendukung.
Dari  beberapa  pendapat  diatas,  dapat  disimpulkan  bahwa aksesibilitas memiliki konteks makna  yang luas. Aksesibilitas merupakan
level  kemudahan  dan  keterjangkauan  terhadap  suatu  objek  dengan mempertimbangkan  aspek-aspek  yang  mempengaruhinya  seperti:  jarak,
waktu,  kondisi  sarana  prasarana,  biaya,  informasi  dan  pihak-pihak  yang memiliki  akses  di  dalamnya.  Secara  singkat  aksesibilitas  juga  dapat
diartikan  sebagai  seperangkat  komponen  yang  dapat  mempermudah jalannya sebuah proses.
b. Program Edukasi di KRKB Gembira Loka
KRKB Gembira Loka merupakan salah satu lembaga konservasi ex- situ yang ada di Provinsi DIY. Menurut peraturan Menteri Kehutanan No.
19 P.31Menhut-II2012 tentang lembaga konservasi, lembaga konservasi ex-
situ  adalah  konservasi  tumbuhan  danatau  satwa  yang  dilakukan  diluar habitat aslinya. KRKB Gembira Loka sebagai lembaga konservasi  ex-situ
memiliki tiga fungsi, yaitu sebagai tempat penelitian, edukasi, dan rekreasi. Hal ini sejalan dengan pendapat Tirtodiprojo 2008: 44 yang menyatakan
bahwa  konsep  Gembira  Loka  yang  naturalistik,  adalah  sebagai  wadah kegiatan rekreasi alami yang fungsi dan tujuannya sebagai tempat rekreasi,
konservasi, penelitian dan edukasi, perkembangan ilmu zoology dan botani di  Indonesia  dan  kesadaran  masyarakat  dalam  merawat,  menjaga  dan
melindungi  flora  dan  fauna.  Dari  beberapa  pernyataan  diatas  dapat disimpulkan bahwa KRKB Gembira Loka sebagai lembaga yang bergerak
dibidang  konservasi  khususnya  konservasi  ex-situ  memiliki  tiga  fungsi penting  yang  harus  dijalankan  disamping  fungsinya  sebagai  pusat
konservasi flora dan fauna yaitu fungsi pendidikan, fungsi penelitian, dan fungsi rekreasi.
Salah  satu  dari  ketiga  fungsi  tersebut  yaitu  fungsi  edukasi.  Fungsi edukasi menjadi penting adanya mengingat adanya fungsi ini menjadikan
lembaga  konservasi  juga  bertanggungjawab  dalam  mendidik  generasi penerus  agar  dapat  peduli  terhadap  lingkungan  dan  kelestarian  satwa.
Sebagai upaya dalam merealisasikan fungsi edukasi yang diemban, KRKB Gembira Loka membuat program-program edukatif namun dengan konsep
yang menyenangkan yaitu Pembelajaran Luar Sekolah PLS GL  zoo dan Satwa Masuk Sekolah SMS. Pada penelitian ini, peneliti mengambil titik
20 fokus  pada  satu  program  edukasi  yang  diselenggarakan  KRKB
GembiraLoka yaitu program PLS GL zoo mengingat berbagai keterbatasan yang dimiliki. Program PLS GL zoo dirancang khusus untuk pelajar mulai
dari  tingkat  TK  hingga  SMA  sebagai  salah  satu  upaya  dalam  pengenalan flora dan fauna serta pendidikan konservatif. Selain sebagai  realisasi  dari
lembaga konservatif  yang memiliki fungsi edukasi, program PLS GL  zoo ini  juga  merupakan  program  CSR  atau  program  sosial  kemasyarakatan.
Program  CSR  ini  merupakan  program  sebagai  implementasi  tanggung jawab  sosial  yang  dimiliki  badan  usaha  atau  perusahaan  terhadap
masyarakat  disekitarnya.  Oleh  karena  itu,  program  ini  tidak  berorientasi kepada keuntungan semata.
c. Komponen program PLS GL zoo
Komponen  merupakan  bagian-bagian  dari  sebuah  sistem  yang memiliki  peran  dalam  berlangsungnya  sebuah  proses.  Sedangkan  yang
dimaksud komponen pembelajaran yaitu kumpulan dari beberapa itemhal yang memiliki peran dan tugas masing-masing namun berhubungan antara
satu dengan yang lainnya. Komponen program PLS GL zoo mengacu pada komponen pembelajaran pada umumnya. Menurut Sumiati dan Asra 2009:
3 komponen pembelajaran dibagi dalam tiga kategori utama yaitu guru, isi atau  materi  pembelajaran,  dan  siswa.  Lebih  lanjut  juga  dijelaskan  bahwa
interaksi antara ketiga komponen tersebut juga melibatkan metode, media pembelajaran  dan  penataan  lingkungan  belajar  sehingga  tercapai  situasi
pembelajaran yang memungkinkan tercapainya tujuan pembelajaran.
21 Dari komponen pembelajaran yang telah diuraikan diatas, komponen
program  PLS  GL  zoo  memiliki  sedikit  perbedaan  baik  dalam  hal  istilah maupun  itemnya.  Secara  rinci,  komponen  program  PLS  GL  zoo  meliputi
tujuan program, pemandu, peserta program, materiisi, media pembelajaran, strategi pembelajaran, dan evaluasi hasil belajar. Dalam komponen program
PLS GL zoo tidak terdapat kurikulum yang baku, namun pemberian materi, pemilihan media, dan strategi yang digunakan disesuaikan dengan tingkatan
perkembangan peserta baik dari segi usia maupun jenjang kelas yaitu dari PAUD hingga SMA.
d. Aksesibilitas program PLS GL zoo
Aksesibilitas  merupakan  suatu  konsep  yang  luas  dan  fleksibel. Menurut Derek Halden Consultancy 2004 dalam jurnalnya menyebutkan
bahwa  pemahaman  mengenai  aksesibilitas  dapat  dicirikan  melalui  tiga kategori pertanyaan yaitu:
1 Siapa  atau  dimana  –  aksesibilitas  adalah  bagian  dari  orang,  atau
tempat; 2
Apa peluang yang akan dicapai – meliputi fungsi dan aktivitas yang ada  di  dalamnya,  atau  sumber  daya  termasuk  orang-orang  yang
memungkinkan orang dapat memenuhi kebutuhannya; 3
Bagaimana – faktor-faktor yang dapat mempengaruhi akses terhadap suatu objek.
