Kajian Teori LANDASAN TEORI

10

BAB II LANDASAN TEORI

Bab II berisi kajian pustaka, penelitian yang relevan, kerangka berfikir dan daftar pertanyaan penelitian.

A. Kajian Teori

Kajian teori pada penelitian ini akan membahas teori-teori yang mendukng penelitian. 1. Tes a. Definisi Tes Tes merupakan salah satu alat untuk melakukan pengukuran, yaitu alat untuk mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek Widoyoko. 2009: 45. Menurut Djemari 2008:67 tes merupakan salah satu cara untuk menaksir besarnya kemampuan seseorang secara tidak langsung, yaitu melalui respons seseorang terhadap stimulus atau pertanyaan. Sudijono 2011: 66 mengungkapkan bahwa tes merupakan alat bantu atau prosedur yang digunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian. Dari pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa tes merupakan alat bantu yang berbentuk sebuah pertanyaan yang disusun secara sistematis yang bertujuan untuk pengukuran dan penilaian. b. Jenis-jenis tes Bentuk tes yang digunakan di lembaga pendidikan dilihat dari segi penskorannya dapat dibagi menjadi dua, yaitu tes objektif dan tes subjektif. a Tes Objektif Menurut Widoyoko 2009: 46, tes objektif memberi pengertian bahwa siapa saja yang memberikan lembar jawaban tes akan menghasilkan skor yang sama. Secara umum terdapat tiga tipe tes objektif, yaitu Benar salah True false, Menjodohkan Matching, dan Pilihan ganda Multiple choice. 1 Benar Salah True-False Tes tipe benar-salah true-false adalah tes yang butir soalnya terdiri dari pernyataan yang disertai dengan alternatif jawaban yaitu jawaban atau pernyataan yang benar dan yang salah Widoyoko. 2014: 119 2 Menjodohkan Matching Butir tes tipe menjodohkan ditulis dalam dua kolom atau kelompok. Kelompok pertama di sebelah kiri adalah pernyataanpertanyaan atau yang biasa disebut dengan premis. Kelompok kedua disebelah kanan adalah kelompok jawaban. Tugas PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI peserta tes adalah mencari dan menjodohkan jawaban-jawaban, sehingga sesuai atau cocok dengan pertanyaanpernyataan. 3 Pilihan Ganda Multiple Choice Tes pilihan ganda adalah tes dimana setiap butir soalnya memiliki jumlah alternatif jawaban lebih dari satu pilihan. Jumlah alternatif jawaban tidak oleh terlalu banyak, maksimal 5 alternatif jawaban. Apabila alternatif lebih dari lima maka akan sangat membingungkan bagi peserta tes, dan juga akan sangat menyulitkan penyusunan butir soal. b Tes Subjektif Tes subjektif adalah tes yang penskorannya dipengaruhi oleh pemberi skor. Jawaban yang sama dapat memiliki skor yang berbeda oleh pemberi skor yang berlainan Widoyoko. 2009: 46 c. Tes pilihan ganda Tes pilihan ganda adalah tes dimana setiap butir soalnya memiliki jumlah alternatif jawaban lebih dari satu dan pada umumnya jumlah alternatif jawaban berkisar antara 2 dua atau 5 lima Widoyoko. 2009: 59. Tes pilihan ganda dapat dibedakan menjadi lima model, yaitu : pilihan ganda sederhana, pilihan ganda analisis hungan antar hal, pilihan ganda analisis PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI kasus, pilihan ganda asosiasi, dan pilihan ganda dengan diagram, grafik, tabel, dan seagainya. Kelima ragam tes pilhan ganda tersebut pada dasarnya memiliki format atau struktur yang sama, yaitu memiliki soal atau stem dan memiliki pilihan jawaban atau option. Di antara pilihan jawaban tersebut, hanya memiliki satu kunci jawaban atau key yang merupakan jawaban yang benar dari soal yang di ajukan. Pilihan jawaban dalam multiple choice juga berfungsi sebagai pengecoh atau distractors. Suprananto 2012: 107 menjelaskan bahwa tes bentuk pilihan ganda merupakan soal yang jawabannya harus dipilih dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Secara umum setiap soal pilihan ganda terdiri dari pokok soal dan pilihan jaabn, pilihan jawaban