juga dipengaruhi oleh inflasi harga yang diatur pemerintah dan bahan makanan yang bergejolak.
Laju inflasi tahun 2009-2010 menunjukkan kondisi yang relatif stabil dimana pada tahun 2009 inflasi sebesar 2,78 persen dan tahun 2010 sebesar 6,96
persen. Untuk laju inflasi bulanan selama tahun 2009, nilainya masih dibawah 1 persen dan yang tertinggi dicapai pada bulan September sebesar 1,05 persen.
Selama tahun 2009, sempat terjadi deflasi yaitu pada bulan Januari, April dan November dengan deflasi terbesar terjadi di bulan April sebesar 0,31 persen.
Laju inflasi bulanan di tahun 2010 masih dibawah 1 persen dan sempat mengalami inflasi tinggi yaitu sebesar 1,57 persen pada bulan Juli. Pada bulan
Maret juga sempat terjadi deflasi sebesar 0.14 persen. Inflasi tahun 2010 tersebut melampaui target yang ditetapkan oleh Bank Indonesia di awal tahun yaitu 5±1
persen dan juga melampau target inflasi pemerintah sebesar 5,3 persen.
4.2 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Exchange Rate di Indonesia
Sejak tahun 1970 sampai sekarang Indonesia telah melakukan 3 kali perubahan sistem nilai tukar, yaitu mulai tahun 1970 sampai 15 November 1978
sistem yang dipakai adalah sistem nilai tukar tetap, kemudian mulai 15 November 1978 sampai 14 Agustus 1997 menggunakan sistem nilai tukar mengambang
terkendali managed floating, dan mulai 14 Agustus 1997 sampai sekarang menggunakan sistem kurs bebas flexible exchange rate. Perkembangan nilai
tukar rupiah seiring dengan perkembangan sistem nilai tukar rupiah dapat dilihat pada Gambar 4.1. Saat Bank Indonesia menggunakan sistem nilai tukar
mengambang terkendali dapat dilihat bahwa nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat relatif stabil yaitu berkisar pada Rp. 2000,- per dolar. Tetapi pada
saat menggunakan sistem nilai tukar bebas sejak Agustus 1997 terlihat bahwa nilai tukar rupiah cenderung berfluktuatif.
2000 4000
6000 8000
10000 12000
14000 16000
1990 1991
1992 1993
1994 1995
1996 1997
1998 1999
2000 2001
2002 2003
2004 2005
2006 2007
2008 2009
2010
RUPIAH
TAHUN Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar AS
Sumber : BI diolah Gambar 4.3 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Berdasarkan Sistem Nilai
Tukar yang Diterapkan Perkembangan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS pada lima bulan
pertama tahun 1998 cenderung berfluktuasi. Selama triwulan pertama, nilai tukar rupiah rata-rata mencapai sekitar Rp 9.200,- dan selanjutnya menurun menjadi
sekitar Rp 8.000,- dalam bulan April hingga pertengahan Mei. Nilai tukar rupiah cenderung di atas Rp 10.000,- sejak minggu ketiga bulan Mei. Kecenderungan
meningkatnya nilai tukar rupiah sejak bulan Mei 1998 terkait dengan kondisi sosial politik yang tidak menentu. Nilai tukar tersebut mencapai titik tertingginya
yaitu Rp 14.900,- per dolar Amerika pada bulan Juni 1998. Akibat dari melemahnya nilai tukar rupiah tersebut menyebabkan sistem perbankan dan
industri mengalami kerugian karena beban pinjaman dalam dolar Amerika meningkat, sementara di sisi lain para importir mengalami kesulitan karena harga
barang impor meningkat drastis. Keadaan semakin memburuk karena banyak masyarakat yang membeli dolar untuk menjaga nilai kekayaan mereka, yang
mendorong rupiah lebih melemah lagi Gambar 4.4.
Rp. 14.900US
Rp. 6.726US
Rp. 12,151US
2000 4000
6000 8000
10000 12000
14000 16000
98:01 98:09
99:05 00:01
00:09 01:05
02:01 02:09
03:05 04:01
04:09 05:05
06:01 06:09
07:05 08:01
08:09 09:05
10:01 10:09
KURS RPUS
TAHUNPERIODE
Sumber : BI diolah Gambar 4.4 Laju Nilai Tukar Rupiah Bulanan Indonesia Tahun 1998-2010
Pada bulan Januari tahun 1999, nilai tukar rupiah mulai mengalami
penguatan dimana nilai tukar rupah mencapai Rp 8.950,- per dolar. Nilai ini semakin menguat dan mencapai titik tertinggi pada bulan Juni yaitu sebesar Rp.
6.726,- per dolar. Penguatan nilai tukar ini disebabkan karena Indonesia yang mendapat bantuan dari International Monetary Fund IMF dan dipengaruhi juga
oleh kondisi ekonomi, politik dan sosial yang membaik dalam negeri. Sampai akhir tahun 1999, nilai tukar rupiah masih stabil dengan kisaran dibawah Rp.
