6
di daerah tropik, persediaan untuk ruaya pengungsian bukan saja karena persediaan dalam tubuhnya dengan kondisi yang baik, dapat pula tanpa persediaan seperti itu.
Terutama kalau keadaan perairan sekelilingnya berubah secara mendadak sehingga tidak ada kesempatan untuk ikan mengadakan persiapan. Misalnya ada pollutant
yang mendadak. Demikian juga kalau di pantai yang terjadi angin ribut, maka ikan itu akan berenang ke tengah untuk menghindarinya. Pergerakan ruaya ikan ke
daerah pemijahan mengandung tujuan penyesuaian dan peyakinan tempat yang paling menguntungkan untuk perkembangan telur dan larva.
Ikan tembang penyebarannya meliputi perairan Indonesia menyebar ke utara Taiwan, ke selatan sampai ujung utara Australia dan ke barat sampai Laut Merah.
Daerah penyebarannya di Indonesia meliputi Laut Jawa, Sulawesi Selatan, Selat Malaka, dan Laut Arafura www.dkp.go.id. Daerah penyebaran ikan tembang di
perairan Laut Indonesia dan sekitarnya dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Daerah penyebaran ikan tembang Sardinella fimbriata Sumber : http:www.fishbase.org
2.2. Alat tangkap ikan tembang
Ikan tembang S. fimbriata ditangkap menggunakan alat tangkap bagan. Bagan adalah sejenis alat penangkapan ikan yang digunakan nelayan untuk
menangkap ikan pelagis kecil. Alat tangkap ini pertama kali diperkenalkan oleh nelayan Bugis Makassar pada tahun 1950-an. Beberapa tahun kemudian bagan ini
tersebar dan terkenal di seluruh Perairan Indonesia. Dalam perkembangannya bagan telah mengalami perubahan, baik bentuk maupun ukurannya yang dimodifikasi
7
sedemikian rupa, sehingga sesuai daerah penangkapannya Subani Barus 1989. Subani Barus 1989 mengklasifikasikan bagan ke dalam jaring angkat lift net,
karena pengoperasiannya dilakukan dengan cara menurunkan dan mengangkat jaring secara vertikal. Pengoperasian bagan menggunakan cahaya lampu sebagai
pemikat, sehingga ikan yang menjadi tujuan penangkapannya adalah ikan yang bersifat fototaksis positif.
Dilihat dari bentuk dan cara pengoperasiannya, bagan dibagi menjadi tiga macam, yaitu bagan tancap, bagan rakit, dan bagan perahu Subani Barus 1989.
Bagan tancap adalah bagan yang pengoperasiannya tidak dapat dipindah-pindahkan atau sekali dipasang berarti berlaku untuk selama musim penangkapan ikan Gambar
3. Bagan rakit adalah sejenis bagan yang menggunakan rakit bambu sebagai pengapung, karena jenis bagan ini terapung, maka penggunaannya dapat dilakukan
berpindah-pindah dengan bantuan kapal penarik. Bagan perahu adalah sejenis bagan yang menggunakan satu atau dua buah perahu dalam konstruksinya sebagai
pengapung. Pengoperasian bagan perahu dapat dipindah-pindahkan seperti halnya bagan rakit.
Gambar 3. Bagan tancap di Teluk Banten Sumber : Ditjen-Tangkap DKP 2010
8
2.3. Analisis Frekuensi Panjang
Analisis frekuensi panjang digunakan untuk menentukan kelompok ukuran ikan yang didasarkan kepada anggapan bahwa frekuensi panjang individu dalam
suatu spesies dengan kelompok umur yang sama akan bervariasai mengikuti sebaran normal Effendie 1997. Pengkaijian stok ikan fish stock assessment pada intinya
memerlukan data komposisi umur. Pada perairan beriklim sedang, data komposisi umur biasanya dapat diperoleh melalui perhitungan terhadap lingkaran-lingkaran
tahunan pada bagian-bagian keras seperti sisik dan otolith. Lingkaran-lingkaran ini dibentuk karena adanya fluktuasi yang kuat dalam berbagai kondisi lingkungan dari
musim panas ke musim dingin atau sebaliknya. Pada daerah tropis tidak terjadi perubahan musim yang sangat mencolok, oleh karena itu penggunaan lingkaran-
lingkaran musiman untuk menentukan umur sangat sulit, bahkan hampir tidak mungkin dilakukan. Sejumlah metode penentuan umur telah dikembangkan dengan
menggunakan sejumlah struktur yang lebih lembut dengan menggunakan lingkaran- lingkaran harian untuk menghitung umur ikan dan jumlah hari. Namun, metode ini
memerlukan perlatan khusus yang relatif mahal dan tidak mungkin dapat diaplikasikan di berbagai tempat. Beberapa metode numerik telah dikembangkan
yang memungkinkan dilakukannnya konversi atas data frekuensi panjang ke dalam komposisi umur. Oleh karena itu, kompromi yang paling baik bagi pengkajian stok
spesies tropis adalah analisis sejumlah data frekuensi panjang. Data frekuensi panjang yang dijadikan contoh dan dianalisa dengan benar dapat memperkirakan
parameter pertumbuhan yang digunakan dalam pendugaan stok spesies tunggal Pauly 1983 in Bingan 2009.
Umur ikan bisa ditentukan dari distribusi frekuensi panjang melalui analisis kelompok umur karena panjang ikan dari umur yang sama cenderung membentuk
suatu distribusi normal. Kelompok umur bisa diketahui dengan mengelompokkan ikan dalam kelas-kelas panjang dan menggunakan modus panjang kelas tersebut
untuk mewakili kelompok umur. Hasil identifikasi kelompok umur dapat digunakan untuk menghitung pertumbuhan atau laju pertumbuhan Busacker et al. 1990 in
Syakila 2009.
9
2.4. Tangkapan per satuan upaya