terseut terdiri dari kunci jawaban dan pengecoh. Mardapi 2008: 71 memaparkan bahwa tes bentuk pilihan ganda adalah tes yang jawabannya dapat diperoleh dengan memilih alternatif jawaban yang disediakan. Dalam tes pilihan ganda, bentuk tes terdiri dari pernayaan pokok soal, alternatif jawaban yang mencakup kunci jawaban dan pengecoh. Dari pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa tes pilihan ganda multiple choice merupakan salah satu jenis tes objektif dimana jawaban harus dipilih dari beberapa pilihan jawaban yang terdiri dari kunci jawaban dan pengecoh. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI a Kelebihan Tes Pilihan Ganda 1 Tes pilihan ganda dapat digunakan untuk mengukur semua level pengetahuan, mulai dari pengetahuan yang sederhana sampai pengetahuan yang cukup kompleks seperti analisis kasus. 2 Tes pilihan ganda memerlukan waktu pengerjaan yang cukup singkat sehingga memungkinkan untuk membuat banyak butir soal dan dapat mencakup materi yang lebih luas dan mendalam 3 Penghitungan skor hasil tes dapat dilakukan secara objektif dan tidak ada unsur subjektif yang dapat mempengaruhi hasil tes. 4 Tipe butir soal pilihan ganda dapat disusun sedemikian rupa sehingga menuntut kemampuan peserta tes untuk menentukan jawaban yang paling benar. 5 Tes pilihan ganda dapat di uji terlebih dahulu untuk mencari kelemahan atau kekurangan dari butir soal kemudian dilakukan perbaikan atau analisis sebelumm diujikan kembali. 6 Tingkat kesulitan butir soal dapat disesuaikan dengan cara mengatur alternatif pilihan jawaban. Semakin mirip atau homogen alternatif jawaban maka tingkat kesulitan akan meningkat, sebaliknya jika tingkat kesamaan atau homogen dari alternatif jawaban menurun, maka tingkat kesulitan dari butir soal juga akan menurun. b Kekurangan Tes Pilihan Ganda 1 Dalam penyusunan butir soal cukup sulit, terutama dalam menentuukan pengecoh. Penguji cenderung hanya memiliki satu alternatif jawaban yaitu kunci jawaban, sedangkan untuk pengecoh penguji mencari sendiri dan cenderung tidak homogen sehingga butir soal memiliki nilai yang kurang dalam menguji kemampuan peserta tes. 2 Ada kecenderungan bahwa penguji menyusun butir soal dengan hanya mengukur aspek ingatan atau pengetahuan paling sederhana yaitu mengingat yang merupakan aspek paling rendah dalam ranah kognitif. 3 Kemungkinan siswa menentukan pilihan jawaban dengan cara menebak masih cukup besar. 2. Hasil Belajar a. Definisi belajar Menurut Jihad dan Abdul 2008: 1, belajar adalah kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan, hal ini berarti keberhasilan pencapaian tujuan tujuan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI pendidikan sangat bergantung pada keberhasilan proses belajar siswa di sekolah dan lingkungan sekitarnya. Sudjana Jihad, Abdul. 2008: 2 berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang, perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek yang ada pada individu yang belajar. Slameto Jihad, Abdul. 2008: 2 merumuskan belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakuakan oleh seseorang untuk memperoleh sebuah perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan sebuah kegiatan yang menyebabkan perubahan pengetahuan, keterampilan, pemahaman, sikap dan aspek-aspek lain. b. Ciri-ciri perilaku belajar Menurut Muhibbin dalam Jihad dan Abdul 2008: 6, adapun perubahan khas yang menjadi karakteristik perilaku belajar yang penting adalah: a Perubahan intensional dalam arti bukan pengalaman atau praktik yang dilakukan dengan sengaja dan disadari, atau dengan kata lain bukan kebetulan; b Perubahan positif dan aktif dalam arti baik, bermanfaat, serta sesuai dengan harapan. Adapun perubahan aktif artinya tidak terjadi dengan sendirinya seperti karena proses kematangan, tetapi karena usaha siswa itu sendiri; c Perubahan