Sifat Fisik dan Fungsional Serat Pangan dari Rumput Laut

26 Karagenan adalah kelompok polisakarida komplek yang diektraksi dari rumput laut merah mengandung galaktan tersulfatasi dimana gugus galaktosa 1,3 nya digantikan oleh -1,3,4,6-anhydro-D-galaktosa. Karagenan yang banyak digunakan -, -dan -karagenan berbeda dalam jumlah dan posisi gugus S tersulfatnya dan kandungan 3,6-anhidrogalaktosa. Agar merupakan campuran polisakarida yang diekstraksi dari rumput laut merah khususnya spesies Gracilaria sp dan Gelidium sp, yang terdiri dari 3,6-anhidro-L-galaktosa Renn 1990. Rumput laut hijau terdiri dari pati, selulosa, xilan, mannan dan polisakarida ionik yang mengandung gugus sulfat dan asam uronat, juga ada ramnosa, xylosa, galaktosa dan arbinosa Lahaye 1991.

E. Sifat Fisik dan Fungsional Serat Pangan dari Rumput Laut

Sifat fisik serat pangan tergantung pada sifat kimia komponennya. Sifat fisiko-kimia ini meliputi dispersibilitas dalam air, viskositas, kemampuan mengikat dan mengabsorbsi, kapasitas feses dan fermentabilitasnya Davidson dan Donald 1998; Scheneemen 1998. Serat pangan dari rumput laut mempunyai perbedaan sifat kimia dan fisiko-kimianya dibandingkan dengan serat dari tanaman teresterial, oleh karena itu akan mempunyai efek fisiologis yang berbeda terhadap manusia Lahaye 1991. Secara rinci dapat dilihat dari Tabel 1. Dispersibilitas dalam Air dan Viskositas Komponen matrik utama dalam rumput laut coklat adalah poliuronida yang disebut alginat. Alginat dapat membentuk gel yang kuat karena adanya kation kalsium Fleury and Lahaye 1991. Sodium alginat yang kaya asam guloronat lebih larut dalam air dibandingkan dengan sodium alginat yang kaya asam mannuronat. Kelarutan ini merupakan faktor yang menghambat penyerapan makanan dalam diet alginat karena asam alginat membentuk gel dalam perut. Hewan yang diberi makan alginat yang kaya asam guloronat penyerapan makanan di dalam tubuh menjadi rendah, pertumbuhan menjadi lambat dibandingkan dengan mengkonsumsi alginat yang kaya asam manuronat Suzuki et al. 1993 dan Kimura et al. 1996. Rumput laut merah yang berbentuk -karagenan membentuk gel yang kuat apabila ada kalium tetapi -karagenan tidak membentuk gel tetapi membentuk larutan yang kental. Sedangkan -karagenan membentuk gel yang elastis apabila ada kalsium Renn 1990. 27 Kemampuan rumput laut untuk mengikat air tergantung pada jenis rumput laut tersebut. Rumput laut yang telah dikeringkan dapat mengembang hingga volumenya 20 kali lipat bila diberi air Kuda et al. 1997. Rumput laut Wakame yang mengandung banyak serat larut beratnya menjadi 38.6 gg berat keringnya. Tetapi pH pada usus dapat menurunkan kemampuan rumput laut dalam mengikat air tersebut Suzuki et al. 1996 . Tabel 1 Kandungan serat pada rumput laut, buah, sayuran, legum dan sereal berat kering Sumber Serat Tidak larut Serat larut Total Serat Referensi Nori Hijiki Wakame Ulva lactuta Enteromorpha spp. Himantalia elongata Eisenia byciclis 16.8 16.3 5.3 16.8 16.2 7.0 14.9 17.9 32.9 30.0 21.3 17.2 25.7 59.7 34.7 49.2 35.3 38.1 33.4 32.7 74.6 Lahaye, 1991 Kedelai Gandum Jagung Beras Kacang Kecambah Brussel Buncis Bawang Kentang Apricot Persik Apel 65.24 41.59 87.47 0.75 25.64 30.23 16.69 13.32 4.85 44.92 39.53 55.57 7.08 2.87 0.40 0.19 10.85 6.16 1.35 3.59 2.14 26.43 27.30 18.56 72.32 44.46 87.87 0.94 36.49 36.39 18.04 16.89 6.99 71.35 66.83 74.13 Prosky et al . 