22 Dalam kaitannya dengan sebuah program  khususnya program  jasa,
aksesibilitas berarti segala komponen yang seharusnya terlibat dalam proses berjalannya  program  agar  program  tersebut  dapat  berjalan  dengan  lancar
dan  sesuai  tujuan  serta  sasaran  dari  program  itu  sendiri  dengan  melihat berbagai aspek untuk dipertimbangkan. Aksesibilitas program dalam kaitan
dengan  program  PLS  GL  zoo  sendiri  terdiri  dari:  1  pihak-pihak  yang memiliki  akses  di  dalam  program  PLS  GL  zoo  baik  sebagai  konsumen
maupun  pelaksana  kegiatan,  2  pelaksanaan  program,  3  strategi  dan kebijakan yang ambil dalam rangka memperluas aksesibilitas yang dimiliki,
4  fakor-faktor  pendukung  dan  penghambat  yang  berkaitan  dengan aksesibilitas program PLS GL zoo.
3. Tinjauan tentang Pembelajaran Luar Sekolah
a. Definisi Pembelajaran
Menurut Trianto 2010:17, pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia  yang  kompleks  dan  tidak  sepenuhnya  dapat  dijelaskan.  Menurut
Corey  dalam Syaiful Sagala, 2011:61 pembelajaran adalah suatu proses dimana  lingkungan  seseorang  secara  disengaja  dikelola  untuk
memungkinkan  ia  turut  serta  dalam  tingkah  laku  tertentu  dalam  kondisi- kondisi  khusus  atau  menghasilkan  respon  terhadap  situasi  tertentu.  Dari
kedua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan proses dari tidak tahu menjadi tahu, dan tidak mengerti menjadi mengerti
yang  dilakukan  berdasarkan  pada  interaksi  antara  pengembangan  dan
23 pengalaman  yang  dimiliki  sehingga  dapat  pula  merubah  tingkah  laku
individu tersebut. Kegiatan  pembelajaran  secara  sederhana  dapat  diartikan  sebagai
komunikasi  dua  arah  antara  orang  yang  tahu  dan  orang  yang  tidak  tahu. Dalam  dunia  persekolahan,  kegiatan  pembelajaran  diidentikkan  sebagai
proses  belajar  mengajar  yang  dilakukan  oleh  pendidik  kepada  peserta didiknya  didalam  kelas.  Hal  tersebut  menyebabkan  timbulnya  pandangan
bahwa  sumber  belajar  utama  yaitu  seorang  pendidik.  Hal  tersebut menyebabkan  kegiatan  pembelajaran  berubah  menjadi  proses  transfer
pengetahuan pendidik ke peserta didik semata. Padahal sebenarnya masih banyak  sumber  belajar  lain  disekitar  peserta  didik  yang  dapat  digunakan
guna memperkaya dan mengembangkan pengetahuan yang dimiliki. b.
Tujuan Pembelajaran Sifatnya  yang  disengaja  dan  terstruktur,  menyebabkan  sebuah
pembelajaran  pasti  memiliki  tujuan  yang  hendak  dicapai.  Menurut  H. Daryanto  2005:  58  definisi  dari  tujuan  pembelajaran  yaitu  tujuan  yang
menggambarkan pengetahuan, kemampuan, keterampilan, dan sikap  yang harus dimiliki siswa sebagai akibat dari hasil pembelajaran yang dinyatakan
dalam  bentuk  tingkah  laku  yang  dapat  diamati  dan  diukur.  Tujuan pembelajaran  harus  dirumuskan  berdasarkan  pertimbangan  yang  matang
dan kesesuaiannya dengan komponen pendidikan yang lainnya. Dalam arti lain, tujuan pembelajaran merupakan garis akhir yang harus dicapai ketika
sebuah pembelajaran dapat dikatakan berhasil.
24 Pendapat  serupa  disampaikan  oleh  Wina  2008:  86  yang
mendefinisikan tujuan pembelajaran sebagai kemampuan kompetensi atau keterampilan  yang  diharapkan  dapat  dimiliki  oleh  setiap  siswa  setelah
mereka  melakukan  proses  pembelajaran  tertentu.  Perumusan  tujuan pembelajaran penting adanya karena dapat dijadikan tolak ukur yang nyata
dari keberhasilan dari proses pembelajaran dalam membentuk pola pikir dan tingkah  laku  siswa  didik.  Tujuan  pembelajaran  yang  akan  dicapai  juga
menentukan langkah-langkah yang akan diambil sekolah maupun pendidik dalam rangka mencapai tujuan tersebut. Dari kedua pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran adalah untuk mempermudah siswa dalam memperoleh pengetahuan dan pola pikir baru melalui rumusan yang
terperinci dan nyata sehingga pencapaian  yang diraih dapat diukur secara nyata.