efektif dan fungsional dalam arti perubahan tersebut membawa pengaruh, makna, dan manfaat tertentu bagi siswa. Perubahan proses belajar fungsional dalam arti bahwa ia relatif menetap dan setiap saat apabila dibutuhkan, perubahan tersebut dapat diproduksi dan dimanfaatkan. Dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri perubahan dalam belajar meliputi perubahan yang bersifat: 1 Intensional disengaja; 2 Positif dan aktif bermanfaat dan atas hasil usaha sendiri; 3 Efektif dan fungsional berpengaruh dan mendorong timbulnya perubahan baru. 3. Tes Hasil Belajar a. Definisi tes hasil belajar Tes hasil belajar adalah slah satu jenis tes yang digunakan untuk mengukur perkemangan atau kemajuan belajar peserta didik Sudijono. 2011: 99. Haris 2012: 15 mengatakan bahwa tes hasil belajar merupakan cara mengukur tingkat penguasaan materi yang telah dipelajari sebelumnya. Purwanto 2009: 33 menyatakan bahwa tes hasil belajar merupakan tes yang dipergunakan untuk menilai hasil-hasil pelajaran yang telah diberikan dalam jangka waktu tertentu. Dari pendapat beberapa ahli diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian tes hasil belajar adalah tes yang digunakan untuk mengukur pengetahuan siswa berupa kemajuan dan perkembangan dari materi yang telah peserta didik pelajari dalam jangka waktu yang ditentukan. b. Ciri-ciri Tes Hasil Belajar Jihad dan Abdul 2008: 179 menyatakan bahwa sebuah tes dapat dikatakan baik sebagai alat ukur harus memenuhi persyaratan tes yaitu validitas, reliabilitas, daya beda, tingkat kesukaran. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI a Validitas Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya Azwar 2009: 5. Supranata 2004:50 menjelaskan bahwa validitas adalah suatu konsep berkaitan dengan sejauh mana tes telah mengukur apa yang seharusnya diukur. Masidjo 1995: 242 menyatakan bahwa validitas adalah taraf kemampuan tes mangukur yang seharusnya diukur. Dari pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa validitas adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur apa yag seharusnya diukur. Suatu tes dapat dikatakan valid apabila alat tersebut menjalankan fungsinya sesuai dengan apa yang harus diukur. Menurut jihad dan Abdul 2008: 179 sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebt dapat tepat mengukur apa yang hendak diukur. Sebelum soal bisa diujikan, harus dilakukan uji coba validitas yang terdiri dari : 1 Validitas isi dan konstruk, validitas ini dilakukan dengan tujuan untuk menentukan kesesuaian antara soal dengan materi ajar dengan tujuan yang ingin diukur atau dengan kisi-kisi yang kita buat. Validitas ini dilakukan dengan meminta pertimbangan dari para ahli pakar dalam bidang evaluasi atau ashli dalam bidang yang sedang diuji. 2 Validitas prediksi, validitas ini dimaksudkan agar hasil tes mampu memprediksi keberhasilan peserta didik di kemudian hari, misalny untuk ujian akhir atau lainnya. 3 Validitas empiris kriterium, validitas ini bertujuan untuk menentukan tingkat kehandalan soal. Dalam penentuan tingkat validitas butir butir soal digunakan korelasi product moment Pearson dengan mengkorelasikan antara skor yang didapat siswa pada suatu butir soal dengan skor total yang didapat. b Reliabilitas Azwar 2009: 4 mengemukakan bahwa reliabilitas berasal dari kata reliability. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi disebut sebagai pengukuran yang reliable. Hasil pengukuran dapat dipercaya apabila memberikan hasil tes yang tetap apabila diujikan secara berulang-ulang. Purwanto 2009: 154 menjelaskan bahwa reliabilitas merupakan akuransi yang dihasilkan oleh alat ukur dalam melakukan pengukuran. Alat ukur yang reliabel akan menghasilkan ukuran yang sebenarnya. Masidjo 1995: 208 menjelaskan bahwa reliabilitas adalah taraf kemampuan tes dalam menunjukkan konsistensi hasil pengukurannya yang diperlihatkan dalam taraf ketepatan dan ketelitian hasil. Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa reliabilitas merupakan keajegan atau ketetapan pada suatu alat ukur dalam menilai. 4. Daya Pembeda Arikunto 2015: 167 menjelaskan bahwa daya pembeda soal adalah kemampuuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai berkemampuan tinggi dengan siswa yang bodoh berkemampuan rendah. Daya beda digunakan untuk menentukan apakah butir soal tersebut memiliki kemampuan membedakan kelompok dari aspek yang diukur, sesuai dengan perbedaan yang ada pada kelompok tersebut Widoyoko. 2014: 136. Dijelaskan juga oleh Sudjana 2009: 141 bahwa tes dikatakan tidak memiliki daya pembeda apabila tes tersebut jika diujikan kepada anak berprestasi tinggi, hasil rendah, dan diberikan ke anak prestasi rendah hasilnya tinggi, atau diberikan kepada kedua kategori siswa tersebut hasilnya sama. Berdasarkan penjelasan beberapa ahli di atas , dapat disimpulkan bahwa daya pembeda merupakan kemampuan sebuah butir soal untuk mengkategorikan siswa mana yang memiliki kemampuan tinggi dan siswa mana yang memiliki kemampuan rendah dilihat dari berapa skor yang siswa peroleh. 5. Tingkat Kesukaran Menurut Sudjana 2009: 135 tingkat kesukaran soal dilidhat dari kesanggupan atau kemampuan siswa dalam menjawabnya, dan bukan dilihat dari sudut pandang guru sebagai pembuat soal. Hal ini dijelaskan pula oleh Arikunto 2012: 222 yang mengatakan bahwa soal yang baik adalah soal yang tingkat kesukarannya tidak terlalu mudah namun juga tidak terlalu sukar. Dalam hal ini pembuatan soal harus seimbang antar soal yang dikategorikan mudah, sedang dan soal yang dikategorikan sukar atau sulit. Menurut Sulistiyoini 2009: 174, salah satu dasar perbandingan jumlah soal setiap kategori yaitu dengan menggunakan pola 3-4-3, yaitu 30 dikategorikan dalam soal mudah, 40 dikategorikan soal sedang dan 30 dikategorikan dalam soal sukar atau sulit. Perbandingan lain yang bisa juga digunakan adalah 25-50-25 dimana 25 merupakan soal dengan kategori mudah, 50 soal dengan kategori sedang dan 25 soal dengan kategori sukar. Dari pendapat beberapa ahli di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat kesukaran adalah proporsi atau peluang siswa untuk menjawab soal PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dengan benar. Tingkat kesukaran yang baik adalah apabila soal tidak terlalu mudah dan juga tidak terlalu sulit untuk dikerjakan oleh siswa. 6. Analisis Pengecoh Suprananta 2009:43 mengatakan bahwa pengecoh berfungsi sebagai pengidentifikasi peserta tes yang berkemampuan tinggi. Pengecoh terdapat dalam pilihan jawaban yang disediakan , dimana dalam pilihan jawaban terdapat 1 satu kunci jawaban dan sisanya merupakan pengecoh bagi peserta tes. Pengecoh disctractor dikenal juga sebagai penyesat atau penggoda adalah plilihan jawaban yang bukan merupakan kunci jawaban Purwanto. 2009:108. Tujan utama dari pengecoh pada suatu tes pilihan ganda yaitu supaya dari sekian banyak responden yang mengikuti tes hasil belajar ada yang tertarik uuntuk memilihnya, sebab responden akan menyangka bahwa pengecoh yang dipilihnya merupakan kunci jawaban Sudjiono. 2011: 410. Dari pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pengecoh merupakan salah satu dari dua komponen yang terdapat dalam opsi atau pilihan jawaban yang bertujuan untuk mengecoh dan menggoda siswa untuk memilih jawaban lain selain kunci jawaban. 