dan mendukung upaya peningkatan kesejahteraan dan mutu kehidupan masyarakat Mengingat pentingnya fungsi Taman Nasional dalam kelestarian dan
perlindungan biodiversitas satwa dan flora terutama yang endemik dan ekosistem maka pihak Taman Nasional Kutai menetapkan zona penyangga di kawasan
tambang PT. KPC yang terbagi ke dalam tiga zonasi, yaitu : 1 jalur hijau berbatasan dengan Taman Nasional Kutai, 2 jalur interaksi dibatas luar zona
hijau dan 3 jalur budidaya yaitu bagian terluar dari zona interaksi. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 1998 tentang pengelolaan daerah
penyangga kawasan pelestarian didasarkan kepada tiga aspek yang saling terkait yaitu aspek ekologi, ekonomi dan soaial budaya setempat dan dilakukan melalui
koordinasi perencanaan dan sinkronisasi pelaksanaan sehingga pengelolaan daerah penyangga dapat didukung oleh berbagai sektor terkait lainnya.
Manajemen TNK bekerja sama dengan PT. Kaltim Prima Coal KPC, Center for International Forestry Research CIFOR dan Pusat Informasi
Lingkungan Indonesia PILI melakukan kegiatan ”responsible tourism” dalam rangka pengembangan kepariwisataan di dalam TNK dan wilayah di sekitarnya,
merupakan salah satu kegiatan pengembangan ekowisata yang menekankan pada prinsip tanggung jawabnya terhadap kelestarian hutan melalui aspek edukasi,
aspek ekonomi, aspek konservasi dan aspek sosial.
5.1.2.5. Masyarakat sekitar Kawasan
Hasil penilaian terhadap masyarakat di sekitar kawasan mangrove Pantai Tanjung Bara adalah 75 klasifikasi tinggi. Masyarakat yang bermukim paling
dekat dengan kawasan mangrove Pantai Tanjung Bara adalah masyarakat Desa Singa Gembara berjumlah 16.595 jiwa. Bappeda Kabupaten Kutai Timur 2009.
Masyarakat Desa Singa Gembara menurut tingkat pendidikan mayoritas adalah SLTA dan perguruan tinggi. Jenis mata pencaharian masyarakat bervariasi
nelayan, petani, PNS dan karyawan perusahaan tambang batubara.
Tabel 16 Penilaian persepsi, harapan dan partisipasi masyarakat di sekitar kawasan mangrove Pantai Tanjung Bara
No. Sub Unsur
Nilai
1 Persepsi masyarakat terhadap pengembangan ekowisata
mangrove 25
2 Harapan masyarakat terhadap pengembangan ekowisata
25 3
Partisipasi masyarakat dalam penunjang pengembangan ekowisata
25
Jumlah 75
Masyarakat telah memahami bahwa kegiatan ekowisata di kawasan mangrove adalah sebagai bentuk pemanfaatan jasa lingkungan dan bagian
kegiatan pelestarian mangrove. Program dan rencana pengembangan ekowisata di kawasan mangrove ini dapat dimengerti dan diterima oleh masyarakat dengan
harapan akan memberikan kesempatan pada masyarakat untuk menikmati manfaat kawasan rekreasi serta dapat memberikan peluang usaha. Pekerjaan
masyarakat bervariasi,
namun lebih
dominan sebagai
karwayan swastaperusahaan. Hal ini mencerminkan rutinitas waktu yang banyak dihabiskan
untuk bekerja sebagai pekerja perusahaan, sehingga membutuhkan suatu kesempatan waktu dan tempat untuk beristirahat dengan berrekreasi bersama
keluarga. Sebagian besar masyarakat memiliki persepsi yang baik tentang
pentingnya konservasi mangrove melalui kegiatan ekowisata. Masyarakat berharap kawasan mangrove di Pantai Tanjung Bara akan tetap terjaga. Dukungan
terhadap rencana pengembangan ekowisata terkait pula dengan harapan masyarakat yang memandang adanya peluang baru untuk peningkatan
kesejahteraan melalui penambahan obyek wisata, pembukaan lapangan kerja, dan peningkatan pendapatan masyarakat.
Masyarakat Desa Singa Gembara memiliki keinginan untuk ikut terlibat dalam dalam berbagai bentuk partisipasi yang dapat menunjang kegiatan
ekowisata di kawasan mangrove Pantai Tanjung Bara, di antaranya menyediakan fasilitas ekowisata, melindungi kawasan mangrove, berjualan cinderamata,
pemandu wisata, atau ikut berpartisipasi dalam sosialisasi ekowisata di kawasan mangrove Pantai Tanjung Bara.
5.1.2.6. Kualitas Lingkungan