6 4.
Mengestimasi tingkat efisiensi energi green building PT. XYZ. 5.
Mengestimasi tingkat efisiensi air green building PT. XYZ.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1.
Akademisi dan peneliti, sebagai referensi untuk melakukan penelitian terkait green building.
2. Pemerintah, sebagai referensi untuk membuat kebijakan pembangunan
berkelanjutan. 3.
Swasta, sebagai referensi untuk melakukan kegiatan pembangunan gedung berwawasan lingkungan.
4. Masyarakat luas, untuk menambah pengetahuan mengenai bangunan ramah
lingkungan.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Terdapat beberapa batasan penelitian diantaranya: 1.
Wilayah objek penelitian adalah green building yang dibangun oleh PT. XYZ yang terletak di Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat.
2. Nilai efisiensi yang diestimasi adalah nilai efisiensi energi dan efisiensi air.
3. Efisiensi energi dihitung berdasarkan penggunaan energi listrik, konsumsi
energi dihitung dengan satuan kWh permeter persegi per tahun kWhm
2
tahun. 4.
Harga listrik yang dipakai adalah harga listrik per kWh yang ditetapkan oleh PT. PLN yaitu Rp 803kWh.
5. Konsumsi air dihitung dengan satuan meter kubik m
3
dan harga yang dipakai adalah harga air yang ditetapkan oleh PDAM Tirta Rangga Subang.
6. Komponen ramah lingkungan adalah efisiensi energi, efisiensi air, dan
perbaikan kualitas lingkungan.
7
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Green Building
Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 8 Tahun 2010 Bangunan ramah lingkungan green building adalah suatu bangunan yang
menerapkan prinsip lingkungan dalam perancangan, pembangunan, pengoperasian, dan pengelolaannya dan aspek penting penanganan dampak perubahan iklim.
Menurut BEA Indonesia 2013 terdapat empat aspek yang perlu dipertimbangkan dalam membangun green building. Empat aspek tersebut yaitu:
1. Material Material yang digunakan untuk membangun harus diperoleh dari alam,
merupakan sumber energi terbarukan yang dikelola secara berkelanjutan, atau bahan bangunan yang didapat secara lokal untuk mengurangi biaya transportasi.
Daya tahan bahan material bangunan yang layak sebaiknya tetap teruji, namun tetap mengandung unsur bahan daur ulang, mengurangi produksi sampah, dan
dapat digunakan kembali atau didaur ulang. 2. Energi
Green building harus menggunakan lampu hemat energi, peralatan hemat energi lain, serta teknologi terbarukan seperti turbin angin dan panel surya. Selain
itu green building perlu dilengkapi dengan jendela untuk menghemat penggunaan lampu dan pendingin ruangan.
3. Air Green building perlu memasang sistem tangkapan air hujan sehingga dapat
melakukan daur ulang air untuk menyiram tanaman atau menyiram toilet. Peralatan sanitasi yang dipakai merupakan peralatan yang mampu menghemat
seperti pancuran bertekanan rendah, tidak menggunakan bathtub di kamar mandi, menggunakan toilet flush hemat air atau toilet kompos tanpa air, dan memasang
sistem pemanas air tanpa listrik. 4. Kesehatan
Bahan bangunan yang dipakai adalah bahan bangunan yang tidak beracun serta mampu meningkatkan kualitas udara di dalam ruangan untuk mengurangi resiko
8 asma, alergi, dan penyakit lainnya. Bahan yang dimaksud adalah bahan bebas
emisi, rendah atau non Volatil Organic Compound VOC, dan tahan air untuk mencegah datangnya kuman dan mikroba lainnya. Kualitas udara dalam ruangan
juga dapat ditingkatkan melalui sistem ventilasi dan alat pengatur kelembaban udara.
Sistem rating bangunan dikembangkan di seluruh dunia untuk menciptakan kesadaran tentang green building. Sistem rating ini sukarela dan dikembangkan
dengan kesesuaian industri bangunan dari masing-masing negara. Sistem rating menguntungkan masyarakat luas karena sistem rating ini bertujuan untuk
memperbaiki lingkungan dengan mengurangi emisi gas rumah kaca dan mengurangi konsumsi sumberdaya alam Kansal dan Kadambari 2010.
Leadership in Energy and Environmental Design LEED merupakan program sertifikasi green building yang dibuat oleh United States Green building Council
USGBC. LEED dibentuk pada tahun 1998 sebagai standar nasional sukarela untuk mengembangkan bangunan berkelanjutan dan berkinerja tinggi Bowyer
2007. Sertifikasi LEED diakui secara global sebagai tanda pembeda, baik untuk
gedung baru maupun yang direnovasi. Poin Sertifikasi diberikan dalam enam kategori yaitu situs berkelanjutan, efisiensi air, energi dan atmosfer, kualitas
lingkungan di dalam ruangan, material dan sumberdaya, serta inovasi dan desain. Terdapat empat level sertifikasi pada program LEED USGBC yaitu perunggu,
perak, emas, dan platinum. Proses sertifikasi itu memerlukan pendaftaran proyek dengan USGBC, dukungan teknis USGBC dalam seluruh desain, konstruksi, dan
proses commissioning, sertifikasi oleh USGBC yang melibatkan kajian teknis dokumentasi proyek dan kajian panitia sertifikasi Nalewaik dan Venter 2009.