7. Pengembangan Tes Hasil Belajar Purwanto 2009: 82 menyatakan bahwa prosedur pengembangan tea hasil belajar ada 7 tujuh langkah, yaitu: a. Identifikasi hasil belajar Hasil belajar harus diidentifikasi bidang studi yang hendak diukur hasil belajarnya. b. Deskripsi materi Dalam pengumpulan data atas gejala alam, obyek kajian adalah obyek-obyek alam, sedangkan hasil belajr dalam pendidikan obyek-obyek kajiannya adalah perilaku siswa dalam suatu hasil belajar. c. Pengembangan spesifikasi Spesifikasi yan dikembangkan menyangkut penentuan jenis tes hasil belajar, banyak butir tes hasil belajar, waktu uji coba, peserta uji coba, aturan skoring, kriteria uji coba, tujuan instruksional umum, tujuan instruksional khusu dan menyusun kisi-kisi tes. d. Menuliskan butir-butir tes dan kunci jawaban Butir-butir tes ditulis untuk mengukur variabel dengan berpedoman pada kisi-kisi. e. Mengumpulkan data uji coba hasil belajar Pengumpulan data uji coba dilakukan dengan mengujikan instrumen uji coba tes hasil belajar yang ditulis berdasarkan kisi-kisi. f. Uji kualitas tes hasil belajar Butir tes hasil belajar yang ditulis berdasarka kisi-kisi adalah butir soal yang secara teori bai. Kegiatan uji coba kualitas dilakukan untuk menjamin bahwa tes hasil belajar layak sebagai sebuah alat ukur. g. Kompilasi tes Kompilasi tes adalah menyusun kembali butir setelah uji coba dengan membuang butir yang jelek dan menata butir yang baik. Mardapi 2008: 88 menyatakan bahwa langkah pengembangan tes ada sembilan, yaitu: a. Menyusun spesifikasi tes Menyusun spesifikasi tes mencakup kegiatan menentukkan tujuan tes, menyusun kisi-kisi tes, memilih bentuk tes, dan menentukan panjang tes. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI b. Menulis soal tes Penulisan soal merupakan lanhkah menjabarkan indikator menjadi pertanyaan-pertanyaan yang karakterisitiknya sesuai dengan perincian pada kisi-kisi yang telah dibuat. c. Menelaah soal tes Menelaah soal tes dilakukan untuk memperbaiki soal jika ternyata dalam pembuatannya masih ditemukan kekurangan atau kesalahan. d. Melakukan uji coba tes Uji coba digunakan sebagai sarana memperoleh data empirik tentang tingkat kebaikan soal yang telah disusun. e. Menganalisis butir soal Analisis butir soal dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaran butir soal, daya pembeda, dan juga efektivitas pengecoh. f. Memperbaiki tes Langkah ini dilakukan untuk memperbaiki masing-masing soal yang ternyata masih belum baik. g. Merakit tes Dalam hal merakit soal, hal-hal yang dapat dipengarui validitas soal, seperti nomor urut soal, pengelompokan bentuk soal, lay out, dan sebagainya. h. Melaksanakan tes Hasil tes menghasilkan data kuantitatif berupa skor. Skor ditafsirkan menjadi nilai dengan kriteria rendah, tengah, atau tinggi. Berdasarkan dua teori di atas dapat peneliti simulkan bahwa prosedur pengembangan tes hasil belajar ada 9 sembilan, yaitu; 1 identifikasi hasil belajar; 2 menulis soal tes; 3 menelaah soal tes; 4 melakukan uji coba tes; 5 menganalisi kualitas soal; 6 memperbaiki tes; 7 menyusun tes yang baik; 8 melakukan uji coba tes kembali; dan 9 menafsirka hasil tes. 8. Matematika Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 2008: 888, matematika adlah ilmu yang mempelajari tentang bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan. Susanto 2013: 185 menjelaskan bahwa matematika merupakan salah satu disiplin ilmr yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan berpendapat, serta memberikan kontribusi dalam pemecahan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI masalah sehari-hari. Menurut Ruseffendi dalam Heruman 2007: 1 menyatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang pola keteraturan, struktur yang terorgasisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil. Dari definisi beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan ilmu yang mempelajari tentang bilangan dan pengetahuan yang berkaitan dengan berbagai struktur abstrak dan hubungan-hubungan antar struktur tersebut. 