1.5.3 memecahkan
masalah tentang nilai mata uang
C4 20, 21,
22, 23, 24
1.5.4 mengidentifikasi
soal cerita yang berkaitan
dengan uang C1
25, 26,
1.5.5 menyelidiki
jumlah harga dari sekelompok
barang yang dibeli atau dijual
C3 27, 28,
29, 30
F. Teknik Analasis Data
Dalam penelitian ini data yang akan dianalisis yaitu data kualitatif yang berupa hasil wawancara peneliti serta dari kritik dan saran dari para ahli atau
validator. Sedangkan data kuantitaif dari penelitian ini berupa validasi produk oleh ahli atau validator dan hasil analisis butir soal.
1. Data Kualitatif Data kualitatif dari penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara
dengan ahli yaitu guru kelas III SD N Caturtunggal 1 dan guru kelas III SD N Caturtunggal 3. Data kualittaif juga berasal dari saran serta kritik yang
diperoleh peneliti dari para ahli. Data dianalisis oleh peneliti dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mmembuat kesimpulan dari hasil wawancara serta kritik dan saran yang diberikan oleh ahli. Hasil dari data kualitatif digunakan oleh peneliti sebagai
acuan dalam perbaikan produk yang dibuat. 2. Data Kuantitatif
Data kuantitatif dalam penelitian ini digunakan untuk uji kelayakann tes hasil belajar. Data kuantitatif berasal dari penilaian validator ahli. Data
hasil juga diperoleh dari analisis butir soal yang mencangkup validitas, reliabilitas, daya beda, tingkat kesukaran, serta pengecoh.
a. Validator Ahli Data kuantitatif yang diperoleh dari keempat validator ahli tersebut akan
dianalisis sebagai hasil dari validitas isi, seperti tabel dibawah ini Widoyoko, 2015: 69.
Tabel 3.4 Kualifikasi Skor Validator Ahli Interval Tingkat Pencapaian
Kualifikasi 3,25 M
≤ 4,00 Sangat Baik
2,50 M≤ 3,25 Baik
1,75 M≤ 2,50 Kurang Baik
0,00 M≤ 1,75 Tidak Baik
Keterangan : M=Rata-rata skor pada setiap aspek yang dinilai PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Dari tabel diatas produk yang layak digunakan jika interval tingkat pencapaian mencapai 2,50M3,25 dengan kualifikasi baik atau tingkat
pencapaian mencapai 3,25M4,00 dengan kualifikasi sangat baik. b. Analisis Butir Soal
Data kuantitatif dalam penelitian ini juga berasal dari tes hasil belajar siswa. Dalam melakukan analisis data, peneliti menggunakan program
TAP Test Analysis Program. 1 Validitas
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan
fungsi ukurnya Azwar 2009: 5. Suprananta 2004:50 menjelaskan bahwa validitas adalah suatu konsep berkaitan dengan sejauh mana tes
telah mengukur apa yang seharusnya diukur. Masidjo 1995: 242. menyatakan bahwa validitas adalah taraf kemampuan tes mangukur
yang seharusnya diukur. Peneliti dalam menganalisis validitas menggunakan program TAP dengan teknik korelasi poin bisserial.
Menurut Sugiyono 2010: 258 item yang dapat dikatakan valid adalah item yang mempunyai nilai nilai
dengan atas dasar taraf signifikan yang digunakan sebesar 5 atau 0,05.
adalah r yang diperoleh dari hasil TAP sama dengan atau lebih besar dari r dalam
tabel signifikansi. Rumus yang digunakan untuk mencari point bisserial menurut Sudijono 2009: 258 adalah sebagai berikut :
Keterangan = koefisien korelasi biserwal
= rerata dari subjek yang menjawab benar bagi item yang dicari validitasnya
= rerata skor total = standar deviasi dari skor total proposisi
= = proporsi siswa yang menjawab salah q = 1-q
Berdasarkan pada tabel signifikansi, pada taraf
signifikan 5 dengan jumlah siswa N = 30 adalah 0,361. Maka soal dikatakan valid jika nilai itemnya mencapai minimal 0,361. Intepretasi
validitas dibagi menjadi 5 Masidjo, 1995: 243: Tabel 3.5 Kriteria Validitas
Koefisien Korelasi Kualifikasi
0,91-1.00 Sangat Tinggi
0,71-0,90 Tinggi
0,41-0,70 Cukup
0,21-0,40 Rendah
Negatif-0,20 Sangat Rendah
Gambar 3.3 Hasil Analisis validitas pada Program TAP Keterangan : = hasil uji validitas TAP
2 Reliabilitas Azwar 2009: 4 mengemukakan bahwa reliabilitas berasal dari
kata reliability. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi disebut sebagai pengukuran yang reliable. Hasil pengukuran dapat dipercaya
apabila memberikan hasil tes yang tetap apabila diujikan secara berulang-ulang. Purwanto 2009: 154 menjelaskan bahwa reliabilitas
merupakan akuransi yang dihasilkan oleh alat ukur dalam melakukan pengukuran. Alat ukur yang reliabel akan menghasilkan ukuran yang
sebenarnya. Dalam penelitian ini, uji reliabilitas yang digunakan oleh
peneliti adalah metode belah dua atau Split-half Method. Metode ini dilaksanakan dengan cara membelah item tes menjadi dua bagian.
