1. Komponen pertumbuhan nasional national growth component
Komponen pertumbuhan
nasional PN
adalah perubahan
produksikesempatan kerja suatu wilayah yang disebabkan oleh perubahan produksikesempatan kerja nasional, perubahan kebijakan ekonomi nasional
atau perubahan dalam hal-hal yang mempengaruhi perekonomian semua sektor dan wilayah. Beberapa contoh diantaranya adalah kecenderungan
inflasi, pengangguran dan kebijakan perpajakan. 2.
Komponen pertumbuhan proporsional proportional mix growth component Komponen pertumbuhan proporsional PP timbul karena perbedaan sektor
dalam permintaan produk akhir, perbedaan dalam ketersediaan bahan mentah, perbedaan dalam kebijakan industri seperti kebijakan perpajakan,
subsidi dan price support dan perbedaan dalam struktur dan keragaman pasar.
3. Komponen pertumbuhan pangsa wilayah regional share growth
component Komponen pertumbuhan pangsa wilayah PPW timbul karena peningkatan
atau penurunan PDRB atau kesempatan kerja dalam suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya. Cepat lambatnya pertumbuhan suatu
wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya ditentukan oleh keunggulan komparatif, akses pasar, dukungan kelembagaan, prasarana sosial ekonomi
serta kebijakan ekonomi regional pada wilayah tersebut. Priyarsono et al 2007, mengemukakan bahwa hubungan antara ketiga
komponen tersebut selengkapnya disajikan pada Gambar 7. Berdasarkan ketiga komponen pertumbuhan wilayah tersebut dapat ditentukan dan diidentifikasi
perkembangan suatu sektor ekonomi pada suatu wilayah. Apabila PP+PPW ≥ 0
maka dapat dikatakan bahwa pertumbuhan sektor ke i di wilayah ke j termasuk ke dalam kelompok progresif maju. Sementara itu, PP+PPW 0 menunjukan
bahwa pertumbuhan sektor ke i pada wilayah ke j tergolong pertumbuhannya lambat.
Suatu sektor disebut maju jika perkembangan sektor tersebut pada periode berikutnya dinilai relatif lebih baik dibandingkan dengan sektor yang sama di
wilayah referensinya, dan sebaliknya yang dimaksud dengan sektor yang lambat
adalah perkembangan sektor tersebut pada periode selanjutnya dinilai lebih buruk dibandingkan dengan sektor yang sama di wilayah referensinya.
Sumber : Budiharsono, 2001
Gambar 7. Model Analisis Shift Share
2.9. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Investasi berperan dalam meningkatkan perumbuhan ekonomi melalui pembentukan modal. Tentu saja melalui tahapan agar tercipta efisiensi dalam
investasi sehingga rasio investasi terhadap pertumbuhan output menjadi semakin besar. Pertumbuhan output akan tercipta akibat penambahan faktor produksi
sebagai input. Adapun besarnya pertambahan output tentunya tergantung pada produktivitas para pekerja yang besarnya berbeda-beda antara pekerja satu dengan
yang lain. Penelitian para ahli tentang peranan faktor input berbeda dalam fokus
penekannnya. Abramovits dan Solow menunjukkan pertumbuhan ekonomi amerika serikat terutama disebabkan oleh perkembangan teknologi. Diantaranya
80 hingga 90 persen dari pertumbuhan ekonomi yang berlaku di Amerika Serikat diantara pertengahan abad 19 dan 20 disebabkan oleh perkembangan teknologi
Sukirno 2004. Salah satu studi terkenal adalah dilakukan oleh Denison yang menganalisis
faktor yang mengakibatkan perkembangan di negara maju diantara tahun 1950 –
1962. Kesimpulan kajian tersebut adalah pertambahan barang-barang modal hanya mewujudkan 25 persen dari pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat, 18
persen dari pertumbuhan ekonomi di Eropa Barat dan 21 persen dari pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Inggris Sukirno 2004.
Penelitian Priyanto 2009 menunjukkan bahwa belanja modal, angkatan kerja berpengaruh nyata positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Hasil estimasi
Komponen Pertumbuhan Nasional Wilayah ke-j
Sektor ke-i Komponen Pertumbuhan
Proporsional PP Komponen Pertumbuhan
Pangsa Wilayah PPW Maju
PP+PPW ≥ 0 Lambat
PP+PPW 0 Wilayah ke-j
Sektor ke-i
dari variabel-variabel bebas, angkatan kerja mempunyai nilai elastisitas yang terbesar yaitu sebesar 0,73 dan belanja modal pemerintah sebesar 0,11.
