Hidrolisis asam maupun
basa merupakan proses
yang keras dan melibatkan suhu tinggi. Hidrolisis asam dilakukan menggunakan asam kuat
seperti HCl atau H
2
SO
4
Johnson dan Peterson 1974. Hidrolisis asam maupun basa dapat memutuskan ikatan peptida pada protein, namun juga dapat merusak
sejumlah asam amino yang terkandung pada produk yang dihasilkan. Triptofan biasanya rusak sepenuhnya; sistein, serin dan treonin sebagian rusak; asparagin
dan glutamin diubah menjadi bentuk asamnya. Garam terbentuk selama netralisasi, sehingga mengakibatkan kadar garam tinggi BD Biosciences 2009.
Hidrolisis protein menggunakan enzim proteolitik merupakan cara yang lebih efisien dan aman karena dapat menghasilkan hidrolisat protein yang
terhindar dari kerusakan asam amino tertentu akibat penggunaan asam kuat, basa kuat, maupun suhu tinggi pada reaksi hidrolisis asam maupun basa. Reaksi
hidrolisis protein menggunakan enzim akan memutus ikatan peptida yang ditargetkan secara spesifik BD Biosciences 2009.
Hidrolisis protein enzimatis menggunakan enzim protease. Hidrolisat protein yang dihasilkan umumnya mengandung peptida dengan bobot molekul
rendah yang terdiri atas dua hingga empat asam amino. Faktor yang mempengaruhi kecepatan hidrolisis secara enzimatis adalah suhu, waktu, pH,
inhibitor, serta konsentrasi enzim dan substrat. Apabila proses hidrolisis berjalan sempurna, maka akan dihasilkan hidrolisat protein yang terdiri dari 18-20 macam
asam amino Damodaran 1996.
2.5 Hidrolisat Protein Ikan
Hidrolisat protein ikan dihasilkan dari penguraian protein ikan menjadi peptida sederhana dan asam amino melalui proses hidrolisis baik oleh enzim,
asam maupun basa. Reaksi hidrolisis terhadap protein ikan dengan menggunakan enzim proteolitik pada kondisi suhu, pH dan waktu hidrolisis yang terkontrol
dapat menghasilkan produk akhir berupa hidrolisat protein ikan yang berkualitas Kristinsson 2007. Hidrolisat protein berbentuk cair, pasta atau tepung yang
bersifat higroskopis. Hidrolisat protein cair mengandung padatan sebesar 30, sedangkan bentuk pasta mengandung 65 padatan Johnson dan Peterson 1974.
Proses produksi hidrolisat protein ikan menggunakan enzim proteolitik merupakan proses yang cukup sederhana. Langkah awal yang dilakukan adalah
pencampuran bahan baku raw material dengan air, kemudian diikuti dengan penyesuaian suhu dan pH optimal, penambahan enzim dan reaksi hidrolisis
enzimatis pada waktu tertentu, selanjutnya penginaktivasian enzim, langkah terakhir adalah pengeringan atau pemekatan Kristinsson 2007.
Hidrolisat protein ikan memiliki peran penting dalam memperbaiki sifat fungsional dan kualitas bahan pangan. Hidrolisat protein ikan memiliki
kandungan protein tinggi, asam amino lengkap, daya cerna protein yang tinggi dan sifat fungsional penting dalam pengolahan pangan, seperti flavour enhancer,
kelarutan tinggi dalam air, serta pembentuk tekstur Hall dan Ahmad 1992. Hidrolisat protein ikan dengan kualitas yang lebih rendah dibandingkan
hidrolisat protein ikan kualitas pangan, juga masih memiliki banyak manfaat dalam industri pakan, pertanian dan mikrobiologi. Pada industri pakan, hidrolisat
protein ikan dapat ditambahkan ke dalam formula pakan sebagai sumber protein dan asam amino, sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan dan bobot hewan
ternak dan ikan budidaya. Hidrolisat protein ikan dapat dimanfaatkan sebagai sumber nitrogen pada pupuk tanaman dan media pertumbuhan bakteri
Kristinsson 2007. Komposisi kimia hidrolisat protein ikan untuk pangan, pakan dan flavour enhancer disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Komposisi kimia hidrolisat protein ikan Parameter
Hidrolisat protein untuk pangan
Hidrolisat protein ikan untuk pakan
Hidrolisat protein ikan untuk flavour
enhancer Kadar air
5,0 5,0-10,0
5,0 Kadar abu
0,3 4,0- 9,0
25,0 Kadar protein
84,0 66,0-72,0
45,0 Kadar lemak
11,0 8,0-15,0
2,0 Daya cerna
oleh pepsin 97,0
95,0-97,0 -
Keterangan: = International Quality Ingredients 2005 = California Spray Dry Co. 2011
= Thaddee dan Lyraz 1990
3 METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei 2011 di Laboratorium Karakteristik Bahan Baku Hasil Perairan, Laboratorium
Mikrobiologi Hasil Perairan, Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan; Laboratorium Imunologi, Fakultas Kedokteran
Hewan; Laboratorium Pilot Plant, Pusat Antar Universitas PAU; Laboratorium Terpadu, Institut Pertanian Bogor.
3.2 Bahan dan Alat Penelitian