Elemen Institusi Unsur Penunjang

Kawasan hotel lebih terfokus di kota Sangatta dan berdekatan dengan pusat perbelanjaan dan perkantoran. Jarak dari hotel ke objek wisata Pantai Tanjung Bara tidak terlalu jauh dan dapat ditempuh dalam waktu ±30 menit. Jumlah hotel atau penginapan yang tercatat sampai dengan tahun 2008 di Kota Sangatta dan sekitanya sebanyak 79 buah dengan klasifikasi 2 hotel berbintang dan sisanya adalah penginapan dengan kelas melati, dengan keseluruhan jumlah kamar sebanyak 1.177 kamar Bappeda Kabupaten Kutai Timur 2009.

5.1.2.4. Elemen Institusi

Elemen institusi yang mendukung kegiatan ekowisata di kawasan Pantai Tanjung Bara memiliki klasifikasi sedang Tabel 15. Tabel 15 Penilaian elemen institusi terhadap pengembangan ekowisata di kawasan mangrove Pantai Tanjung Bara No. Sub Unsur Nilai 1 Status kawasan 10 2 Dukungan kebijakan 25 3 Dokumen perencanaan kawasan yang dimiliki zona wisata 20 4 Sumberdaya manusia menangani ekowisata mangrove 5 5 Perencanaan detail ekowisata mangrove 5 6 Pengelolaan dan pemanfaatan hutan mangrove 10 7 Kompetensi SDM 25 8 Dukungan para pihak dalam pengembangan ekowisata 25 Jumlah 125 PT. KPC merupakan perusahaan tambang batubara yang terletak di Kabupaten Kutai Timur yang didirikan dengan akta No. 28 tanggal 9 Maret 1982 dan mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman RI sesuai dengan Surat Keputusan No. Y.A.520825 tanggal 16 Maret 1982. Berdasarkan perjanjian kontrak karya pengusahaan pertambangan batubara pada tanggal 8 April 1982, pemerintah memberikan izin kepada PT. KPC untuk melaksanakan eksplorasi, produksi dan memasarkan batubara dengan luas wilayah perjanjian seluas 90.938 ha sampai dengan tahun 2021. Berdasarkan rencana strategis jangka panjang pelaksanaan pembangunan berkelanjutan PT. KPC untuk tahun 2010-2015 akan melakukan implementasi studi pengembangan, pemanfaatan lahan rehabilitasi, tata ruang serta kajian pengembangan daerah bekas dan disekitar tambang yang bertujuan menjajaki kemampuan daya dukung lingkungan dan mencari potensi pengembangan sumberdaya alam yang terbaharukan. Pengembangan kepariwisataan regional atau lokal di areal bekas atau sekitar tambang oleh pihak perusahaan PT. KPC mengacu pada regulasi di daerah serta persepsi dan preferensi masyarakat sebagai bentuk realisasi paradigma baru pengelolaan hutan untuk memperdayakan masyarakat. Kebijakan PT. KPC dalam upaya menjaga kelestarian keanekaragaman hayati dan untuk meningkatkan fungsi dan manfaat ekosistem di areal kerja operasional perusahaan maka PT. KPC mempunyai RTRW yang disinkronisasikan dengan Rencana Strategi Renstra daerah dengan mendesain zonasi wisata 10 dari luas areal perusahaan yaitu dengan konsepbentuk wisata antara lain ekowisata, agrowisata, wisata buru dan wisata buatan seperti taman rekresi dan danau buatan. Pihak pengelola kawasan mangrove pada saat ini belum mempunyai konsep detail mengenai ekowisata di kawasan mangrove dan tenaga-tenaga yang berkompeten dalam bidang kepariwisataan seperti, pemandu wisata atau tenaga interpreter yang khusus untuk ekowisata. Konsep yang digunakan adalah pengembangan ekonomi lokal yang diarahkan kepada prinsip kemitraan, partisipasi masyarakat dan pemberdayaan melalui program Corporate Sosial Responsibility CSR. Pengembangan kepariwisataan disekitar kawasan pengelolaan perusahaan telah dilakukan kerjasama dengan beberapa lembaga yang terkait wisata seperti dengan PILI, BIKAL, CIFOR dan pihak Taman Nasional. Kebijakan Kepariwisataan Pemerintah Daerah Kabupaten Kutai Timur Struktur Tata Ruang Kabupaten Kutai Timur tahun 2009, Sangatta yang saat ini berfungsi sebagai ibukota Kabupaten Kutai Timur mempunyai kelengkapan fasilitas sosial ekonomi yang paling lengkap dibandingkan dengan pusat-pusat lainnya dalam wilayah Kabupaten Kutai Timur. Kebijakan dan program pengembangan kepariwisataan Kutai Timur meliputi aspek pengembangan perwilayahan, pengembangan produk wisata, pengembangan transportasi pendukung, pengembangan pasar wisatawan, pengembangan pemasaran dan promosi, pengembangan SDM dan kelembagaan, pengembangan investasi, serta pengembangan infrastruktur pendukung lainnya. Kebijakan pengembangan wilayah dalam konteks pemanfaatan ruang bagi kegiatan pariwisata, potensi wisata Kabupaten Kutai Timur terbagi dalam 3 