Langkah pertama menggunkan rumus product moment dengan angka kasar adalah sebagai berikut Arikunto, 2013: 213:
R
x y
Keterangan : R
xy =
koefisien korelasi antara variabel x dan y X
= Skor butir soal ganjil Y
= Skor butir soal genap N
= Jumlah responden
Langkah kedua menggunkan formula Spearman-Brown sebagai berikut Arikunto, 2013: 223 :
Keterangan = koefisien reliabilitas penuh instrumen
= koefisien reliabilitas setengah instrumen Masidjo 1995: 208 menjelaskan bahwa reliabilitas adalah
taraf kemampuan tes dalam menunjukkan konsistensi hasil pengukurannya yang diperlihatkan dalam taraf ketepatan dan
ketelitian hasil. Berikut adalah rumus yang digunakan untuk mencari koefisien korelasi antara variabel x dan y :
R
xy
= Keterangan
R
xy =
koefisien korelasi antara variabel x dan y X
= Skor butir soal ganjil Y
= Skor butir soal genap N
= Jumlah responden Menurut Masidjo 1995: 209, interprestasi reliabilitas dibagi menjadi 5 yakni:
Tabel 3.6 Kriteria Reliabilitas
Koefisien Korelasi Kualifikasi
0,91-1,00 Sangat Tinggi
0,71-0,90 Tinggi
0,41-0,70 Cukup
0,21-0,40 Rendah
Negatif-0,20 Sangat Rendah
Penelitian menetapkan item yang lolos yaitu item yang mencapai minimum r = 0,41 dalam kategori cukup.
Gambar 3.4 Hasil Analisis Reliabilitas pada Program TAP
Keterangan : = hasil uji reliabilitas TAP PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3 Daya Beda Arikunto 2015: 167 menjelaskan bahwa daya pembeda soal
adalah kemampuuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai berkemampuan tinggi dengan siswa yang bodoh
berkemampuan rendah. Daya beda digunakan untuk menentukan apakah butir soal tersebut memiliki kemampuan membedakan
kelompok dari aspek yang diukur, sesuai dengan perbedaan yang ada pada kelompok tersebut Widoyoko. 2014: 136. Dijelaskan
juga oleh Sudjana 2009: 141 bahwa tes dikatakantidak memiliki daya pembeda apabila tes tersebut jika diujikan kepada anak
berprestasi tinggi, hasil rendah, dan diberikan ke anak prestasi rendah hasilnya tinggi, atau diberikan kepada kedua kategori siswa
tersebut hasilnya sama. Angka yang menunjukkan besarnya daya beda disebut dengan
indeks diskriminasi, disingkat “D”. Indeks diskriminasi berkisar antara 0,00 sampai dengan 1,00.
-1,00 0,00
1,00 negatif
rendah tinggi
Berikut merupakan rumus yang digunakan ntuk mencari daya pembeda menurut Kelley dalam Supranata 2005
D = Indeks daya pembeda B
A
= Jumlah jawaban benar butir soal tertentu siswa kelompok atas
B
B
= Jumlah jawaban benar butir soal tertentu siswa kelompok bawah
N
A
= Banyak siswa kelompok atas N
B
= Banyak siswa kelompok bawah Klasifikasi daya pembeda menurut Arikunto 2012: 232
adalah sebagai berikut: Tabel 3.7 Kriteria Daya Pembeda
Rentang Nilai Kategori
0,00-0,20 Jelek poor
0,21-0,40 Cukupsatistifactory
0,41-0,70 Baik good
0,71-1,00 Baik sekali excellent
Negatif Semua tidak baik, dibuang
Berdasarkan tabel kriteria daya pembeda diatas, peneliti menggunakan kriteria tersebut untuk membedakan siswa
kelompok atas dengan siswa kelompok bawah. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 3.5 Hasil daya pembeda program TAP
Keterangan : = hail uji daya pembeda pada TAP
4 Tingkat Kesukaran Menurut Sudjana 2009: 135 tingkat kesukaran soal dilidhat
dari kesanggupan atau kemampuan siswa dalam menjawabnya, dan bukan dilihat dari sudut pandang guru sebagai pembuat soal.