9. Program TAP Test Analysis Program TAP dirancang sebagai paket yang kuat dan mudah digunakan. Sebagai analisis tes, pengguna dapat memasukkan data nilai ujian dalam format teks atau memasukkan data tes langsung ke dalam program. Pengguna dapat mengatur berbagai parameter data sampel, termasuk kesulitan tes, jumlah skor, jumlah item tes, dan jumlah kemungkinan jawaban per item Lewis dalam Wirastri, 2014: 36. Lawis dalam Wirastri, 2014:43 menyatkan bahwa program TAP dapat digunakan untuk menganalisis: a. Total nilai yang didapat siswa untuk mengetahui rata-rata atau maen, maksimum nilai yang didapatkan, minimal nilai yang didapatkan, serta standar deviasi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI b. Tingkat kesukaran item untuk mengetahui tingkat kesulitan soal, apakah termasuk soal yang mudah, sedang ataukan soal yang sulit c. Daya pembeda soal untuk mengetahui apakah soal tersebut dapat membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah dilihat dari skor yang didapatkan siswa d. Tingkat validitas soal yang digunakan untuk melihat apakah soal tersebut valid atau tidak e. Kualitas pengecoh pada pilihan jawaban soal untuk mengetahui apakah pengecoh berfungsi dengan baik. Berdasarkan pendapat tokoh di atas dapat disimpulkan bahwa program TAP dapat digunakan untuk menganalisis tingkat kesukaran, daya beda, pengecoh, validitas, dan reliabilitas. 10. Taksonomi Bloom yang Direvisi Anderson dan Krathwohl 2010: 6 menyatakan bahwa Taksonomi adalah sebuah kerangka. Taksonomi tes hasil belajar ini akan membahas teksonomi bloom yang telah direvisi. Taksonomi bloom hanya mempunyai satu dimensi, sedangkan taksonomi resvisi ini memiliki dua dimensi. Sebagaimana telah disebutkan dalam paragraf sebelumnya, dua dimensi itu adalah proses kognitif dan pengembangan. Kategori-kategori pada dimensi proses kognitif merupakan pengklasifikasian proses-proses kognitif siswa secara komprehensif yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI terdapat dalam tujuan-tujuan pendidikan yang meliputi mengingat, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta Anderson Krathwohl, 2010: 43. Kategori tersebut adalah: a. Mengingat Proses kognitif dalam kategori mengingat meliputi mengenali dan mengingat kembali Anderson Krathwohl, 2010: 104 b. Memahami Memahami adalah suatu proses mengkonstruksikan makna dari pesan-pesan pembelajaran, baik yang bersifat lisan, tulisan atapun grafis Anderson Krathwohl, 2010: 105. c. Mengaplikasikan Mengaplikasikan merupakan salah satu proses kognitif yang melibatkan penggunaan prosedur-prosedur tertentu untuk mengerjakan soal latihan atau menyelesaikan masalah Anderson Krathwohl, 2010: 106. d. Menganalisis Menganalisis merupakan salah satu proses kognitif yang melibatkan kegiatan memecah-mecahkan materi menjadi bagian-bagian kecil. Bagian-bagian kecil tersebut dapat menentukan bagaimana hubungan antar bagian, antara setiap bagian, dan struktur keseluruhan yang membentuk materi tersebut Anderson Krathwohl, 2010: 120. e. Mengevaluasi Mengevaluasi adalah kegiatan yang berkaitan dengan membuat keputusan berdasarkan kriteri dan standar-standar tertentu. Proses kognitif mengevaluasi ini mencakup dua kategori yakni memeriksa dan mengkritik Anderson Krathwohl, 2010: 125. f. Mencipta Mencipta adalah kegiatan yang melibatkan proses menyusun elemen-elemen menjadi sebuah keseluruhan yang utuh dan koheren atau fungsional Anderson Krathwohl, 2010: 128. Tujuan kegiatan mencipta ini adalah menuntut siswa untuk dapat membuat produk baru dengan menyusun kembali sejumlah elemen atau bagian menjadi suatu pola ayau struktur yang belum pernah ada sebelumnya. Proses mencipta ini memiliki kategori, yaitu: merumuskan, merencanakan dan memproduksi Anderson Krathwohl, 2010: 130. Berdasarkan penjelasan tokoh diatas, terdapat enam tingkatan proses kognitif dalam taksonomi Bloom yang sudah direvisi. Keenam proses kognitif tersebut adalah mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

B. Penelitian yang Relevan