41 Gedung Kementerian PU mencapai efisiensi air dengan memasang sistem
daur ulang air. Sistem daur ulang air tersebut mengolah air kotor menjadi air bersih yang dapat digunakan kembali untuk menyiram tanaman. Gedung ITSB
mencapai efisiensi air dengan memasang meteran air, memiliki Water Treatment Plant WTP, menggunakan saniter yang ramah lingkungan, dan memiliki kolam
penampungan air hujan. Gedung Sinarmas Land Plaza mencapai efisiensi air dengan menggunakan teknologi dan desain yang dapat mengurangi penggunaan
air dalam perancangan bangunan. Gedung BCA mencapai efisiensi air dengan menerapkan manajemen konservasi air dan inspeksi sistem pipa untuk mencegah
kebocoran air, menggunakan air daur ulang, dan menggunakan keran otomatis. PT. Dahana mencapai efisiensi air dengan mengunakan sumber air alternatif seperti
air hujan dan kondensat AC. Menurut Lockwood 2006 dalam Nalewaik dan Venter 2009 green building di Amerika Serikat dapat mengurangi konsumsi air
34 dibandingkan gedung standar dengan menerapkan sistem saluran air yang baik.
Menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 8 Tahun 2010 kriteria bangunan ramah lingkungan diantaranya adalah terdapat fasilitas,
sarana, dan prasarana untuk konservasi sumberdaya air dan pengelolaan air limbah domestik yaitu mempunyai sistem pemanfaatan air yang dapat
dikuantifikasi, menggunakan sumber air yang memperhatikan konservasi sumberdaya air, mempunyai sistem pemanfaatan air hujan, serta mengengkapi
bangunan dengan sistem pengolahan dan pemanfaatan kembali air limbah domestik. Berdasarkan uraian tersebut maka efisiensi air pada green building
dapat dicapai dengan penerapan teknologi yang dapat mengatur penggunaan air, pemasangan sistem pengolahan air limbah, penerapan sistem manajemen
pengelola air, penggunaan sumber air alternatif, penampungan air hujan, efisiensi lansekap, serta menggunakan peralatan saniter yang hemat air. Desain dan
teknologi berperan penting dalam pencapaian efisiensi air. Desain yang tepat serta teknologi yang inovatif dapat meningkatkan efisiensi air pada green building.
Pencapain efisiensi air dicapai dengan mengintegrasikan desain, teknologi, serta sistem manajemen dan pengelolaan air. Desain sistem saluran air yang dipilih
adalah desain terbaik yang dapat mengurangi pemakaian air. Teknologi yang
42 diterapkan adalah teknologi yang tidak hanya dapat mengurangi penggunaan air
tetapi juga ramah lingkungan. Manajemen pengelola air pada gedung harus melakukan perawatan dan pengecekan pipa secara berkala agar tidak terjadi
kebocoran air. Apabila dibandingkan dengan gedung konvensional, efisiensi air pada green
building PT. XYZ sudah baik karena melakukan penghematan sebesar 10,98. Efisiensi air dapat ditingkatkan dengan mengurangi penggunaan air oleh penghuni
serta menerapkan sistem daur ulang air. Sistem daur ulang air berguna untuk meminimalisir pemakaian air, sehingga air limbah yang telah diolah dapat
dimanfaatkan kembali untuk keperluan menyiram taman. Sama seperti efisiensi energi, efisiensi air pun menurunkan biaya air yang harus dikeluarkan dan
berimplikasi pada pengurangan biaya operasional gedung.