Hal ini dijelaskan pula oleh Arikunto 2012: 222 yang mengatakan bahwa soal yang baik adalah soal yang tingkst
kesukarannya tidak terlalu mudah namun juga tidak terlalu sukar. Dalam hal ini pembuatan soal harus seimbang antar soal yang
dikategorikan mudah, sedang dan soal yang dikategorikan sukar atau sulit. Menurut Sulistiyoini 2009: 174, salah satu dasar
perbandingan jumlah soal setiap kategori yaitu dengan menggunakan pola 3-4-3, yaitu 30 dikategorikan dalam soal
mudah, 40 dikategorikan soal sedang dan 30 dikategorikan dalam soal sukar atau sulit. Perbandingan lain yang bisa juga
digunakan adalah 25-50-25 dimana 25 merupakan soal dengan kategori mudah, 50 soal dengan kategori sedang dan 25 soal
dengan kategori sukar. Bilangan yang menunjukkan tingkat kesukaran sebuah soal disebut dengan Indeks Kesukaraan.
Besarnya indeks kesukaran berkisar antara 0,00 sampai dengan 1,00. Apabila indeks kesukaran sebuah soal besarnya 0,00 maka
soal tersebut dikategorikan sangat mudah, dan apabila indeks kesukaran sebuah soal besarnya 1,00 maka soal tersebut
dikategorikan sangat sulit. Berikut ini adalah rumus tingkat kesukaran menurut Kusaeri 2014:106. Rumus mencari tingkat
kesukaran menurut Arikunto 2012: 223 adalah sebagai berikut:
Keterangan : P = Indeks Kesukaran
B = Banyak siswa yang menjawab soal dengan benar JS= Jumlah seluruh siswa peserta tes
Menurut Arikunto 2012: 225, secara umum indeks kesukaran dapat diklasifikasi sebagai berikut:
Tabel 3.8 Klasifikasi Tingkat Kesukaran
Rentang nilai Kategori
0,00-0,30 Sukar
0,31-0,70 Sedang
0,71-1,00 Mudah
Gambar 3.6 Hasil tingkat kesukaran pada program TAP
Keterangan : = hasil uji tingkat kesukaran pada TAP 5 Pengecoh
Suprananta 2009:43 mengatakan bahwa pengecoh berfungsi sebagai pengidentifikasi peserta tes yang berkemampuan tinggi.
Pengecoh terdapat dalam pilihan jawaban yang disediakan , dimana dalam pilihan jawaban terdapat 1 satu kunci jawaban dan
sisanya merupakan pengecoh bagi peserta tes. Pengecoh disctractor dikenal juga sebagai penyesat atau penggoda adalah
plilihan jawaban yang bukan merupakan kunci jawaban Purwanto. 2009:108. Tujan utama dari pengecoh pada suatu tes pilihan
ganda yaitu supaya dari sekian banyak responden yang mengikuti tes hasil belajar ada yang tertarik uuntuk memilihnya, sebab
responden akan menyangka bahwa pengecoh yang dipilihnya merupakan kunci jawaban Sudjiono. 2011: 410.
Arikunto 2012: 234 berpendapat bahwa distraktor dikatakan dapat berfungsi dengan baik apabila pengecoh paling sedikit
dipilih 5 dari pengikut tes. Pengecoh yang terdapat pada soal diharpkan dapat berfungsi semua dam apabila pengecoh tidak
berungsi secara maksimal, maka peneliti akan melakukan revisi pada pengecoh yang kurang berfungsi. Peneliti pada penelitian ini
menggunakan skor 5 atau apabila dikonversikan kedalam bentuk desimal menjadi 0,05 untuk menentukan batas minimal kriteria
pengecoh yang baik. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 3.7 Hasil analisis pengecoh program TAP
Keterangan : = hasil uji tingkat kesukaran pada TAP PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN