Jenis dan Sumber Data Gambaran Umum Wilayah Penelitian

S ib S b LQ = ------------- S ia S a dimana : S ib = pendapatan sektor i pada daerah bawah rupiah S b = pendapatan total semua sektor daerah bawah rupiah S ia = pendapatan sektori pada daerah atas rupiah S a = pendapatan total semua sektor pada daerah atas rupiah Jika LQ 1 maka sektor i dikategorikan sebagai sektor basis. Jika LQ 1 maka sektor i sebagai sektor non basis

3.2.3. Model dan Analisis Faktor yang Memengaruhi Pertumbuhan Ekonomi

Data mengenai besaran variabel bebas dan terikat dianalisis dengan metode regresi linier berganda untuk mengetahui besaran pengaruh variabel eksogen terhadap variabel endogen. Adapun model yang digunakan sesuai dengan kerangka pemikiran adalah: PDRB = β + β 1 PMA + β 2 PMDN + β 3 GE + β 4 LF + dimana: PDRB : Pertumbuhan Ekonomi yang di ukur dengan PDRB Riil rupiah PMA : Penanaman Modal Asing rupiah PMDN : Penanaman Modal Dalam Negeri rupiah GE : Pengeluaran Pemerintah Daerah rupiah LF : Angkatan Kerja daerah orang β : Konstanta β 1,2,3 : Koefisien Regresi parameter yang diestimasi : Error term variabel pengganggu 3.2.4. Uji Asumsi Klasik Dalam penentuan konstanta dan koefisien regresi perlu memenuhi syarat asumsi klasik. Dimana persyaratan tersebut meliputi: uji multikolinier, heteroskedastisitas dan autokorelasi. 1. Uji multikolinearitas Dalam prakteknya, kita jarang bertemu dengan multikolinier sempurna, melainkan dengan kasus multikolinearitas dekat atau sangat tinggi dimana variabel-variabel penjelas yang diperkirakan berhubungan secara linier sering muncul dalam banyak penerapan Gujarati 2002. Biasanya dilakukan uji deteksi masalah multikolinier yaitu dengan korelasi antara variabel. Bila pengaruh variabel bebas sangat tinggi tetapi tidak signifikan atau nilai uji t statistik sangat rendah, maka terdapat multikolinier. Pengujian yang lain, yang dapat digunakan untuk melihat multikolinier antar variabel adalah dengan menggunakan uji parsial Wahyu 2007. 2. Uji heteroskedastisitas Agar model tetap memiliki penduga yang baik, maka varians dari faktor pengganggu harus sama untuk semua observasi. Ini disebut dengan homoskedastisitas Wahyu 2007. Model harus diuji terlebih dahulu, dengan Uji White atau Uji Park. Kedua Uji heteroskedastisitas ini ada dalam program Eviews. 3. Uji autokorelasi Model regresi linier klasik mengasumsikan bahwa faktor pengganggu yang berhubungan dengan observasi tidak dipengaruhi oleh faktor pengganggu pada pengamatan lainnya Wahyu 2007. Apabila ada gangguan akan terjadi autokorelasi. Pendeteksian dengan menggunakan uji Durbin-Watson DW.