6.6 Implikasi dan Rekomendasi
Green building merupakan salah satu alternatif untuk melaksanakan pembangunan berkelanjutan. Pengembangan green building di Indonesia dapat
mengacu pada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 08 Tahun 2010 Tentang Kriteria dan Sertifikasi Bangunan Ramah Lingkungan. Sebanyak 57
orang 95 responden yang bertempat tinggal dekat dengan green building tidak mengetahui mengenai konsep green building, hanya tiga orang 5 responden
yang mengetahui konsep green building. Perusahaan yang membangun green building akan memperoleh insentif yaitu kemudahan dalam mengekspor barang
serta pengurangan pajak di negara tujuan ekspor karena barang yang dihasilkan dengan proses produksi dan sistem manajemen yang ramah lingkungan memiliki
nilai tambah di pasar dunia. Hasil analisis menunjukkan pembangunan green building membutuhkan
dana Rp13.800.000.000 lebih besar jika dibandingkan dengan gedung konvensional. Pengembangan green building juga terkendala tingkat pengetahuan
masyarakat mengenai green building yang rendah. Berdasarkan survei yang dilakukan diketahui bahwa 95 responden tidak mengetahui konsep green
43 building. Hal ini dikarenakan green building merupakan konsep baru dan belum
banyak diterapkan dalam pembangunan di Indonesia. Green building memiliki manfaat jangka panjang seperti efisiensi
penggunaan energi sebesar 66,62 jika dibandingkan dengan standar konsumsi listrik di Indonesia dengan nilai ekonomi sebesar Rp461.401.792,5 pertahun dan
efisiensi air sebesar 10,98 dengan nilai ekonomi Rp3.207.472,125 pertahun. Green building memberikan manfaat bagi lingkungan yaitu mengurangi polusi
udara dan mengurangi emisi CO
2
. Manfaat jangka panjang dari green building membuat green building
memiliki potensi untuk dikembangkan di Indonesia. Green building dapat dibangun di berbagai wilayah baik desa maupun kota. Manfaat green building
akan lebih besar jika dibangun di perkotaan yang memiliki tingkat konsumsi energi dan air yang tinggi serta menghasilkan banyak polusi sehingga dapat
mengurangi konsumsi energi dan air serta mengurangi biaya operasional gedung. Keberhasilan pembangunan dan pengembangan green building ditentukan
oleh komitmen dari seluruh stakeholder yang terkait seperti pengelola, penghuni, pembuat kebijakan, masyarakat sekitar, infrastruktur dan fasilitas yang memadai,
serta penggunaan teknologi tepat guna dan berwawasan lingkungan. Pengembangan green building di Indonesia perlu disertai dengan insentif bagi
pihak yang akan membangun green building agar kegiatan pembangunan dapat tetap berjalan dan lingkungan tetap terjaga kelestariannya. Selain itu diperlukan
penyebarluasan informasi terkait green building kepada masyarakat luas untuk meningkatkan pengetahuan dan partisipasi mereka terhadap pengembangan green
building.
44
VII SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
Simpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Proses pembangunan green building meliputi registrasi proyek, memilih standar dan level sertifikasi, mendapatkan score card, mengirimkan aplikasi,
konstruksi, dan mendapatkan sertifikasi. 2.
Sebanyak 3 orang 5 mengetahui green building dan 57 orang 95 tidak mengetahui konsep green building. Pengetahuan masyarakat terkait green
building masih rendah karena green building merupakan konsep baru di Indonesia.
3. Biaya pembangunan green building adalah sebesar Rp22.154.000.000. Biaya
pembangunan gedung konvensional adalah sebesar Rp13.800.000.000. Biaya green building Rp8.354.000.000 60,54 lebih mahal dibandingkan dengan
gedung konvensional. 4.
Efisiensi energi pada green building jika dibandingkan dengan IKE desain adalah 71,61 dengan nilai ekonomi Rp583.083.193 per tahun dan jika
dibandingkan dengan IKE standar Indonesia adalah 66,62 dengan nilai ekonomi dari efisiensi energi Rp461.401.792,5 per tahun.
5. Efisiensi air pada green building adalah sebesar 10,98. Nilai ekonomi dari
efisiensi air adalah Rp3.207.472,125 per tahun.
7.2 Saran
Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian, maka dapat disarankan:
1. Pembangunan green building di Indonesia perlu didorong dengan memberikan
insentif bagi pihak yang akan membangun green building serta menerapkan kebijakan yang mengarahkan pembangunan berkonsep green building di
Indonesia. Insentif tersebut dapat berupa pengurangan pajak dan mempermudah perizinan bagi pihak yang akan membangun green building.