c. Pengertian Pembelajaran Luar Sekolah
Pembelajaran  luar  sekolah  merupakan  kegiatan  pembelajaran  yang dilaksanakan  diluar  ruangan  atau  sekolah  dengan  memanfaatkan  media
pembelajaran  yang  dapat  mendukung  terjadinya  proses  belajar.  Dalam prosesnya  kegiatan  ini  memcampurkan  proses  pendidikan  nonformal  ke
dalam  pendidikan  formal  guna  memperoleh  metode  pembelajaran  yang menyenangkan  bagi  peserta  didik.  Menurut  Undang-undang  nomor  20
tahun  2003  tentang  sistem  pendidikan  nasional  pendidikan  formal merupakan  jalur  pendidikan  yang  terstruktur  dan  berjenjang  yang  terdiri
atas pendidikan dasar, menengah, dan pendidikan tinggi. Lebih lanjut juga
25 dijelaskan  mengenai  pengertian  pendidikan  nonformal  yaitu  sebagai  jalur
pendidikan  di  luar  pendidikan  formal  yang  dapat  dilaksanakan  secara terstruktur  dan  berjenjang.  Oleh  karena  itu,  pembelajaran  luar  sekolah
merupakan  kegiatan  pembelajaran  yang  dilakukan  oleh  lembaga  formal namun dengan perspektif nonformal.
Proses  pembelajaran  luar  sekolah  menekankan  pada  penggalian informasi  dan  pengetahuan  secara  mandiri  oleh  peserta  didik.  Hal  ini
dilakukan  agar  peserta  didik  memiliki  ruang  untuk  bereksplorasi  dan berkreasi terhadap apa-apa yang mereka temukan dilapangan. Pembelajaran
model  ini  memungkinkan  peserta  didik  untuk  mengalami  dan  merasakan langsung,  sehingga  tidak  hanya  aspek  kognitifnya  saja  yang  akan
berkembang,  tetapi  afektif  dan  psikomotoriknya  juga.  Kegiatan pembelajaran  luar  sekolah  memanfaatkan  lingkungan  sekiatr  sebagai
sumber belajar guna memperoleh pengetahuan dan pengalaman. Dalam hal ini,  peneliti  berfokus  pada  kegiatan  pembelajaran  luar  sekolah  yang
diselenggarakan  di  kebun  binatang  khususnya  KRKB  Gembira  Loka. Kegiatan  pembelajaran  tersebut  meliputi:  bina  suasana,  pojok  kreatif,
mengenal satwa tour the zoo, dan pengulasan kembali recalling. d.
Jenis-jenis Pembelajaran Luar Sekolah Sebagai salah satu metode pembelajaran, pembelajaran luar sekolah
dalam  pelaksanaannya  memiliki  banyak  jenis  dan  variasi.  Menurut  Agus 2016:  50  yang  dimaksud  sebagai  metode  pembelajaran  yaitu  cara  yang
26 digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam
bentuk  kegiatan  nyata  dan  praktis  untuk  tujuan  pembelajaran.  Diantara banyak  jenis  pembelajaran  luar  sekolah  yang  ada,  peneliti  akan
menguraikan  tiga  jenis  pembelajaran  luar  sekolah  yang  paling  banyak dilaksanakan, yaitu:
1 Outing class
Outing  class  merupakan  salah  satu  metode  pembelajaran  yang mulai  popular  khususnya  dalam  pendidikan  anak  usia  dasar.
Pembelajaran  outing  class  adalah  suatu  pembelajaran  yang dilaksanakan  di  luar  ruangan  kelas  atau  sekolah  yang  bertujuan
membekali keterampilan anak didik dan mengembangkan kemampuan yang  dimiliki  Lenterahati.  2012  dalam  Wijilestari  2013:  11.  Dalam
metode  pembelajaran  semacam  ini,  memungkinkan  seorang  pendidik dan peserta didik untuk membangun kedekatan  yang lebih intim antar
satu sama lain. Pembelajaran outing class dapat diterapkan dalam semua mata pelajaran.
Menurut  Komarudin  dalam  Husamah,  2013:  19  outing  class merupakan aktivitas yang dilakukan di luar sekolah yang berisi kegiatan
di luar kelas atau sekolah dan berada di lingkungan luar seperti bermain di  lingkungan  sekolah,  taman,  sawah,  dan  kegiatan  yang  sifatnya
petualangan  serta  dapat  mengembangkan  aspek  pengetahuan  yang relevan.  Peserta  didik  akan  lebih  mudah  dalam  memahami  sebuah
27 konsep
pengetahuan ketika
mereka mengerjakan
sambil mempraktekkan. Semakin banyak panca indera yang berinteraksi dalam
sebuah  pembelajaran,  makan  akan  semakin  baik  pula  pengetahuan tersebut disimpan oleh memori peserta didik.
Berdasarkan  uraian  pendapat  di  atas  dapat  disimpulkan  bahwa outing class bukan semata-mata kegiatan memindahkan lokasi belajar
mengajar  dari  kelas  ke  alam  bebas.  Namun,  perlu  adanya  upaya  agar siswa  dapat  menyatu  dengan  alam  dan  melakukan  beberapa  aktivitas
yang  bermuara  pada  perubahan  tingkah  laku  dan  penambahan pengetahuan  yang  dimiliki.  Aktivitas  yang  dilakukan  dapat  berupa
olahraga, outbound, studi kasus, eksplorasi, pengamatan, dan lain-lain. Harapannya,  siswa  mampu  menyikapi  masalah  yang  dihadapi  dengan
kritis  dan  menyelesaikannya  secara  mandiri  dengan  belajar  pada lingkungan sekitarnya.
2 Field Trip
Field  trip  ialah  cara  mengajar  yang  dilaksanakan  dengan mengajak  siswa  ke  suatu  tempat  atau  obyek  tertentu  di  luar  sekolah
untuk  mempelajari  atau  menyelidiki  sesuatu  seperti  meninjau  pabrik sepatu,  bengkel  mobil,  toserba,  dan  sebagainya  Asmani  2010:  150.
