menguntungkan perkembangan PI. Pada tahun 1925 dibuat anggaran dasar yang baru yang merupakan penegasan yang lebih jelas dari
perjuangan PI. Di dalamnya disebutkan bahwa kemerdekaan penuh bagi bangsa Indonesia dapat diperoleh dengan aksi bersama seluruh kaum
nasionalis dan berdasarkan kekuatan sendiri. Dalam konggres ke-6 Liga Demokrasi Internasional untuk Perdamaian pada bulan Agustus 1926 di
Paris Perancis, Muhammad Hatta yang mewakili PI dengan tegas menyatakan tuntutan untuk kemerdekaan Indonesia. PI juga ikut ambil
bagian dalam kongres Anti Kolonial Liga Anti Kolonial pada bulan Pebruari 1927 di Brussel Belgia. Delegasi Indonesia yang dipimpin
Muhammad Hatta menuntut agar menghapus kolonialisme di Indonesia serta melepaskan tokoh-tokoh Indonesia yang ditawan.
Kegiatan PI di tingkat internasional dianggap merugikan pemerintah Belanda sehingga muncul reaksi keras. Para tokoh PI dituduh
telah menghasut untuk melakukan pemberontakan sehingga pada tanggal 10 Juni 1927 empat tokoh PI yaitu Muhammad Hatta, Nazir
Pamuncak, Ali Sastroamidjojo, dan Abdulmajid Joyodiningrat ditahan namun mereka dibebaskan karena tidak adanya bukti yang lengkap
berkaitan dengan tuduhan dari pemerintah Belanda. Gerakan PI mempengaruhi organisasi pergerakan di Indonesia sehingga nanti lahir
partai-partai atau organisasi yang bersikap radikal terhadap kolonialisme seperti PNI dan lainnya.
3.7 Partai Komunis Indonesia PKI
Pada tanggal 4 Mei 1914 di Semarang berdiri sebuah organisasi yang bernama Indische Social Democratische Vereeniging ISDV.
Pendirinya adalah orang Belanda yang berfaham komunis, yaitu H.J.F.M. Sneevliet bersama J.A. Brandsteder, H.W.Dekker dan P. Bergsma.
Organisasi ini tidak mendapat sambutan dari rakyat sehingga namanya kemudian diubah menjadi Partai Komunis Hindia tanggal 20 Mei 1920.
Kemudian bulan Desember 1920 diubah menjadi Partai Komunis Indonesia PKI oleh Semaun ketua, Darsono wakil ketua, dan
Bergsma sekretaris. Untuk menarik minat masyarakat agar mau masuk dalam organisasi ini dilakukan penyusupan ke organisasi-organisasi yang
sudah ada, serta melakukan propaganda yang menggunakan ayat-ayat suci Al-Quran.
Organisasi ini melakukan kegiatan pemberontakan pada pemerintah Belanda. Namun pemberontakan yang kurang persiapan
tersebut dapat dipatahkan Belanda. Pemberontakan PKI tahun 1926- 1927 menyebabkan PKI dianggap sebagai partai terlarang oleh
pemerintah dan segala bentuk pergerakan ditekan oleh kolonial.
3.8 Partai Nasional Indonesia PNI
Setelah PKI dianggap sebagai partai terlarang oleh pemerintah kolonial, dirasa perlu adanya organisasi baru untuk menyalurkan aspirasi
masyarakat yang sulit ditampung oleh organisasi atau partai politik yang telah ada. Pengambil inisiatif gerakan ini adalah Ir. Sukarno yang pada
tahun 1925 mendirikan Algemeene Studie Club di Bandung. Perkumpulan ini yang di dalamnya terdapat mantan aktivis Perhimpunan Indonesia di
negeri Belanda yang telah kembali ke Indonesia, menempuh jalan non- kooperasi atau tidak bersedia untuk bekerja sama dengan pemerintah
kolonial. Pada tanggal 4 Juli 1927 atas inisiatif Algemeene Studie Club diadakan rapat untuk mendirikan Partai Nasional Indonesia yang dihadiri
oleh Ir. Sukarno, Cipto Mangunkusumo, Sujadi, Iskaq Cokrohadisuryo, Budiarto, dan Sunario. Dalam rapat tersebut, Cipto Mangunkusumo tidak
setuju dengan pembentukan partai baru sebab PKI baru saja ditindak oleh pemerintah akibat melakukan pemberontakan.
Dalam anggaran dasarnya, PNI menyatakan bahwa tujuan PNI adalah bekerja untuk kemerdekaan Indonesia. Tujuan ini akan dicapai
dengan asas “kepercayaan pada diri sendiri”, artinya memperbaiki keadaan politik, ekonomi, dan sosial dengan kekuatan sendiri antara lain
dengan mendirikan
sekolah-sekolah, poliklinik,
bank nasional,
perkumpulan koperasi, dan lain-lain. Hal ini berarti sikap PNI adalah non- kooperasi dengan pemerintah Hindia Belanda Notosusanto, 1975: 215.
PNI menolak bergabung dengan dewan-dewan yang dibentuk pemerintah seperti Volksraad Dewan Rakyat, Gemeenteraden Dewan-dewan
kotapraja, Provincieraden
Dewan-dewan propinsi
atau