3.2.5. Uji Statistik

Untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dilakukan uji secara statistik. Uji ini meliputi Uji F, Uji t dan koefisien determinannya R 2 . a. Uji statistik F signifikansi simultan Hal ini untuk melihat pengaruh variabel eksogen secara bersama-sama mempengaruhi variabel endogen. Adapun tahapannya adalah: 1. membuat hipotesa H o dan H a 2. menentukan level of significance α tertentu 3. menentukan kriteria pengujian dengan membandingkan F -tabel dan F hitung 4. menarik kesimpulan. Apabila F -hit lebih besar daripada F -tabel maka H o ditolak, artinya variabel eksogen secara bersama-sama mempengaruhi variabel endogen. Nilai F -hit dicari dengan cara sebagai berikut: F -hit = R 2 k-1 1- R 2 n-k dimana: R 2 = koefisien determinasi k = jumlah variabel bebas n = jumlah observasi b. Uji statistik t signifikansi parameter individual Uji statistik t ini untuk mengetahui pengaruh variabel eksogen mempegaruhi variabel endogen secara individual. Tahapannya adalah: 1. membuat hipotesa H o dan H a 2. menentukan level of significance α tertentu 3. membandingkan antara nilai t -tabel dan t -hitung 4. menarik kesimpulan. Apabila t -hit lebih besar daripada t -tabel maka H o ditolak, artinya variabel eksogen secara bersama-sama mempengaruhi variabel endogen. c. Koefisien determinasi R 2 nilai koefisien ini antara 0 dan 1. Semakin mendekati 1 berarti variabel bebas angat besar pengaruhnya terhadap variabel terikat. Adapun nilai koefisien determinasi didapat dengan formula: R 2 = 1 - Σ u 2 ΣY i - Y 2 Halaman ini sengaja dikosongkan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian

Pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan tahun 2007 sebesar 5,84 persen dan terjadi perlambatan bila dibandingkan dengan pertumbuhan tahun 2008 sebesar 5,07 persen. Perlambatan disebabkan oleh krisis global sejak tahun 2008. Pada periode 2008-2009 pun demikian, pada tahun 2008 pertumbuhan sebesar 5,07 persen menjadi 4,11 persen pada tahun 2009. Pada tahun 2010 pertumbuhan ekonomi mulai membaik sebesar 5,43 persen berarti ada peningkatan dibanding tahun 2009 sebesar 1,32 persen. Adapun sektor yang menyumbang pertumbuhan adalah sektor angkutan dan telekomunikasi, sektor bangunan dan sektor sewa dan jasa. Struktur perekonomian Provinsi Sumatera Selatan dapat dilihat dengan menggunakan pendekatan memasukkan migas atau tanpa migas. Bila PDRB dengan migas pada tahun 2010, maka sektor primer merupakan sektor yang menyumbang terbesar, selanjutnya sektor tersier dan terakhir sektor sekunder. Tetapi bila melihat PDRB Provinsi Sumatera Selatan tanpa migas, pada tahun 2010, maka sektor penyumbang terbesar adalah sektor tersier, sekunder dan primer Tabel 3. Adapun PDRB dengan migas, sektor primer yang menyumbang terbesar adalah sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian. Walaupun untuk tahun 2009 dan 2010 peranan sektor primer tidak mendominasi bila dibanding sektor sekunder dan tersier. Pada tahun 2009 PDRB Sumatera Selatan disumbang oleh sektor primer sebesar 38,39 persen, sektor tersier sebesar 30,94 persen dan sektor sekunder sebesar 30,67 persen. Pada tahun 2010 sumbangan ketiga sektor tersebut tidak jauh berbeda masing-masing sebesar 38,47 persen, 30,88 persen dan 30,65 persen. Hal ini jauh berbeda bila dibandingkan sepanjang tahun 2006 hingga 2008. Dimana pada saat itu sektor primer sangat mendominasi dibanding sektor sekunder dan tersier. Sektor primer menyumbang lebih dari 40 persen terhadap PDRB Sumatera Selatan. Tabel 3. Peranan Masing-masing Sektor dalam Pembentukan PDRB Tahun 2008 – 2010 di Sumatera Selatan Tahun Dengan Migas persen Tanpa Migas persen