Makmun dan Yasin 2003 menunjukkan bahwa investasi berpengaruh positif terhadap pertumbuhan PDB dalam periode 1980-2002, namun apabila
dilihat lebih jauh ternyata pengaruh investasi yang bersumber dari PMA tidak signifikan.
Raharjo 2006 meneliti tentang pengaruh pengeluaran pemerintah, investasi swasta dan angkatan kerja terhadap pertumbuhan ekonomi tahun 1982 -2003 studi
kasus Kota Semarang. Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel pengeluaran pemerintah dan investasi swasta berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi dengan tingkat kepercayaan 90 . Rustiono 2009 meneliti tentang pengaruh investasi, tenaga kerja dan
pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa angkatan kerja, investasi swasta PMA dan
PMDN dan belanja pemerintah daerah memberi dampak positif terhadap perkembangan PDRB Provinsi Jawa Tengah. Krisis ekonomi menyebabkan
perbedaan yang nyata kondisi antara sebelum dan sesudah krisis dan memberi arah yang negatif.
Sodik 2007 meneliti tentang pengeluaran pemerintah dan pertumbuhan ekonomi regional. Penelitian dengan menggunakan model sebagai berikut:
Ln y = ln a + ln Ip + ln Ig + ln Cg + ln X-M + ln Lf dimana: Ln y = pertumbuhan PDRB
Ln Ip = private investment Ln Ig = investasi pemerintah
Ln Cg = konsumsi pemerintah Ln X
– M = tingkat keterbukaan ekonomi Ln Lf = labour force
Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa investasi swasta tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi regional. Investasi pemerintah
berpengaruh, angkatan kerja berpengaruh dengan angka negatif. Ekspor netto signifikan dan ditunjukkan dengan angka negatif. Pengeluaran pemerintah
berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Susanto 2008 meneliti tentang Sektor Potensial dan pengembangan Wilayah di Kabupaten Rembang, dengan menggunakan analisis Shift Share dan
Location Quetient LQ. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Kabupaten Rembang memiliki sektor basis yaitu pertanian, pertambangan dan penggalian,
bangunan, pengangkutan dan komunikasi dan sektor jasa. Ropingi 2002 melakukan penelitian tentang Aplikasi Analisis Shift Share
Esteban-Marquillas pada Sektor Pertanian di Kabupaten Boyolali. Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang
mempunyai keunggulan kompetetif dan terspesialisasi. Adapun sub sektor yang mendukung adalah sub sektor kehutanan dan perikanan serta peternakan.
Purwanti 2009 meneliti tentang Analisis Kesempatan Kerja Sektoral di Kabupaten Bangli dengan Pendekatan Pertumbuhan Berbasis Ekspor. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kesempatan kerja di Kabupaten Bangli dipengaruhi oleh pertumbuhan kesempatan kerja provinsi Bali dan keunggulan
kompetetif. Komponen bauran industri mempengaruhi kesempatan kerja secara negatif. Sektor basis pada tahun awal penelitian adalah sektor pertanian dan
industry pengolahan. Selanjutnya selama sepuluh tahun sektor basis bertambah menjadi tiga sektor dengan masuknya sektor pertambangan dan galian.
2.10. Kerangka Pemikiran Teoritis
Analisis ini menggunakan estimasi model ekonomi tentang variabel yang mempengaruhi PDRB Sumatera Selatan dan selanjutnya variabel akan diuji
dengan pendekatan ekonometrika. Penelitian ini akan menjawab dugaan pengaruh investasi asing dan dalam negeri, pengeluaran pemerintah dan angkatan kerja
terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan. Sedangkan dalam melihat lebih detil tentang perekonomian Sumatera Selatan dengan menggunakan pendekatan
ilmu ekonomi regional. Dalam hal ini digunakan analisis struktur perekonomian untuk melihat perekonomian Provinsi Sumatera Selatan tiap-tiap sektor. Adapun
analisis tentang struktur perekonomian ini menggunakan analisis Shift Share dan Location Quetient. Analisis multiple regression dalam hal ini akan menjawab
faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan PDRB Sumatera Selatan. Sedangkan analisis Shift Share dan Location Quetient digunakan dalam rangka
mengetahui sektor basis dan sektor-sektor progresif di Provinsi Sumatera Selatan.