10.000,-. Di awal tahun 2000 yaitu bulan Januari, rupiah kembali melemah dimana
nilainya sebesar Rp. 7.425,- yang naik sebesar 320 poin dari bulan sebelumnya. Tekanan terhadap nilai tukar rupiah terus meningkat sejak bulan April hingga
Desember 2000, sebagai akibat dari perkembangan politik dan keamanan
menjelang Sidang Tahunan MPR Agustus 2000. Nilai tukar tertinggi di tahun 2000 pada bulan Desember sebesar Rp. 9.595,-. Melemahnya rupiah ini terus
berlanjut hingga tahun 2001 dimana nilai tertinggi dicapai pada bulan Juni 2001 sebesar Rp. 11.440,-. Pada pertengahan tahun 2001 atau bulan Juli 2001 nilai
tukar rupiah menguat sebesar 1.915 poin atau berada pada level Rp. 9.525,- per dolar Amerika.
Perkembangan rupiah selama tahun 2002-2003 menunjukkan terjadinya penguatan. Di awal tahun 2002 nilai rupiah sebesar Rp. 10.320,- per dolar
Amerika dan di akhir tahun nilai rupiah menjadi Rp. 8.940,-. Perkembangan tersebut menunjukkan menguatnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika. Hal
ini disebabkan adanya pemerintahan yang baru pada pertengahan tahun 2001. Perkembangan nilai rupiah di awal tahun 2004 cenderung masih stabil tetapi
menjelang bulan Mei, rupiah mulai melemah sebesar 549 poin atau berada pada Rp. 9.210,-. Melemahnya nilai rupiah ini terus berlangsung sampai akhir tahun
2004 dan hal ini lebih disebabkan karena situasi politik menjelang Pemilu 2004. Nilai rupiah pada awal-awal tahun 2005 cenderung stabil yang dibuka pada
bulan Januari sebesar Rp. 9.165,-. Pada bulan Agustus, nilai rupiah melemah hingga menembus level Rp. 10.240,- per dolar. Meningkatnya harga minyak dunia
yang sempat menembus level US70barrel memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap meningkatnya permintaan valuta asing sebagai konsekuensi negara
pengimpor minyak sehingga menyebabkan nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika. Menjelang akhir tahun 2005 nilai rupiah mulai menguat hingga di
bulan Desember ditutup sebesar Rp. 9.830,-.
Perbaikan indikator moneter membuat nilai tukar rupiah selama tahun 2006 sedikit menguat dibandingkan akhir tahun 2005. Pada awal tahun nilai tukar
dibuka dengan nilai Rp. 9.395,- per dolar dan ditutup di akhir tahun dengan nilai sebesar Rp. 9.020,-. Penguatan nilai rupiah pada tahun ini didukung oleh faktor
eksternal maupun internal. Faktor eksternal adalah karena masih dipengaruhi oleh ekonomi AS yang melemah karena terjebak defisit ratusan miliar dolar AS dan
oleh kestabilan harga minyak dunia, meskipun masih cukup tinggi. Sementara itu, dari sisi internal penguatan ini dipengaruhi oleh laju inflasi yang berada di bawah
10 persen dan menyebabkan suku bunga turun ke level 9,75 persen. Selama tahun 2007, nilai tukar rupiah juga relatif menguat jika
dibandingkan dengan tahun 2006 dan mencapai titik terendah pada bulan Mei dengan nilai Rp. 8.828,- per dolar AS. Menjelang akhir tahun, rupiah sempat
melemah yang disebabkan karena besarnya permintaan korporasi terhadap dolar untuk keperluan pembayaran utang jatuh tempo. Disamping itu suku bunga di
beberapa negara yang mengalami kenaikan, tingginya harga minyak dunia, rontoknya bursa saham akibat krisis ekonomi di AS juga menjadi pendorongnya.
Setelah sempat melemah di akhir tahun 2007, rupiah mulai menguat di awal tahun 2008 yaitu sebesar 128 poin. Penguatan nilai rupiah ini masih berlangsung sampai
pertengahan tahun 2008. Mulai bulan Oktober tahun 2008, rupiah mulai melemah dengan kisaran nilai di atas Rp. 10.000,-. Pada akhir tahun rupiah ditutup dengan
nilai Rp. 10.950,-. Awal tahun 2009, nilai rupiah masih melemah yang merupakan kelanjutan
dari akhir tahun 2008. Nilai rupiah sempat mencapai Rp. 11.980,- pada bulan
Februari. Menjelang akhir tahun, rupiah kembali menguat dengan kisaran Rp. 9.000,-. Pada tahun 2010, rupiah diperdagangkan dengan nilai rata-rata Rp.
9.000,- dan relatif stabil sepanjang tahun.
4.3 Perkembangan Upah Buruh di Indonesia