Primer Sekunder Tersier Primer Sekunder Tersier 2008 42,62 29,75 27,63 31,00 27,56 41,44 2009 38,39 30,67 30,94 29,59 27,44 42,97 2010 38,47 30,65 30,65 29,10 27,58 43,32 Sumber: BPS Sumatera Selatan Adapun sektor tersier bergerak ke arah sebaliknya. Pada tahun 2010 sektor tersier cenderung meningkat. Pada tahun 2009 dan 2010, sektor ini menduduki peringkat dua dalam sumbangannya terhadap PDRB Sumatera Selatan. Penyebabnya adalah meningkatnya kontribusi sektor jasa, terutama sektor jasa pemerintahan. Pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan menurut lapangan usaha, dihitung berdasarkan kontribusi tiap-tiap sektor. Dimana kontribusi tiap sektor cenderung mengalami peningkatan pertumbuhan kecuali sektor tambang dan galian, sektor pengangkutan dan komunikasi dan sektor jasa-jasa Tabel 4. Menurut laporan BPS Sumsel 2010 bahwa: sektor pertanian pada tahun 2010 tumbuh 4,42 persen lebih tinggi dibanding tahun 2009 yang tumbuh 3,11 persen. Peningkatan pertumbuhan ini terjadi di sub perkebunan, sub sektor peternakan dan sub sektor perikanan. Sektor industri pengolahan tumbuh 5,76 persen, meningkat dari tahun sebelumnya yang tumbuh 2,14 persen. Adapun peningkatan terjadi pada sub sektor pengolahan non migas. Sektor listrik, gas dan air bersih pada tahun 2010 tumbuh sebesar 6,31 persen, meningkat dibanding tahun 2009 yang tumbuh 5,09 persen. Sektor bangunan meningkat pertumbuhannya tahun 2010 sebesar 8,75 persen dibanding tahun 2009 yang sebesar 7,34 persen. Peningkatan sektor ini akibat adanya penyelenggaraan Sea Games. Sektor hotel dan restoran tumbuh 6,91 persen lebih tinggi dibanding tahun 2009 yang sebesar 3,13 persen. Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan mengalami peningkatan pertumbuhan tahun 2010 sebesar 7,39 persen dibanding tahun 2009 tumbuh sebesar 6,85 persen. Sedangkan sektor pertambangan dan galian melambat dari 1,62 persen tahun 2009 menjadi 1,21 persen tahun 2010. Begitu juga dengan sektor pengangkutan dan komunikasi pada tahun 2010 juga melambat, dari 13,76 persen tahun 2009 menjadi 12,68 persen tahun 2010. Perlambatan terjadi pada sub sektor komunikasi. Sektor jasa-jasa juga melambat, dari 11,35 persen tahun 2009 menjadi 9,36 persen tahun 2010. Tabel 4. Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Selatan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2008 – 2010 Sektor Provinsi Sumatera Selatan 2008 2009 2010 1. Pertanian 4,09 3,11 4,42 2. Pertambangan dan Penggalian 1,53 1,62 1,21 3. Industri pengolahan 3,42 2,14 5,76 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 5,24 5,09 6,31 5. Bangunan 6,14 7,34 8,75 6. Perdag, Hotel dan Restoran 6,87 3,13 6,91 7. Pengangkutan dan Komunikasi 13,92 13,76 12,68 8. Keu. Persewaan dan Jasa Perusahaan 8,63 6,85 7,39 9. Jasa-Jasa 11,35 9,36 7,38 Sumber: BPS Sumatera Selatan Sumbangan konsumsi pemerintah terhadap PDRB selalu meningkat sejak tahun 2006. Besarnya sumbangan tersebut berturut-turut sebesar 6,7 persen pada tahun 2006, kemudian sebesar 6,89 persen pada tahun 2007, dan tahun 2008 sebesar 7,5 persen. Selanjutnya sebesar 9.92 persen pada tahun 2009 dan pada tahun 2010 sebesar 10,04 persen. Untuk jumlah penduduk, sepanjang tiga dekade terakhir bertambah sebanyak 4 juta jiwa. Dimana pada tahun 1980 berjumlah 3,98 juta menjadi 7,45 juta jiwa pada tahun 2010. Kepadatan penduduk per 2010 sebesar 86 jiwa per satu kilometer. Kota terpadat yaitu Palembang, Musi Banyu Asin Muba, Ogan Komering Ilir OKI dan Muara Enim yang meliputi hampir setengah jumlah penduduk Sumatera Selatan. Menurut jenis kelamin, penduduk laki-laki masih lebih banyak dibanding perempuan. Namun perbandingannya tidak terlalu