Penyebab dan Penyelamatan Non Performing Loan

2.1.8 Penyebab dan Penyelamatan Non Performing Loan

Persoalan pokok dalam Non Performing Loan adalah ketidaksediaan debitur untuk melunasi atau ketidaksanggupan untuk memperoleh pendapatan yang cukup untuk melunasi kredit yang telah disepakati. Menurut Tjoekam 2001:264 ada beberapa faktor penyebab kredit bermasalah antara lain : a. Kondisi keuangan debitur Meliputi : pasar, kuantitaskualitas produksi, harga, cashflow, persaingan barang subsitusi, market share, piutang, utang dan lain-lain b. Kegiatan usaha Meliputi : produk mudah ditiru, prospek kedepan, mitra usaha, teknologi dan lain-lain c. Sikap debitur Meliputi : sikap transparan, komunikatif, managerial skil, hubungan dengan kreditur dan lain sebagainya d. Sikap kreditur Meliputi : penguasaan bidang usaha debitur prinsip kehati-hatian, kepercayaan, negoisasi dan sebagainya e. Keadaan Lingkungan Meliputi : kondisi ekonomi moneter, deregulasi, tingkat suku bunga, kondisi politik, ekonomi, sosial dan budaya Universitas Sumatera Utara Siamat 2001:175-177 menyatakan ada dua faktor utama penyebab terjadinya kredit bermasalah yaitu : a. Faktor Internal, antara lain : 1. Kebijakan perkreditan yang ekspansif Yaitu dengan menetapkan sejumlah target kredit yang harus dicapai untuk kurun waktu tertentu karena kreditur memiliki kelebihan dana. Akibatnya tidak lagi selektif memilih calon debitur dan kurang menerapkan prinsip- prinsip perkreditan yang sehat. 2. Penyimpangan dalam pelaksanaan prosedur perkreditan Berupa kurang disiplinnya penerapan prosedur perkreditan sesuai dengan pedoman dan tata cara pemberian kredit . Hal ini disebabkan karena jumlah dan kualitas sumber daya manusia yang menangani kredit kurang memadai. 3. Lemahnya sistem administrasi dan pengawasan kredit Dapat dilihat dari dokumen kredit yang seharusnya diminta dari debitur tetapi tidak dilakukan oleh kreditur, sehingga menyebabkan yang secara potensial akan mengalami masalah tidak dapat dilacak secara dini, sehingga bank terlambat melakukan langkah-langkah pencegahan. 4. Lemahnya sistem informasi kredit Lemahnya sistem informasi kredit akan memperlemah keakuratan pelaporan yang pada gilirannya akan sulit melakukan deteksi dini dan dapat menyebabkan terlambatnya pengambilan langkah-langkah pencegahan kredit bermasalah. Universitas Sumatera Utara 5. Itikat kurang baik dari pihak kreditur Misalnya petugas kreditur sering kali memanfaatkan keberdaannya untuk kepentingan kelompok bisnisnya dengan sengaja melanggar ketentuan- ketentuan yang berlaku. b. Faktor Eksternal, antara lain : 1. Penurunan kegiatan ekonomi dan tingginya tingkat bunga kredit Dapat diakibatkan oleh adanya kebijakan penyejukan ekonomi atau akibat kebijakan uang ketat yang dilakukan oleh Bank Indonesia sehingga tingkat bunga naik yang pada gilirannya debitur tidak lagi mampu membayar cicilan pokok dan bunga kredit. 2. Pemanfaatan iklim persaingan yang tidak sehat oleh debitur Dengan cara memperoleh kredit melebihi jumlah yang diperlukan dan untuk usaha yang tidak jelas atau untuk spekulatif. 3. Kegagalan usaha debitur Dapat terjadi karena sifat usaha debitur sensitif terhadap pengaruh eksternal. 4. Debitur mengalami musibah Misalnya meninggal dunia, lokasi usahanya mengalami kebakaran atau kerusakan sementara usaha debitur tidak dilindungi dengan asuransi. Universitas Sumatera Utara Penyelamatan kredit merupakan usaha yang dilakukan kreditur terhadap kredit yang digolongkan sebagai kredit bermasalah. Penyelamatan kredit dimaksudkan sebagai upaya terakhir untuk menyelesaikan kredit yang tergolong kredit bermasalah atau non performing loan setelah semua upaya pembinaan kredit dilakukan. Ada empat cara pendekatan yang dapat dipertimbangkan dalam upaya penyelamatan kredit bermasalah antara lain : a. Rescheduling Penjadwalan Ulang Yaitu perubahan persyaratan kredit yang hanya menyangkut jadwal pembayaran dan atau jangka waktu kredit. Kredit yang memperoleh fasilitas rescheduling ini hanyalah debitur yang memenuhi persyaratan tertentu antara lain misalnya usaha debitur memiliki prospek untuk bangkit kembali, debitur menunjukkan itikat baik yaitu memiliki willingness to pay dan adanya keyakinan bahwa debitur tetap berminat dan berniat untuk terus mengelola usahanya. Dalam proses rescheduling ini tunggakan pokok dan bunga dijumlahkan untuk kemudian dijadwalkan kembali pembayarannya sehingga untuk itu dibuat perjanjian reschudling tersendiri. b. Reconditioning Persyaratan Ulang Yaitu perubahan sebagian atau seluruh syarat-syarat kredit kredit yang tidak terbatas pada perubahan jadwal pembayaran, jangka waktu dan atau persyaratan lainnya sepanjang tidak menyangkut perubahan maksimum kredit. Dalam reconditioning ini dapat pula diberikan kepada debitur keringanan berupa pembebasan sebagian bunga tertunggak atau penghentian perhitungan bunga bagi debitur yang bersifat jujur, terbuka dan cooperative Universitas Sumatera Utara serta usahanya masih potensial dapat beroperasi dengan menguntungkan namun mengalami kesulitan keuangan. c. Restructuring Penataan Ulang Yaitu perubahan syarat-syarat kredit yang menyangkut penambahan dana bank, konversi seluruh atau sebagian tunggakan bunga menjadi pokok kredit baru dan atau konversi seluruh atau sebagian dari kredit menjadi penyertaan dalam perusahaan, yang dapat disertai dengan penjadwalan kemali dan atau persyaratan kembali. d. Eksekusi Barang Jaminan Yaitu penjualan barang-barang yang dijadikan jaminan dalam rangka pelunasan hutang. Pelaksanaan ini dilakukan terhadap kategori kredit yang memang benar-benar usaha debitur sudah tidak dapat lagi dibantu untuk disehatkan kembali atau usaha nasabah yang sudah tidak memiliki prospek untuk dikembangkan. Universitas Sumatera Utara

2.2. Penelitian Terdahulu