Pengukuran Penilaian Evaluasi Penilaian

17 tercapai maka guru dapat melanjutkan materi. Penetapan hasil akhir dari tingkat ketercapaian ini adalah yang sering disebut dengan evaluasi sumatif.

2. Pengukuran

Pengukuran merupakan bilangan atau angka untuk menentukan besaran dari suatu objek ukur yang memiliki nilai. Menurut Reynolds, dkk 2010:3 dalam Kusaeri 2014:15 pengukuran didefinisikan sebagai sekumpulan aturan untuk menetapkan suatu bilangan yang mewakili objek, sifat atau karakteritik, atribut atau tingkah laku. Berdasarkan pendapat Reynolds dan Kusaeri dapat diambil kesimpulan bahwa pengukuran merupakan sebuah cara untuk mengetahui hasil dengan cara membandingkan suatu obyek ukur dengan alat ukur sebagai acuan hasil yang sudah tetap. Membandingkan suatu obyek ukur dengan alat ukur sebagai acuan pengukuran didukung oleh pendapat Djemari Mardapi 2008: 2 yang mengatakan bahwa pengukuran pada dasarnya merupakan kegiatan penentuan angka bagi suatu objek secara sistematik. Penentuan angka ini merupakan usaha menggambarkan karakteristik suatu objek. Pengukuran baik itu sifat atau benda dapat ditentukan dengan angka. Pengukuran baik sifat atau benda yang diukur dengan angka lebih baik dicari dengan kesalahan terkecil sehingga data yang diperoleh menjadi semakin akurat. Pada benda atau hal yang berkaitan dengan ilmu yang sudah ada di alam kesalahan sering kali terletak pada alat ukur yang digunakan sedangkan untuk sifat dan hal umum lain seperti permasalahan sosial kesalahan dapat disebabkan oleh alat ukur, cara melakukan pengukuran, dan objek yang diukur. 18 Pengukuran memiliki beberapa karakteristik, yang pertama pengukuran adalah perbandingan antara yang akan diukur dengan alat ukur yang digunakan. Kedua adalah pengukuran bersifat kuantitatif yaitu berupa angka untuk hasil pengukuran. Ketiga hasil pengukuran bersifat deskriptif yang sebatas memberikan hasil berupa angka dan tidak ada interpretasi lebih lanjut.

3. Penilaian

Penilaian tidak pernah lepas dengan pendidikan. Penilaian mempunyai peranan penting dalam penyelenggaraan pendidikan. Grounlund Linn 1990: 5 dalam Kusaeri 2014:16 mendefinisikan penilaian sebagai suatu proses yang sistematis dan mencakup kegiatan mengumpulkan, menganalisis, serta menginterpretasikan informasi untuk menentukan seberapa jauh seseorang atau kelompok siswa mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, baik aspek pengetahuan, sikap, maupun ketrampilan. Pemerintah sendiri menegaskan dalam Permendiknas 22 Tahun 2007 yang menyebutkan penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik. Pendidikan dapat berkembang baik apabila mempunyai penilaian yang baik dan pembelajaran yang baik dan kualitas yang terus ditingkatkan. Hasil penilaian yang baik menjadi penanda keberhasilan dari pembelajaran yang diberikan pada proses pendidikan. Penilaian yang baik harus mempunyai arah tujuan yang jelas dan terarah. Penilaian yang tidak ditentukan arah dan tujuan diadakan penilaian maka hasil yang diperoleh tidak akan valid. Oleh sebab itu maka dibutuhkan prinsip yang dapat memandu dan membantu dalam perancangan penilaian yang akan digunakan. Menurut Kusaeri 2014: 17, dalam penilaian ada beberapa prinsip 19 yang harus diketahui. Prinsip itu adalah: a proses penilaian bukan bagian yang terpisah dari proses pembelajaran; b penilaian harus mencerminkan dunia kerja bukan dunia sekolah; c penilaian harus menggunakan berbagai ukuran, metode, dan kriteria yang sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar; d penilaian harus bersifat holistik yang mencakup segala aspek dan tujuan pembelajaran afektif, kognitif, dan psikomotor. Penilaian pendidikan memiliki ranah beberapa ranah, yaitu afektif, kognitif, dan psikomotor. Ranah pada penilaian pendidikan memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lain. Penekanan pada tiap ranah itu berbeda antara satu dengan yang lain. Ranah kognitif ditekankan pada pemahaman suatu materi, ranah psikomotor adalah ranah yang ditekankan pada kinerja praktik, dan ranah afektif adalah ranah yang ditekankan pada sikap. Ranah afektif biasa mencakup minat, sikap, konsep diri, nilai dan moral. Ranah afektif sering ditanamkan ke ranah yang lain agar terjadi penanaman sikap dan moral yang baik. Ranah kognitif terkandung dalam mata pelajaran yang berisi tentang pengetahuan pada bidang tertentu. Ranah kognitif berhubungan erat dengan kecakapan berfikir yang mencakup kemampuan menghafal, menganalisis, memahami, mengaplikasi, menggabungkan dan evaluasi. Menurut Taksonomi Bloom Sax 1980 yang dikutip oleh Mimin Haryati 2009: 22 menyatakan bahwa kemampuan kognitif merupakan kemampuan berfikir secara hierarkis yang terdiri dari pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan aktifitas fisik, seperti menulis, presentasi, dan memasang instalasi. Menurut Bloom 1979 dalam Mimin Haryati 2009: 22, ranah psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang 20 pencapaiannya melalui ketrampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik. Ada dua macam acuan dalam penilaian yang sering digunakan dalam pendidikan, yaitu acuan norma dan acuan kriteria. Pada acuan norma digambarkan untuk kemampuan orang berbeda-beda dan digambarkan pada distribusi normal. Sedangkan untuk acuan kriteria digambarkan semua orang bisa melakukan segala sesuatu namun waktu pelaksanaan saja yang berbeda. Pada acuan norma sering digunakan untuk cakupan yang luas yaitu untuk bidang sosial, untuk acuan kriteria sendiri berbeda dengan acuan norma yang digunakan untuk masalah sosial yaitu untuk masalah yang berkaitan dengan urusan keteknikan. Djemari Mardapi, 2008

B. Penilaian Kinerja