Field  trip  adalah  sebuah  metode  pembelajaran  yang  menggabungkan antara rekreasi dan belajar. Dalam proses field trip, peserta didik akan
dapat  menggunakan  semua  hal  yang  ada  di  lingkungan  sekitarnya sebagai sumber belajar.
28 Pendapat lain disampaikan oleh Syaiful Sagala 2006: 214 yang
menyebutkan metode field trip sebagai pesiar ekskursi yang dilakukan oleh para peserta didik untuk melengkapi pengalaman belajar tertentu
dan  merupakan  bagian  integral  dari  kurikulum  sekolah.  Metode  field trip sengaja dimasukkan kedalam kurikulum sekolah sebagai salah satu
cara untuk menetralisir kejenuhan siswa akan proses belajar mengajar di  dalam  kelas  yang  cenderung  monoton  dan  membosankan.  Metode
pembelajaran field trip juga dapat digunakan sebagai ajang peserta didik untuk  mengintegrasikan  ilmu  pengetahuan  yang  di  dapatnya  di  kelas
dengan kehidupan nyata. Dari dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode field
trip  merupakan  metode  penyampaian  materi  dengan  cara  membawa langsung  siswa  ke  obyek  di  luar  kelas  atau  di  lingkungan  yang
berdekatan dengan sekolah agar siswa mendapatkan pengalaman belajar langsung dan dapat mengintegrasikan pengetahuan yang di dapatnya di
kelas ke dalam kehidupan nyata. 3
Outbound Menurut  Muchlisin  2009:  11  outbound  adalah  usaha  olah  diri
olah  pikir  dan  fisik  yang  sangat  bermanfaat  bagi  peningkatan  dan pengembangan  motivasi,  kinerja  dan  prestasi  dalam  rangka
melaksanakan tugas dan kepentingan organisasi secara lebih baik lagi. Outbound bukan hanya bermakna kegiatan diluar, namun lebih dari itu
29 dimana  peserta  diajak  untuk  membuat  terobosan-terobosan  baru  dan
diajak untuk berfikir kreatif. Menurut Djamaludin 2007: 2 dalam dunia pendidikan sudah banyak lembaga yang menerapkan metode outbound
dalam  proses  pengajarannya  karena  dinilai  memberikan  kontribusi positif  terhadap  kesuksesan  belajar.    Hal  tersebut  dikarenakan  dalam
proses outbound, peserta dituntut untuk dapat mandiri dalam menggali potensi yang dimiliki dalam suasana yang menyenangkan namun penuh
tantangan  sehingga  muncul  sebagai  pribadi  yang  tangguh  dan  siap menghadapi masa depan.
Berdasarkan  uraian  diatas  dapat  disimpulkan  bahwa  outbound adalah  kegiatan  pembelajaran  yang  berada  diluar  ruangan  atau  luar
sekolah dengan tujuan meningkatkan dan mengoptimalkan potensi yang dimiliki  melalui  beberapa  rangkaian  kegiatanpermainan.  Bentuk
kegiatan outbound dapat berupa simulasi situasi dalam organisasi yang dikemas dengan bentuk permainan kreatif, rekreatif, dan edukatif baik
secara individual
maupun kelompok
dengan tujuan
untuk mengembangkan potensi diri baik secara individu maupun kelompok.
e. Langkah-langkah Pembelajaran Luar Sekolah
Langkah  merupakan  tahapan  yang  harus  dilaksanakan  secara berurutan  agar  dapat  mencapai  tujuan  atau  maksud  tertentu.  Langkah-
langkah  Pembelajaran  luar  sekolah  disusun  guna  mempermudah  dan memperlancar proses berjalannya kegiatan. Langkah-langkah pembelajaran
30 luar sekolah dalam kajian ini akan difokuskan pada pelaksanaan program
PLS  GL  zoo.  Program  PLS  GL  zoo  merupakan  program  pendampingan yang dilakukan mahasiswa Jurusan PLS FIP UNY terhadap siswa siswi usia
sekolah dasar yang mengikuti program PLS di KRKB Gembira loka. Menurut  Rokhmah  2012:  4,  pendamping  adalah  perorangan  atau
lembaga yang melakukan pendampingan, dimana antara kedua belah pihak pendamping dan didampingi terjadi kesetaraan, kemitraan, kerjasama, dan
kebersamaan tanpa ada batas golongan kelas atau status sosial yang tajam. Sedangkan yang dimaksud sebagai pendampingan yaitu suatu kegiatan yang
disengaja  dilaksanakan  secara  sistematis  dan  sesuai  aturan  karena pembelajaran tersebut terjadi ditempat kerja, dan pekerjaanya sesuai dengan
apa yang dikerjakan. Istiningsih, 2008: 85 Program PLS GL zoo terdiri atas 3 tahapan pendampingan yaitu yang
meliputi: 1
Perencanaan Menurut Hamzah 2006: 2 perencanaan adalah kegiatan memilih,
menetapkan,  dan  mengembangkan  metode  untuk  mendapatkan  hasil yang  diinginkan.  Menurut  Majid  2008:  15  perencanaan  merupakan
penyusunan langkah-langkah yang akan dilaksanakan dalam mencapai tujuan yang sudah ditentukan sebelumnya. Oleh karena itu, perencanaan
dibuat berdasarkan kebutuhan yang ada dan disusun dengan sistematis serta mudah dipahami.
