5.4.1. Subsistem Penunjang
Berdasarkan data-data sekunder yang berhasil dikumpulkan dan hasil wawancara dengan para petani di Kawasan Agropolitan, nampak bahwa subsistem
penunjang seperti lembaga keuangan, keberadaan dan fungsinya masih sangat terbatas. Berdasarkan hasil wawancara hampir 100 responden menyatakan
bahwa mereka tidak pernah melakukan pinjaman ke lembaga keuangan tertentu. Mereka lebih banyak memakai modal sendiri atau meminjam dari pedagang
pengumpul desa tengkulak. Dari data sekunder di peroleh keberadaan bank di Kabupaten Pohuwato cukup tersedia, di Marisa sebagai ibukota Kabupaten
Pohuwato terdapat 7 Bank baik swasta maupun bank pemerintah. Di Kecamatan Randangan sendiri terdapat 1 unit Bank Rakyat Indonesia, namun keberadaan
Bank Rakyat Indonesia unit Kecamtan Randangan belum berpengaruh karena belum tersedianya skim kredit untuk para petani. Lembaga KUD sebagai sarana
keuangan petani juga belum banyak membantu karena lemahnya manajemen sehingga belum dapat berfungsi secara baik. Hal ini tentunya akan sangat
menghambat perkembangan pertanian di kawasan agropolitan apabila tidak segera diupayakan solusinya. Untuk lembaga penyuluhan rata-rata sudah terdapat di
setiap desa, dan fungsinya cukup dapat dirasakan oleh petani, hal ini dapat dilihat dengan adanya penggunaan tekonolgi dalam proses produksi sehingga terjadi
peningkatan produksi. Namun. Akses terhadap capital market yang sangat terbatas tentunya akan menghambat transformasi pertanian ke arah agribisnis.
5.4.2. Subsistem Produksi
Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan di lapang, diketahui bahwa untuk subsistem produksi dan penunjangnya relatif tidak terlalu bermasalah.
Dengan adanya penyuluhan membuat petani mulai beralih pada penggunaan tekologi dalam proses produksi. Upaya penyuluhan yang dilakukan mulai
direspon oleh petani sehingga terjadi peningkatan hasil produksi. Ketersediaan saprotan sarana produksi pertanian juga cukup baik, mulai dari benih, pupuk,
dan pestisida. Petani bisa dengan mudah membeli saprotan di pasar terdekat, selain itu juga terdapat banyak toko atau kios yang menjual saprotan.
Permasalahan yang dihadapi dalam proses produksi adalah waktu penanaman yang relatif bersamaan. Hal ini sesuai dengan hukum permintaan dan
penawaran akan sangat perpengaruh terhadap harga jual komoditas. Disaat panen raya maka harga akan cenderung untuk turun.
Kelemahan utama dari subsistem produksi yang demikian adalah sulitnya suatu kawasan untuk melakukan pengaturan penanaman dalam satu kawasan guna
menghindari fluktuasi harga pasar. Selain itu untuk memperoleh volume produksi yang bisa mencukupi skala ekonomi pertanian yang berorientasi industri juga sulit
untuk dilakukan. Akibatnya subsistem produksi ini sangat dipengaruhi oleh fluktusi harga pasar dan akibat lainnya adalah industri pengolahan menjadi tidak
berkembang di kawasan tersebut karena volume bahan baku yang tidak stabil dan tidak mencukupi.
5.4.3. Subsistem Pengolahan