54
18. Oksimoran adalah gaya bahasa semacam paradoks yang lebih singkat dan
padat, mengandung kata-kata yang berlawanan arti dalam frase yang sama. Berbeda dengan dalam paradoks, oksimoron terdapat dalam sebuah frase.
19. Klimaks adalah gaya bahasa berupa ekspresi dan pernyataan dalam rincian
yang secara periodik makin lama makin meningkat, baik kuantitas, kualitas,
intensitas, nilainya. Gaya bahasa ini disebut juga dengan gradasi. 20. Antiklimaks,
merupakan antonim dari klimaks, adalah gaya bahasa berupa
kalimat terstruktur yang isinya mengalami penurunan kualitas, kuantitas, intensitas. Gaya bahasa ini justru dimulai dari puncak, makin lama makin ke
bawah.
21. Paradoks adalah gaya bahasa berupa pernyataan yang mengandung
kontraspertentangan, terkesan kontroversial, namun setelah direnung- renungkan, ternyata mengandung kebenaran. Tidak jarang paradoks
mencerminkan absurditas kehidupan, sesuatu yang aneh, namun benar-benar terjadi.
22. Apostrof adalah gaya bahasa berupa pengalihan pembicaraan kepada benda
atau sesuatu yang tidak bisa berbicara kepada kita, terutama kepada tokoh yang tidak hadir atau sudah tiada, dengan tujuan lebih menarik perhatian atau
memberi nuansa lain. Apostrof adalah sebuah bentuk terbatas dari personifikasi, terjadi
ketika seorang penyair atau salah seorang tokoh ciptaannya menyampaikan sebuah percakapan pada sesuatu yang bukan seseorang manusia atau
seseorang yang bukan manusia. Pickering dan Hoeper, 1997: 755
55
23. Hipalase adalah gaya bahasa yang mengandung pemakaian kata yang
menerangkan kata yang bukan sebenarnya. Dalam hipalase, sesuatu yang bukan manusia dikenai ungkapan yang lazim berlaku untuk manusia. .
24. Ironisindiran adalah gaya bahasa berupa penyampaian kata-kata yang
berbeda dengan maksud atau kenyataan yang sesungguhnya, tapi pembacapendengar, diharapkan memahami maksud penyampaian itu.
Istilah atau terma ironi mengacu pada sebuah perbedaan atau ketidaksesuaian atau ketidakcocokan antara penampilan dan kenyataan.
Ketidaksesuaian ini bisa mempunyai bentuk beragam. Dalam ironi dramatik pernyataan diketahui pada audiens atau pembaca
sebagai kebalikan dari apa yang diharapkan oleh peserta. Dalam ironi situasional sebuah rangkaian kejadian berubah menjadi kebalikan dari apa
yang semestinya diharapkan atau yang semestinyaselayaknya terjadi.
Pickering dan Hoeper, 1997: 733
25. Sinisme adalah sarana retorika berupa gaya bahasa yang hakikatnya tidak
berbeda dengan ironi, namun dengan ekspresi yang lebih keras, dengan efek yang lebih terasa bagi yang dikenai sinisme tersebut..
26. Sarkasme merupakan gaya bahasa berupa pengucapan-pengucapan yang