31 Dari  pendapat  diatas,  dapat  disimpulkan  kegiatan  perencanaan
yaitu kegiatan awal yang digunakan untuk membuat langkah sistematis guna  mencapai  tujuan  yang  diharapkan  berdasarkan  pada  kebutuhan
yang  ada.  Perencanaan  memegang  peranan  penting  dalam  sebuah program ataupun kegiatan. Perencanaan digunakan untuk menjabarkan
rangkaian  langkah-langkah  yang  akan  ditempuh  dalam  melaksanakan program.  Perencanaan  juga  digunakan  sebagai  garis  batas  agar
pelaksanaan  kegiatanprogram  dapat  tersusun  secara  sistematis  dan mencapai  tujuan  yang  diinginkan.  Diharapkan  dengan  perencanaan
yang  matang,  maka  kegiatanprogram  yang  akan  dilaksanakan  dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan tujuan.
Kegiatan  perencanaan  dalam  program  PLS  GL  zoo  selanjutnya dilanjutkan  dengan  persiapan  materi,  media  pembelajaran,  dan  SDM
pendamping.  Materi  dan  media  pembelajaran  yang  dipersiapkan disesuaikan  dengan  tahapan  perkembangan  siswa  siswi  sasaran
kegiatan. Hal ini agar materi yang disampaikan selama kegiatan dapat diterima  dengan  baik  oleh  sasaran.  Penyampaian  materi  dilaksanakan
dengan  metode  belajar  dan  bermain.  Sedangkan  untuk  SDM pendamping merupakan  mahasiswa aktif jurusan  PLS FIP UNY  yang
mendapatkan  izin  pengalihan  perkuliahan  pada  hari  itu.  Jumlah pendamping  yang  diterjunkan  disesuaikan  dengan  jumlah  siswa  siswi
sasaran. Biasanya seorang pendamping diberikan tugas untuk memandu 15-20 orang siswa yang tergabung dalam 1 kelompok.
32 2
Pelaksanaan Rencana yang telah disusun selanjutnya diimplementasikan dalam
bentuk  pelaksanaan  kegiatan.  Kegiatan  pelaksanaan  yang  didahului dengan  perencanaan  yang  matang  dimaksudkan  untuk  meminimalkan
hambatan yang mungkin ditemui dan menemukan alternatif solusinya. Menurut  Sujarwo  2013:  38  guna  mencapai  tujuan  yang  hendak
dicapai,  fasilitator  pendamping  hendaknya  memiliki  kemampuan untuk  memilih  metode,  media,  alat  evaluasi  pembelajaran,  dan
memanfaatkannya  secara  tepat.  Dalam  program  PLS  GL  zoo  ini, tahapan pelaksanaan meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a Pengondisian peserta
Kegiatan pengondisian peserta didahului dengan penyambutan peserta  dan  guru  pendamping.  Selanjutnya  peserta  dikondisikan
dengan berbaris sesuai dengan kelas atau kelompok masing-masing. Kegiatan  ini  bertujuan  sebagai  langkah  perkenalan  awal  dalam
upayanya  membentuk  kedekatan  antara  peserta  dan  pendamping. Kedekatan  yang  terjalin  antar  peserta  dan  pendamping  akan
mempermudah  pendamping  dalam  memberikan  penjelasan  dan arahan selama program PLS GL zoo berlangsung.
b Bina suasana
Kegiatan  bina  suasana  diisi  dengan  perkenalan  pendamping, permainan-permainan  dan  pembacaan  peraturan  selama  program
33 berlangsung.  Menurut  Sujarwo  2013:  37  perkenalan  menjadi
sangat  penting  adanya  guna  membangun  hubungan  yang  hangat antar  fasilitator  pemandu  dan  peserta  didik.  Permainan  yang
dilaksanakan  dalam  tahap  bina  suasana  ini  berisi  permainan- permainan  kecil  yang  selain  menyenangkan  namun  juga  terdapat
nilai  yang  terkandung  didalamnya.  Permainan  yang  dilakukan biasanya merupakan permainan yang dapat melatih koordinasi gerak
dan  otak  peserta  program.  Agar  suasana  hangat  dapat  terbangun diantara peserta dan pendamping, permainan juga diiringi lagu dan
tanya jawab di dalamnya. c
Pojok Kreatif Pojok  kreatif  merupakan  kegiatan  yang  dilaksanakan  untuk
menumbuhkan  kreativitas  peserta  program.  Pojok  kreatif menggunakan  media  pembelajaran  yang  dapat  menunjang  proses
pelaksanaan  kegiatan.  Pojok  kreatif  disesuaikan  dengan  tingkatan perkembangan  peserta  sasaran.  Pengelompokan  usia  dan  pojok
kreatif  yang  dilaksanakan  adalah  sebagai  berikut:  kelompok  usia PAUDTK  hingga  sekolah  dasar  kelas  1-2  menggunakan  media
mewarnai  mahkota  gajah;  kelompok  usia  kelas  3-4  sekolah  dasar menggunakan gantungan kunci satwa sebagai pojok kreatifnya; dan
kelas  5-6  sekolah  dasar  hingga  SMP  menggunakan  tabel pengelompokan  binatang  yang  harus  diisi  sesuai  petunjuk  dan
arahan pendamping. Kegiatan pojok kreatif ini merupakan salah satu
34 nilai  tambah  yang  sengaja  diadakan  guna  menunjang  kegiatan
wisata belajar di KRKB Gembira loka. d
Tour the zoo Kegiatan  ini  berisi  kepemanduan  dan  penjelasan  mengenai
satwa-satwa yang ada di kebun binatang. Dalam kegiatan ini siswa bebas
mengeksplorasi sumber-sumber
belajar yang
ada disekitarnya.  Jika  di  dalam  kelas,  siswa  hanya  mampu  melihat
gambar,  membayangkan  dan  berimajinasi  tentang  bentuk  fisik satwa, dalam kegiatan ini  siswa dapat  secara langsung mengamati
dan  bereksplorasi  secara  mandiri.  Tugas  pendamping  dalam kegiatan  ini  adalah  sebagai  fasilitator  dan  konsultan  ketika  siswa
menemukan  masalah  dalam  eksplorasinya.  Selain  bentuk  fisik satwa,  dengan  bantuan  guru  dan  pendamping,  siswa  juga  dapat
belajar  mengenai  karakteristik  satwa  yang  juga  dapat  digunakan sebagai  sumber  belajar  siswa.  Kegiatan  tour  the  zoo  ini
menggunakan  langkah-langkah  yang  selain  dapat  menambah wawasan  dan  pengetahuan,  tetapi  juga  menumbuhkan  rasa  cinta
kasih  terhadap  sesama  dan  cinta  lingkungan  dalam  diri  peserta program.