1992 Prosky et al. 1988 Kapasitas Mengikat Suzuki et al. 1996 mempelajari kemampuan rumput laut hijau, coklat dan merah dalam mengikat asam empedu. Percobaan secara in vitro menunjukkan bahwa derajat pengikatan terbesar adalah alga merah nori dan kolat 12.6 – 15.5. Sedangkan pada rumput laut lain kurang dari setengahnya kecuali pada rumput laut hijau Ao Nori 9.7. Rumput laut coklat Hiziki dan Konbu mempunyai kemampuan mengikat yang paling rendah dan tidak mengadsorbsi sodium kolat. Ikatan asam empedu ini pada beberapa serat dipengaruhi oleh pH. Ikatan yang paling kuat terjadi pada pH rendah karena dapat menurunkan polaritas asam empedu. 28 Bioavailabilitas kation mineral menurun bila mengkonsumsi serat pangan karena terbentuknya ikatan antara serat dan mineral. Molekul serat pangan yang mempunyai gugus karboksil, hidroksil atau amino bebas mempunyai afinitas yang paling besar, di antara serat-serat makanan tersebut pektin paling esensial. Pektin termetoksilasi mengikat mineral lebih baik daripada bentuk esternya karena bentuk esternya mempunyai residu asam uronat bebas yang lebih besar Davidson dan Donald 1998. Penelitian secara in vitro menunjukkan bahwa serat rumput laut hijau dapat melepaskan kalsium dan sodium dari lingkungannya. Serat rumput laut coklat dapat mengadsorbsi 59 mg sodium per gram rumput laut Krotkiewski dan Aurell 1997. Alginat mempunyai afinitas terhadap kalsium, stronsium dan barium dan dapat menginduksi transformasi konformasi rantai poliuronida dimana kation tersebut terikat kuat. Agregasi rantai alginat menyebabkan terbentuknya gel Fleury dan Lahaye 1991. Fermentabilitas Fermentasi bakterial dalam usus besar membentuk asam lemak berantai pendek. Produk fermentasi utama antara lain asam asetat, propionat dan butirat, gas CO 2 , hidrogen dan metana. Produk-produk ini dapat mengubah kondisi fisiko- kimia usus besar. Produk berupa asam menurunkan pH dan availabilitas karbohidrat menyebabkan perubahan metabolisme bakrerial dan merangsang pertumbuhan organisme-organisme tertentu Southgate 1998. Penelitian mengenai fermentasi serat rumput laut dalam feses manusia atau tikus masih sedikit. Berdasarkan penelitian Michel et al. 1996 konsentrasi fukosa dan sulfat yang tinggi berkaitan dengan resistensinya terhadap degradasi bakterial. Alginat memiliki pola fermentasi yang khusus yaitu fase laten selama 6 jam membentuk gas dan asam lemak berantai pendek dan 65 dari serat larut yang terdegradasi tersebut dapat difermentasikan. Karena sifat dari serat rumput laut dalam usus tetap, ketahanannya terhadap fermentasi memberikan efek fisiologis Michel et al. 1996. Polisakarida lain yang larut dalam air dari rumput laut coklat menunjukkan bahwa bakteri usus menfermentasikan sodium alginat dan laminaran tetapi tidak fukoidan dan sellulosa Fujii 1992. Alga hijau Ulva lactuca mempunyai kemampuan fermentabilitas hanya pada tikus Adrieux et al. 1998. 29

F. Efek Polisakarida Rumput Laut Terhadap Metabolisme Kolesterol