2.2 Intensitas Konsumsi Energi
Intensitas Konsumsi Energi IKE merupakan istilah yang digunakan untuk mengetahui tingkat pemakaian energi pada suatu bangunan. Energi yang
dimaksud disini adalah energi listrik. Nilai intensitas konsumsi energi penting untuk dijadikan tolak ukur menghitung potensi penghematan energi yang
mungkin diterapkan di tiap ruangan atau seluruh area bangunan. Dengan
9 membandingkan intensitas konsumsi energi bangunan dengan standar nasional,
bisa diketahui apakah sebuah ruangan atau keseluruhan gedung sudah efisien atau tidak dalam menggunakan energi Mukhlis 2011. Terdapat beberapa istilah yang
digunakan antara lain IKE listrik per satuan luas gedung yang dikondisikan netto, yaitu luas total ruangan yang dikondisikan ruang ber-AC dan IKE listrik
per satuan luas kotor gross gedung, yaitu luas total ruang ber-AC ditambah dengan luas total ruang gedung yang tidak dikondisikan tanpa AC Marzuki dan
Rusman 2012.
2.3 Efisiensi
Efisiensi adalah kemampuan suatu usaha untuk menghasilkan suatu keluaran output tertentu dengan menggunakan menggunakan sejumlah masukan
input tertentu secara optimal Stephanie 2012. Efisiensi menunjukkan perbandingan antara nilai produk marginal terhadap nilai faktor produksi. Analisis
efisiensi diperlukan untuk membantu mengalokasikan faktor-faktor produksi agar tidak terjadi pemborosan Rahayu dan Riptanti 2010.
Efisiensi energi adalah perbandingan antara energi yang dapat dimanfaatkan terhadap energi yang dibutuhkan. Semakin tinggi tingkat efisiensi energi maka
penggunaan energi akan semakin sedikit untuk hasil yang sama Demiati 2010 dalam Sabastini 2013. Terdapat empat prinsip dalam efisiensi energi. Pertama,
proses desain terintegrasi mencakup karakteristik lokasi dan desain bangunan yang meliputi pilihan-pilihan arsitektur, struktural, mekanik, dan listrik. Kedua,
pilihan material dan teknologi harus didesain secara akurat untuk meminimalisasi konsumsi energi. Ketiga, kebanyakan energi dalam bangunan digunakan untuk
memastikan kenyamanan manusia, sehingga iklim sekeliling serta kondisi dalam ruangan yang ditargetkan memiliki dampak yang besar bagi kinerja energi
bangunan. Keempat, panduan operasional dan pemeliharaan bangunan yang difokuskan pada langkah-langkah efisiensi energi esensial untuk mencapai dan
memelihara kinerja energi yang ditargetkan melalui desain bangunan EBTKE 2013. Efisiensi alokasi sumber daya air memiliki tujuan untuk menghasilkan
biaya penyediaan air yang rendah, penerimaan per unit sumberdaya yang tinggi, serta mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan Fauzi 2010.
10
2.4 Penelitian Terdahulu
Berdasarkan studi pustaka diperoleh beberapa penelitian yang terkait dengan green building, dan kesediaan membayar untuk konservasi lingkungan. Hasil
penelitian-penelitian tersebut dijadikan rujukan dalam penelitian ini. Liu et al. 2012 melakukan penelitian terkait faktor pendorong
pengembangan green building di Cina. Hasil analisis menunjukkan faktor pendorong pengembangan green building di Cina adalah untuk memperoleh
insentif dari pemerintah, memperoleh reputasi sosial yang baik, untuk meningkatkan level proyek, untuk memenuhi target dari pengguna, untuk
memperbaiki lingkungan kerja dan tempat tinggal, untuk mengurangi konsumsi energi, serta untuk memimpin industri.
Gunawan dkk 2012 melakukan studi kasus efisiensi energi dan bangunan bersertifikasi gedung hijau salah satunya adalah gedung Sinarmas Land Plaza
Office, BSD Tangerang. Sinarmas Land Plaza didesain dengan konsep hijau seperti dalam hal penghematan energi dan air, emisi karbon, dan daur ulang air.
Gedung tersebut telah mendapat sertifikasi dari Green Mark Singapura dengan level gold serta memperoleh penghargaan Best Office Building dari Asia Pacific
Property Awards, serta finalis dalam Hong Kong Green Building Award. Efisiensi energi yang berhasil dicapai oleh gedung tersebut adalah 31.
Melati 2013 melakukan analisis ekonomi lingkungan bandar udara Soekarno Hatta. Penelitian bertujuan untuk mengetahui persepsi masyarakat
dengan menilai Willingness to Pay WTP masyarakat terhadap penerapan eco- airport. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 97 responden bersedia
membayar dengan nilai rata-rata WTP sebesar Rp13.865 per orang per penerbangan. Variabel tingkat pendidikan, jumlah pendapatan, frekuensi
penerbangan, dan dummy kenyamanan berpengaruh secara signifikan terhadap besarnya nilai WTP pada taraf nyata 10. Hasil penelitian terdahulu dirangkum
pada Tabel 3.