3 Evaluasi
Evaluasi  merupakan  proses  yang  sistematis  dan  berkelanjutan untuk  mengumpulkan,  mendeskripsikan,  menginterpretasikan,  dan
35 menyajikan  informasi  tentang  suatu  program  yang  digunakan  sebagai
dasar  membuat  keputusan  dan  menyusun  program  selanjutnya  Eko, 2009: 6. Sedangkan menurut Sudaryono 2012: 41 evaluasi kaitannya
dengan sebuah program bertujuan untuk mengetahui pencapaian target program dan digunakan untuk menentukan seberapa jauh target program
pengajaran tercapai. Tolak ukur yang digunakan yaitu tujuan awal yang tertera dalam perencanaan dari penyelenggaraan program itu sendiri.
Kesimpulannya, evaluasi merupakan pengumpulan data dan fakta mengenai  pelaksanaan  program  beserta  hambatan-hambatan  yang
ditemui  untuk  dapat  dicarikan  alternatif  solusi  guna  pengembangan program.  Tingkat  kesesuaian  antara  hasil  evaluasi  dan  tujuan  awal
menentukan  berhasil  tidaknya  sebuah  programkegiatan  dilaksanakan. Dalam kaitannya dengan program PLS GL zoo, evaluasi dilaksanakan
melalui  kegiatan  yang  disebut  recalling.  Recalling  berisi  pengulasan kembali apa-apa yang sudah dialami dan dapatkan oleh peserta program
selama  berkeliling  kebun  binatang.  Pengulasan  kembali  dilakukan dengan  metode  bercerita  dan  sharing  pengalaman  antar  peserta
program. Dari kegiatan tukar cerita inilah akan timbul budaya diskusi dan saling menghargai sejak anak usia dini. Recalling berfungsi untuk
mengetahui  seberapa  banyak  peserta  memahami  materi  yang  telah diberikan  oleh  pemandu  selama  pelaksanaan  progam  PLS  GL  zoo
Sujarwo dalam JPPM, 4 1, 2017, 90-100.
36 Selain itu, evaluasi program secara keseluruhan yang dilaksanakan
diakhir periode program juga turut diselenggarakan guna perbaikan dan pengembangan program kearah yang lebih baik lagi. Kegiatan evaluasi
ini diikuti oleh seluruh pihak yang terlibat dalam program PLS GL zoo. Harapan  dari  adanya  kegiatan  ini  yaitu  seluruh  pihak  dapat  terlibat
langsung dalam pengembangan dan pengambilan kebijakan mengenai program PLS GL zoo kedepannya.
4. Tinjauan tentang Pendidikan Luar Sekolah
a. Definisi Pendidikan Luar Sekolah
Menurut Marzuki 2010: 93 Pendidikan Luar Sekolah adalah semua pendidikan baik disengaja atau tidak, dirancang atau tidak, diorganisasikan
atau  tidak,  yang  berlangsung  diluar  sekolah  atau  universitas.  Menurut Hamojoyo  dalam  Kamil  2011:  14,  Pendidikan  Luar  Sekolah  dalam
kaitannya  sebagai  pendidikan  nonformal  merupakan  usaha  yang terorganisir  secara  sistematis  dan  berkelanjutan  di  luar  sistem  formal,
melalui  hubungan  sosial  yang  digunakan  untuk  membimbing  individu, kelompok maupun masyarakat agar memiliki cita-cita guna meningkatkan
taraf hidup untuk mewujudkan kesejahteraan sosial. Pendidikan nonformal merupakan  salah  satu  dari  tiga  jalur  pendidikan  selain  pendidikan  formal
atau biasa dikenal  dengan pendidikan sekolahan  dan pendidikan informal atau pendidikan dalam keluarga dan lingkungan sekitar. Walaupun bersifat
nonformal  namun  pendidikan  nonformal  tetap  memiliki  tahapan
37 penyelenggaraan  yang  jelas  mulai  dari  perencanaan,  pelaksanaan,  hingga
tahap evaluasi guna keberhasilan proses pembelajaran. Pendidikan luar sekolah juga meliputi pendidikan informal. Namun
terdapat  perbedaan  diantara  keduanya  yaitu  jika  pendidikan  nonformal memiliki  standarisasi  dan  terstruktur  maka  pendidikan  informal  adalah
pendidikan  yang  tidak  terstruktur  dan  bahkan  pelaksanaannya  terkadang terjadi tanpa disadari. Namun, keduanya merupakan pendidikan yang dapat
berlangsung sepanjang hayat. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Marzuki 2010: 137 dalam bukunya “Pendidikan Non Formal”  yang menyatakan
pendidikan  informal  sebagai  proses  belajar  yang  berlangsung  sepanjang hayat dan terjadi pada setiap individu.