wilayah, yaitu Zona Sangatta, Zona Sangkulirang dan Zona Muara Wahau Gambar 29. Gambar 29 Pembagian dan rencana pentahapan pengembangan wilayah zona wisata Kutai Timur Sumber : Bappeda Kabupaten Kutai Timur 2009. Berdasarkan prioritas pengembangan wilayah atau zona wisata, maka Zona Sangata dan Zona Sangkulirang ditempatkan pada prioritas pertama dengan produk yang akan dikembangkan berupa wisata perkotaan, wisata pantai dan ekowisata. Penetapan Kawasan Sangata sebagai tahap pertama pengembangan adalah kemudahan pengembangan infrastruktur yang signifikan dengan sistem perkotaan yang telah ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten. Wawancara dengan Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga serta BAPPEDA Kabupaten Kutai Timur mengemukakan bahwa sesuai dengan Masterplan Kondisi dan Perkembangan Kepariwisataan Kabupaten Kutai Timur dalam pengembangan Objek dan Daya Tarik Wisata ODTW, sejauh ini masih dalam tahap awal pengembangan atau dalam siklus pentahapan destinasi wisata. Tahap ini terdiri dari tahap eksplorasi, tahap pengembangan, tahap penyesuaian, tahap decline dan tahap perubahan baru. Sesuai dengan tujuan pengembangan kepariwisataan Kutai Timur dengan memunculkan potensi alam dan budaya sebagai modal dasar yang dimiliki oleh Kabupaten Kutai Timur yang unik dan berdaya tarik tinggi untuk diversifikasi produk yang akan mendukung pengembangan wisata budaya, maka visi yang diemban adalah : “terwujudnya kutai timur sebagai destinasi pariwisata alam dan budaya unggulan kalimantan timur yang berkelanjutan menuju terciptanya masyarakat sejahtera dan mandiri “ Misi kepariwisataan Kabupaten Kutai Timur adalah : 1. Pengembangan geowisata dan ekowisata sebagai produk wisata unggulan 2. Pelestarian dan perlindungan terhadap alam dan budaya masyarakat sebagai jati diri kepariwisataan Kutai Timur 3. Peningkatan kesejahteraan ekonomi dan sosial melalui pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan pariwisata Kutai Timur yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan 4. Peningkatan aksesibilitas dan infrastruktur antar wilayah 5. Penyediaan akses informasi yang lengkap dan mudah Berdasarkan visi dan misi tersebut, tujuan dan sasaran dalam pembangunan kepariwisataan di Kabupaten Kutai Timur adalah mengembangkan daya tarik wisata alam dan budaya secara terpadu dan berkelanjutan yang mendukung pembentukan identitas dan jati diri kepariwisataan Kutai Timur serta mengoptimalkan manfaat yang diterima masyarakat Kutai Timur dari pengembangan kepariwisataan. Kebijakan Kepariwisataan di Taman Nasional Kutai dan sekitarnya Pengembangan pariwisata alam di kawasan TN. Kutai secara yuridis diatur dalam UU No 5 Tahun 1990, PP No 36 Tahun 2010 dan PP No 68 Tahun 1998, menyebutkan bahwa pengembangan pariwisata alam di kawasan taman nasional diarahkan pada tercapainya pelestarian Sumberdaya Alam Hutan dan Ekosistem dan mendukung upaya peningkatan kesejahteraan dan mutu kehidupan masyarakat Mengingat pentingnya fungsi Taman Nasional dalam kelestarian dan perlindungan biodiversitas satwa dan flora terutama yang endemik dan ekosistem maka pihak Taman Nasional Kutai menetapkan zona penyangga di kawasan tambang PT. KPC yang terbagi ke dalam tiga zonasi, yaitu : 1 jalur hijau berbatasan dengan Taman Nasional Kutai, 2 jalur interaksi dibatas luar zona hijau dan 3 jalur budidaya yaitu bagian terluar dari zona interaksi. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 1998 tentang pengelolaan daerah penyangga kawasan pelestarian didasarkan kepada tiga aspek yang saling terkait yaitu aspek ekologi, ekonomi dan soaial budaya setempat dan dilakukan melalui koordinasi perencanaan dan sinkronisasi pelaksanaan sehingga pengelolaan daerah penyangga dapat didukung oleh berbagai sektor terkait lainnya. Manajemen TNK bekerja sama dengan PT. Kaltim Prima Coal KPC, Center for International Forestry Research CIFOR dan Pusat Informasi Lingkungan Indonesia PILI melakukan kegiatan ”responsible tourism” dalam rangka pengembangan kepariwisataan di dalam TNK dan wilayah di sekitarnya, merupakan salah satu kegiatan pengembangan ekowisata yang menekankan pada prinsip tanggung jawabnya terhadap kelestarian hutan melalui aspek edukasi, aspek ekonomi, aspek konservasi dan aspek sosial.

5.1.2.5. Masyarakat sekitar Kawasan