perluasan kecakapan sebagai pemegang rumah tangga dengan jalan menambah lapangan pengajaran, memperbaiki pendidikan serta
mempertinggi kecakapan-kecakapan keterampilan wanita yang bersifat khusus. Gerak kemajuan ini dilakukan secara perlahan. Selanjutnya,
kaum wanita terjun dalam politik praktis setelah kaum wanita ambil bagian dalam kegiatan Sarekat Islam, PNI serta organisasi politik lainnya.
Setelah terlaksananya Kongres Pemuda II tanggal 28 Oktober 1928, terdapat juga kecenderungan organisasi-organisasi puteri atau
kewanitaan untuk bersatu. Dalam Kongres Wanita Indonesia I di Yogyakarta yang dilaksanakan tanggal 22-25 Desember 1928, dihadiri
kurang lebih 9 organisasi dihasilkan suatu wadah persatuan wanita yang berbentuk federasi yaitu PPI Perserikatan Perempuan Indonesia. Dalam
kongresnya ke-2 tanggal 28-31 Desember 1930 nama PPI diubah menjadi PPPI Perserikatan Perhimpunan Isteri Indonesia.
3.10 Organisasi-Organisasi Pemuda
Kota-kota besar di Jawa, terutama Batavia atau Jakarta mempunyai daya tarik tersendiri sehingga pemerintah Hindia Belanda
menjadikan kota tersebut sebagai ibu kota NederlandscheIndie atau Hindia Belanda. Sebagai ibu kota tentunya Jakarta menjadi pusat
berbagai aktivitas dalam berbagai bidang termasuk politik, ekonomi, perdagangan, budaya, dan lain-lain. Seiring dengan hal itu, kota Jakarta
menjadi tempat dari berbagai daerah di Indonesia untuk mencari penghidupan yang lebih baik sehingga berkumpul berbagai suku bangsa
di kota tersebut. Pada saat nasionalisme Indonesia belum terbentuk, yang ada adalah
rasa kebersamaan atau solidaritas berdasarkan kedaerahan atau kesukuan. Nasionalisme regional atau lokal pada kesukuan seperti Jawa, Ambon, Batak,
Sunda, dan lainnya akhirnya sebagai salah satu modal munculnya nasionalisme Indonesia.
Setelah lahirnya organisasi Budi Utomo sebagai tonggak awal lahirnya organisasi modern di Indonesia maka organisasi-organisasi lain segera
tumbuh, antara lain organisasi kepemudaan yang berdasarkan semangat kedaerahan, seperti:
Trikoro Darmo
Pada tanggal 7 Maret 1915, para pemuda pelajar seperti Satiman, Kadarman, dan Sumardi mendirikan organisasi pemuda Trikoro Darmo,
artinya “tiga tujuan mulia”. Tiga tujuan tersebut meliputi Sakti, Budi, dan Bakti. Keanggotaan Trikoro Darmo adalah para pelajar yang berasal dari
Jawa dan Madura. Asas dan tujuan Trikoro Darmo adalah: 1 Menimbulkan pertalian di antara pelajar Bumiputera;
2 Menambah pengetahuan umum bagi anggotanya; dan 3 Membangkitkan perasaan terkait dengan bahasa dan Budaya
Hindia Indonesia Trikoro Darmo berkembang cukup pesat dengan membuka cabang di
berbagai kota di Jawa. Dalam kongres I di kota Solo, 12 Juni 1918 Trikoro Darmo berubah nama menjadi Jong Java yang artinya Pemuda Jawa.
Cita-cita Jong Java membina persatuan dan persaudaraan para pemuda pelajar Jawa dan sekitarnya.
Jong Sumatra Bond
Setelah munculnya Jong Java, diikuti organisasi pelajar lainnya yaitu Jong Sumatra Bond di Jakarta pada tanggal 2 Desember 1917.
Maksud dan tujuan dari organisasi itu adalah mempererat hubungan dan persaudaraan pelajar-pelajar dari pulau Sumatera. Kongres pertama Jong
Sumatera Bond dilakukan di Padang Sumatera Barat pada bulan Juli 1921.
Organisasi Pemuda yang Lain
Kecenderungan terbentuknya organisasi pelajar atau pemuda mempengaruhi pemuda suku bangsa lain untuk mendirikan organisasi
kepemudan atau pelajar sehingga muncul Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Batak, Jong Ambon, Jong Betawi, serta lainnya.
1. Sumpah Pemuda
Pada akhirnya muncul dorongan untuk menyatukan wadah perjuangan pemuda menjadi wadah bagi lahirnya semangat nasionalisme
Indonesia. Hal ini dipengaruhi adanya organisasi-organisasi sosial dan politik yang bersifat nasional dan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia seperti
Perhimpunan Indonesia, Indische Partij, PNI, dan lainnya sehingga lahir organisasi pemuda yang berasas kebangsaan seperti Jong Indonesia yang