Menurut  Sihombing  2001:  1  sebelum  pendidikan  yang  bernama sekolah ada, Pendidikan luar sekolah sudah lebih dulu ada. Hal ini terbukti
dengan  adanya  upaya  transfer  ilmupengetahuan  secara  turun  temurun. Banyak  hal  yang  diberikan  orangtua  kepada  anaknya  dilakukan  melalui
kegiatan  yang  sifatnya  tidak  formal,  merupakan  bukti  adanya  pendidikan luar sekolah jauh sebelum pendidikan sekolahan. Pendidikan luar sekolah
lebih  banyak  berfokus  kepada  masyarakat  secara  langsung.  Hal  ini menyebabkan  pendidikan  luar  sekolah  memiliki  banyak  variasi,
pengembangan dalam pelaksanaan programnya dan tidak terbatas ruang dan waktu. Pendidikan luar sekolah lebih menonjolkan aspek kebermanfaatan
langsung  yang  dapat  diperoleh  peserta  didiknya  setelah  mengikuti pendidikan tersebut. Oleh karena itu, kebanyakan pendidikan luar sekolah
38 lebih menitikberatkan pembelajarannya pada pengembangan keterampilan
dan pemberdayaan masyarakat. Menurut  UU  Nomor  20  Tahun  2003  pasal  26  tentang  Sistem
Pendidikan  Nasional,  pendidikan  nonformal  diselenggarakan  bagi masyarakat  yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai
pengganti,  penambah,  danatau  pelengkap  pendidikan  formal  guna mendukung  pendidikan  sepanjang  hayat.  Contoh  dari  beberapa  program
pendidikan nonformal yang sudah banyak ditemukan yaitu pendidikan kejar paket, Taman Pendidikan Al-Quran TPA, lembaga pelatihan kerja, kursus,
bimbingan  belajar,  dan  masih  banyak  lainnya.  Lain  program  lain  pula sasarannya,  lain  pula  metode  yang  digunakan.  Begitulah  karakteristik
pendidikan  nonformal  yang  dianggap  lebih  sesuai  dengan  keadaan  dan kebutuhan dari sasarannya.
b. Tujuan Pendidikan Luar Sekolah
Menurut Sudjana 2004: 47 pendidikan luar sekolah memiliki tujuan untuk  mengembangkan  pengetahuan,  sikap,  keterampilan,  dan  nilai-nilai
yang memungkinkan bagi seseorang atau kelompok untuk berperan secara efektif  dan  efisien  di  lingkungan  keluarganya,  pekerjaannya,  masyarakat,
dan  bahkan  negaranya.  Pendidikan  luar  sekolah  berupaya  menyiapkan sumber  daya  manusia  yang  berkualitas  guna  mencapai  kehidupan  masa
depan yang lebih baik dengan mengoptimalkan potensi yang dimiliki. Oleh karena  sifatnya  yang  fleksibel,  maka  pendidikan  luar  sekolah  dianggap
39 mampu  menyentuh  lapisan  paling  bawah  masyarakat  yang  selama  ini
dianggap sebagai kaum yang tidak berdaya. Sejalan dengan pendapat diatas, tujuan pendidikan luar sekolah juga
tercantum dalam Peraturan Pemerintah No. 73 tahun 1991 Bab  II pasal  2 yang berbunyi :
1 Melayani  Warga  Belajar  supaya  dapat  tumbuh  dan  berkembang
sendini  mungkin  dan  sepanjang  hayatnya  guna  meningkatkan martabat dan mutu kehidupannya;
2 Membina  Warga  Belajar  agar  memiliki  pengetahuan,  keterampilan,
dan sikap mental yang diperlukan untuk mengembangkan diri, bekerja mencari nafkah, atau melanjutkan ketingkat yng lebih tinggi;
3 Memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat dipenuhi
dalam jalur pendidikan sekolah. Kesimpulannya,  pendidikan  luar  sekolah  merupakan  upaya  yang
diselenggarakan  guna  meningkatkan  kualitas  sumber  daya  semaksimal mungkin dengan tujuan agar masyarakat mampu mengoptimalkan potensi
yang dimiliki dalam rangka meningkatkan atau mewujudkan kesejahteraan sosialnya maupun negaranya.
5. Tinjauan tentang Kebun Binatang
a. Pengertian Kebun binatang
Kebun binatang merupakan tempat dimana binatang dipelihara dalam lingkungan  buatan  sehingga  dapat  dipertunjukkan  ke  khalayak  ramai.
40 Menurut  Abdullah  kebun  binatang  merupakan  taman  stwa  yang  artunya
tempat atau wadah dengan fungsi utama konservasi ex-situ yang melakukan usaha  perawatan  dan  penangkaran  berbagai  jenis  satwa  dalam  rangka
membentuk dan mengembangkan habitat baru sebagai sarana perlindungan dan pelestarian alam dalam Jurnal Biologi Edukasi  Online JBE, 2010.
Selain  fungsinya  sebagai  tempat  untuk  konservasi  seperti  yang  telah dijelaskan  diatas,  kebun  binatang  juga  dapat  pula  dimanfaatkan  sebagai
sarana memperoleh ilmu pengetahuan dan rekreasi. Oleh karena itu, kebun binatang sebagai lembaga konservasi mempunyai fungsi lebih dari sekedar
pengembangbiakan  dan  pelestarian  flora  serta  fauna.  Hal  tersebut  sesuai dengan  Peraturan  Menteri  Kehutanan  No.  P.31Menhut-II2012  tentang
lembaga  konservasi  yang  menyebutkan  bahwa  kebun  binatang  sebagai lembaga  konservasi  juga  memiliki  fungsi  sebagai  tempat  pendidikan,
peragaan, penitipan sementara, sumber indukan dan cadangan genetik untuk mendukung populasi in-situ, sarana rekreasi yang sehat serta penelitian dan
pengembangan ilmu pengetahuan. Dari  beberapa  pendapat  diatas,  dapat  disimpulkan  kebun  binatang
merupakan  tempat  konservasi  flora  maupun  fauna  yang  juga  memiliki fungsi sebagai sarana memperoleh ilmu pengetahuan. Segala sesuatu yang
tersedia  di  kebun  binatang  dapat  dijadikan  sebagai  sumber  belajar  yang dapat  memperkaya  pengetahuan  dan  wawasan  yang  dimiliki  individu.