jauh. Pada tahun 2010 jumlah penduduk laki-laki sebanyak 3,79 juta sedangkan penduduk perempuan sebanyak 3,66 juta jiwa. Atau dengan rasio jenis kelamin 103,69 artinya setiap 100 penduduk perempuan terdapat 103 sampai 104 penduduk laki-laki. Dari sisi ketenagakerjaan, dalam kurun waktu tiga tahun terakhir terjadi kenaikan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja TPAK dari 69,79 persen pada tahun 2008 menjadi 70,23 persen pada tahun 2010. Adapun sektor pertanian masih dominan dipilih dengan persentase sebesar 58,87 persen diikuti sektor manufaktur dan sektor jasa masing-masing sebesar 8,88 persen dan 31,25 persen. Namun demikian dalam tiga tahun terakhir pekerja sektor pertanian cenderung turun sebaliknya terjadi peningkatan di sektor manufaktur dan jasa. Secara administratif Provinsi Sumatera Selatan terdiri dari 10 sepuluh Pemerintah Kabupaten dan 4 empat Pemerintah Kota, beserta perangkat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Pemerintah Kabupaten dan Kota membawahi Pemerintah Kecamatan dan Desa Kelurahan. Pemerintahan Kabupaten Kota tersebut sebagai berikut : 1. Kabupaten Ogan Komering Ulu Ibukota Baturaja 2. Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Ibukota Martapura 3. Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan Ibukota Muara Dua 4. Kabupaten Ogan Komering Ilir Ibukota Kayu Agung 5. Kabupaten Empat Lawang Ibukota Tebing Tinggi 6. Kabupaten Muara Enim Ibukota Muara Enim 7. Kabupaten Lahat Ibukota Lahat 8. Kabupaten Musi Rawas Ibukota Lubuk Linggau 9. Kabupaten Musi Banyuasin Ibukota Sekayu 10. Kabupaten Banyuasin Ibukota Pangkalan Balai 11. Kota Ogan Ilir Ibukota Indralaya 12. Kota Palembang Ibukota Palembang 13. Kota Pagar Alam Ibukota Pagar Alam 14. Kota Lubuk Linggau Ibukota Lubuk Linggau 15. Kota Prabumulih Ibukota Prabumulih

4.2. Analisis

Shift Share SS PDRB di Provinsi Sumatera Selatan selama periode 2001-2005 seperti terlihat pada Tabel 5, menunjukkan peningkatan sebesar 18 persen di bawah pertumbuhan PDB nasional sebesar 21 persen. Seluruh sektor perekonomian di Sumatera Selatan mengalami perubahan positif. Dimana perubahan terbesar adalah pada sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 45 persen. Diikuti sektor bangunan; perdagangan, hotel dan restoran dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Tidak demikian dengan perubahan sektor di tingkat nasional, dimana pada sektor pertambangan dan galian mengalami penurunan sebesar 2 persen. Pada perekonomian nasional sektor yang mengalami perubahan terbesar adalah sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 55 persen. Diikuti oleh sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan sektor bangunan, yang masing-masing mengalami perubahan sebesar 31 persen, 29 persen dan 28 persen. Secara umum perkembangan PDRB Sumatera Selatan dan PDB nasional searah, kecuali sektor pertambangan dan galian. Pada periode 2001-2005, kontribusi tiap-tiap sektor terhadap PDRB Sumatera Selatan cenderung meningkat, kecuali sektor pertambangan dan galian Tabel 5. Dimana kontribusi sektor tersebut, sebesar 30,83 persen tahun 2001 selanjutnya turun menjadi 26,86 persen pada tahun 2005. Sedangkan pada tahun 2005 – 2010 terdapat tiga sektor yang kontribusinya menurun terhadap PDRB Sumatera Selatan. Adapun sektor yang turun kontribusinya yaitu sektor pertambangan dan galian seperti periode 2001-2005, sektor pertanian dan sektor industri pengolahan. Walaupun terjadi penurunan kontribusi pada ketiga sector di atas, namun sumbangan ketiga sector tadi tetap terbesar dibanding sector lain. Dengan demikian tidak terjadi perubahan struktur perekonomian di Provinsi Sumatera