Perumpamaansimile Metafora PersonifikasiPenginsanan adalah gaya bahasa yang mempersamakan benda- Depersonifikasi Alegori adalah kata-kata kiasan berbentuk lukisancerita kiasan, merupakan

50 1 Gaya Bahasa Perbandingan, terdiri dari: simileperumpamaan, metafora, personifikasi, depersonifikasi, alegori, antitesis, pleonasmetautologi, perifrasis, prol;epsis antisipasi, koreksio. Henry Guntur Tarigan, 1985: 9 2 Gaya Bahasa Pertentangan, terdiri dari: hiperbola, litotes, ironi, oksimoron, paranomasia, paralipsis, zeugmasilepsis, satire, inuendo, antifrasis, paradoks, klimaks, antiklimaks, apostrof, anastrof, apofasis, histeron proteron, hipalase, sinisme, sarkasme. Henry Guntur Tarigan, 1985: 55 3 Gaya Bahasa Pertautan, terdiri dari: metonimia, sinekdoke, alusio, eufemisme, eponim, epitet, antonomasia, erotesis, paralelisme, elipsis, gradasi, asinmdeton, p[olisindeton. Henry Gunbtur Tarigan, 1985: 120 4 Gaya Bahasa Perulangan, terdiri dari: aliterasi, asonansi, antanaklasis, kiasmus, epizeukis, tautoles,, anafora, epistrofa, simloke, mesodiplopsis, anadilopsis.

1. Perumpamaansimile

adalah bahasa kiasan berupa pernyataan satu hal dengan hal lain dengan menggunakan kata-kata pembanding, seperti kata bagaikan, ibarat, laksana, seumpama, penaka. Tanpa kata pembanding, simile merupakan ungkapan simbolik yang sebenarnya bisa dipakai untuk mewakili pengertian kata-kata di depannya.

2. Metafora

adalah bahasa kiasan sejenis perbandingan namun tidak menggunakan kata pembanding. Di sini perbandingan dilakukan secara langsung tanpa kata sejenis bagaikan, ibarat, laksana, dan semacamnya. Metafora merupakan perwujudan ungkapan simbolik.

3. PersonifikasiPenginsanan adalah gaya bahasa yang mempersamakan benda-

benda dengan manusia, yang punya sifat, kemampuan, pemikiran, perasaan, 51 seperti yang dimiliki dan dialami oleh manusia. Gaya bahasa ini melekatkan sifat-sifat insani kepada benda-benda tak bernyawa atau sesuatu yang abstrak.` Dia merupakan pelukisan atau penggambaran dari sebuah ide, objek, atau binatang yang seolah-olah berlaku seperti manusia. Badai dan perahu, sebagai contoh, secara tradisional sering dipersonifikasikan dengan diberi nama dengan nama-nama manusia. Personifikasi menyatakan sebuah bentuk dari perbandingan dan membuat penyair mampu untuk menggambarkan dengan tenaga dan vitalitas dari apa yang semestinya tidak hidup atau tidak bernyawa. Pickering dan Hoeper, 1997: 754

4. Depersonifikasi

merupakan kebalikan dari personifikasi. Dalam gaya bahasa ini, bukan benda yang dilukiskan seperti manusdia, tetapi justru manusialah yang dilukiskan seperti benda-benda. Gaya bahasa ini dekat dengan metafora.

5. Alegori adalah kata-kata kiasan berbentuk lukisancerita kiasan, merupakan

metafora yang dikembangkan menjadi bait-bait sanjak. Ungkapan demikian bermakna simbolis, melukiskan suatu figur, zaman, angkatan, serta mengandung nilai-nilai moral 6. Parabel Parabola adalah gaya bahasa berupa cerita-cerita fantastis atau penuh absurditas dengan tema-tema kemanusiaan atau religiuitas yang luas, dengan dimensi moral yang kental. Gaya bahasa ini mengajak pembaca dan penyimak membandingkan situasi yang dialami dengan yang dilukiskan dalam cerita. 7. Fabel adalah metafora berbentuk cerita dengan tokoh-tokoh binatang yang digambarkan pandai bercakap-cakap seperti manusia, karena esensinya, cerita- cerita tersebut melukiskan perilaku dan karakter manusia. Kebanyakan fabel merupakan prosa klasik dan selalu bersifat simbolik. Jadi cerita-cerita dalam fabel bukanlah menceritakan para binatang itu sendiri, melainkan binatang- 52 binatang dengan karakternya yang spesifik itu hanya merupakan representasi dari watak, tingkah laku dan perbuatan manusia yang disindir dengan fabel tersebut. 8. Antitesis adalah gaya bahasa yang menghadirkan kelompok-kelompok kata yang berlawanan maksudnya, yang bersifat kontras atau bertentangan..Di sini terdapat pemakaian katakata yang berantonim. 9. Tautologi adalah sarana retorika yang menyatakan sesuatu secara berulang dengan kata-kata yang maknanya sama, supaya diperoleh pengertian yang lebih mendalam. Ada kesan tidak efektif di sini, namun hal itu dilakukan justru untuk mencapai intensitas pengucapan.

10. Pleonasme adalah sarana retorika semacam tautologi dengan menghadirkan