Kegiatan yang berlangsung didalamnya bukan hanya yang sifatnya rekreatif saja, namun juga edukatif bagi pengunjung dan masyarakat pada umumnya.
41 b.
Wisata Belajar di Kebun Binatang Menurut Surakhmad dalam Suryaningsih 2012: 5 perjalanan wisata
dalam  rangka  belajar  merupakan  bentuk  pengalaman  yang  tidak  pernah dapat diabaikan begitu saja, karena karyawisata sesungguhnya memberikan
kesempatan pengalaman kongkrit secara terpimpin. Kegiatan wisata belajar merupakan  salah  satu  alternatif  pilihan  kegiatan  untuk  mengoptimalkan
penyampaian  materi  pembelajaran  oleh  pendidik.  Pengoptimalan  tersebut dikarenakan adanya integrasi materi pelajaran yang didapat siswa di kelas,
dengan pengalaman langsung yang didapat siswa ketika melakukan wisata belajar.  Hal  inilah  yang  mendasari  pentingnya  kegiatan  wisata  belajar
diinternalisasikan dalam kurikulum persekolahan. Metode  pembelajaran  secara  langsung  dan  nyata  memiliki  daya
rangsang  terhadap  kreativitas  anak  lebih  baik  jika  dibandingkan pembelajaran  monoton  yang  terjadi  di  kelas.  Menurut  Aditya  2015:  14
penggunaan  metode  pembelajaran  yang  berhubungan  langsung  dengan lingkungan sekitar akan meningkatkan daya kreativitas anak. Hal tersebut
berhubungan langsung dengan proses dan kemapuan siswa dalam menyerap pengetahuan yang disampaikan oleh pendidik.
Kebun  binatang  dianggap  mampu  menyediakan  sarana  pendidikan penunjang  kegiatan  pembelajaran  luar  sekolah.  Di  kebun  binatang,  siswa
dapat  bukan  hanya  mendapat  sumber  belajar  dari  binatang  saja,  proses interaksi dan sosialisasi yang terjadi antar pengunjung, pedangan, dan lain-
lain  dapat  pula  dijadikan  sumber  belajar  untuk  menumbuhkan  kepekaan
42 sosial  siswa.  Hal  ini  sesuai  dengan  pendapat  Rohani  1990:  19  yang
menyebutkan  bahwa  sumber  belajar  siswa  tidak  hanya  terbatas  pada  apa yang  disampaikan  guru  dan  ada  dalam  buku  tetapi  diperlukan  faktor
penunjang lain seperti metode, media, dan fasilitas-fasilitas lain termasuk lingkungan belajar.
Dari  beberapa  pendapat  diatas,  dapat  disimpulkan  bahwa  wisata belajar di kebun binatang merupakan sarana rekreasi yang sekaligus dapat
membelajarkan  bagi  anak-anak  untuk  mengoptimalkan  perkembangan aspek  kognitif,  afektif,  dan  psikomotorik  melalui  kegiatan  yang
menyenangkan dan membelajarkan. c.
Fungsi Wisata Belajar di Kebun Binatang Menurut  Pringle  dalam  Lai  2012:  91  kegiatan  belajar  di  kebun
binatang  memungkinkan  anak-anak  untuk  mengembangkan  pengetahuan tentang  binatang  dan  kesadaran  lingkungan  dalam  upayanya  menuju
lingkungan  yang  aman  untuk  mendorong  pengembangan  keterampilan sosial. Artinya, anak-anak dapat memanfaatkan lingkungan kebun binatang
sebagai sumber belajarnya dan memperoleh pengetahuan dan pengalaman sekaligus  dari  kegiatannya  tersebut.  Dari  kegiatan  eksploratif  itulah,
perkembangan  aspek  kognitif,  afektif,  dan  psikomotorik  anak  akan  dapat berjalan dengan seimbang. Selain ketiga aspek perkembangan tersebut, sisi
positif  lain  yaitu  anak-anak  akan  terbiasa  kreatif  dan  mandiri  dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi.
43 Wisata belajar dikebun binatang sebagai salah satu alternatif metode
pembelajaran  yang  dapat  diintegrasikan  kedalam  kurikulum  sekolah mengingat  pentingnya  kegiatan  sejenis  guna  meningkatkan  pengetahuan
dan wawasan yang dimiliki siswa. Menurut Moeslichatoen 2007: 72, anak yang  dibawa  ke  kebun  binatang  akan  memperoleh  pemahaman  penuh
tentang  bermacam  kehidupan  fauna  yang  ada  ditempat  tersebut  sehingga dapat  menciptakan  sikap  mencintai  binatang.  Tidak  terbatas  pada
mempelajari  bentuk  fisiknya  saja,  lebih  lanjut  anak-anak  dengan  arahan guru  ataupun  pendamping  pun  dapat  belajar  mengenai  karakteristik
binatang.  Karakteristik  binatang  dapat  pula  dijadikan  sebagai  sumber belajar tentang karakter bagi anak-anak. Karakter binatang misalnya gajah
yang setia, merpati yang sehidup semati dengan pasangannya, dan karakter- karakter binatang lainnya dapat diajarkan kepada anak sehingga anak dapat
membedakan karakter yang baik dan buruk dengan melihat karakter yang dimiliki binatang.
B. Penelitian yang Relevan