Selatan. Sedangkan pada perekonomian nasional, kontribusi tiap-tiap sektor pada 2001 – 2005 terdapat tiga sektor yang turun kontribusinya terhadap PDB yaitu sektor pertanian; pertambangan dan penggalian; perdagangan, hotel dan restoran dan jasa-jasa. Pada tahun 2005 – 2010 sektor yang turun kontribusinya terhadap PDB adalah sektor pertanian; pertambangan dan galian seperti periode 2001 – 2005, dan sector industri pengolahan. Demikian pula pada perekonomian nasional, walaupun terjadi penurunan kontribusi pada ketiga sector tadi, tetapi sumbangan ketiga sector tersebut tetap lebih besar dibanding sector lainnya. Bila melihat pengamatan tadi, maka pada perekonomian nasionalpun tidak terjadi perubahan struktur perekonomian. Tabel 5. Perubahan PDRB Sumatera Selatan dan PDB Nasional tahun 2001-2005 dan 2005 – 2010 Lapangan Usaha Sumatera Selatan Perubahan Nasional Perubahan 2001 juta 2005 juta 2001 juta 2005 juta PDRB awal PDRB akhir absolut juta persen PDB awal PDB akhir absolut juta Persen Pertanian 7,950,978 18,91 9,806,000 19,76 1,855,022 23 225,685,700 15,64 253,881,700 14,50 28,196,000 12 Pertambangan, dan Penggalian 12,962,160 30,83 13,330,000 26,86 367,840 3 168,244,300 11,66 165,222,600 9,44 -3,021,700 -2 Industri Pengolahan 7,334,190 17,44 8,807,000 17,74 1,472,810 20 398,323,900 27,60 491,561,400 28,08 93,237,500 23 Listrik, Gas, dan Air Bersih 189,393 0,45 231,000 0,47 41,607 22 9,058,300 0,63 11,584,100 0,66 2,525,800 28 Bangunan 2,718,842 6,47 3,586,000 7,22 867,158 32 80,080,400 5,55 103,598,400 5,92 23,518,000 29 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 5,053,572 12,02 6,430,000 12,95 1,376,428 27 234,273,000 16,24 293,654,000 16,77 59,381,000 25 Pengangkutan, dan Komunikasi 1,385,284 3,29 2,005,000 4,04 619,716 45 70,276,100 4,87 109,261,500 6,24 38,985,400 55 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 1,476,032 3,51 1,860,000 3,75 383,968 26 123,085,500 8,53 161,252,200 9,21 38,166,700 31 Jasa-jasa 2,978,164 7,08 3,579,000 7,21 600,836 20 133,957,400 9,28 160,799,300 9,18 26,841,900 20 Total 42,048,614 49,634,000 7,585,386 18 1,442,984,600 1,750,815,200 307,830,600 21 Lapangan Usaha Sumatera Selatan Perubahan Nasional Perubahan 2005 juta 2010 juta 2005 juta 2010 juta PDRB awal PDRB akhir absolut juta persen PDB awal PDB akhir absolut juta Persen Pertanian 9,806,000 19,76 12,455,000 19,54 2,649,000 27 253,881,700 14,50 304,400,000 13,17 50,518,300 20 Pertambangan, dan Penggalian 13,330,000 26,86 14,004,000 21,97 674,000 5 165,222,600 9,44 186,400,000 8,07 21,177,400 13 Industri Pengolahan 8,807,000 17,74 10,949,000 17,18 2,142,000 24 491,561,400 28,08 595,300,000 25,76 103,738,600 21 Listrik, Gas, dan Air Bersih 231,000 0,47 314,000 0,49 83,000 36 11,584,100 0,66 18,100,000 0,78 6,515,900 56 Bangunan 3,586,000 7,22 5,151,000 8,08 1,565,000 44 103,598,400 5,92 150,100,000 6,50 46,501,600 45 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 6,430,000 12,95 8,916,000 13,99 2,486,000 39 293,654,000 16,77 400,600,000 17,34 106,946,000 36 Pengangkutan, dan Komunikasi 2,005,000 4,04 3,701,000 5,81 1,696,000 85 109,261,500 6,24 217,400,000 9,41 108,138,500 99 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 1,860,000 3,75 2,739,000 4,30 879,000 47 161,252,200 9,21 220,600,000 9,55 59,347,800 37 Jasa-jasa 3,579,000 7,21 5,507,000 8,64 1,928,000 54 160,799,300 9,18 217,800,000 9,43 57,000,700 35 Total 49,634,000 63,736,000 14,102,000 28 1,750,815,200 2,310,700,000 559,884,800 32 Sumber: BPS Sumsel, data diolah Analisis Shift Share pada Tabel 6, menjelaskan tentang bagaimana PDRB Sumatera Selatan dapat dilihat berdasarkan komponen National Share NS,