bahwa di samping sektor primer sektor-sektor sekunder dan tersier juga memiliki prospek yang sangat baik untuk dikembangkan di Kabupaten Pohuwato.
6.2.2. Pengganda Pendapatan Jangka Panjang
Berdasarkan model pada metodologi maka perhitungan analisis jangka panjang dapat dilihat pada Tabel 33. Dari tabel terlihat bahwa nilai koefisien
pengganda jangka panjang masing-masing sektor sangat fluktuatif. Sektor pertanian memiliki nilai koefisien pengganda yang cenderung stabil sepanjang
tahun. Namun sektor industri pengolahan, listrik dan air bersih, bangunan, pengangkutan dan jasa cenderung fluktuatif.
Tabel 33 Pengganda Pendapatan Jangka Panjang Berbagai Sektor di Provinsi
Gorontalo dan Kabupaten Pohuwato Tahun 2003 - 2006
Provinsi Gorontalo Kabupaten Pohuwato
Lapangan Usaha 2003
2004 2005
2006 2004
2005 2006
Pertanian 3,63
3,44 3,65 3,89
2,77 2,83 2,34 Tan.Bahan
Makanan 10,50
9,55 9,17 10,82
12,54 9,58 5,31 - Jagung
160,02 153,42
30.30 83,69
23,21 16,05
6,30 - Padi
108,21 67,89
- -
- -
Pertambangan - - - - - - -
Industri Pengolahan - - - -
14,35 18,66
33,10 Listrik dan Air Bersih
- -
- -
7,80 9,00
42,91 Bangunan
27,08 22,15
23,52 37,17 18,04 24,78 20,12
Perdagangan - - - -
71,53 15,91
7,14 Pengangkutan
21,52 14,72 14,28 18,80
- -
- Keuangan
- - - - - - - Jasa-jasa 7,43
7,25 6,45
7,12 -
- -
Sumber : Data Hasil Olahan, 2007.
Nilai koefisien pengganda jangka panjang sektor pertanian Provinsi Gorontalo mencapai nilai terendah pada tahun 2004 yaitu sebesar 3,44 dan
tertinggi pada tahun 2006 sebesar 3,89. Angka ini berarti bahwa untuk setiap perubahan pendapatan sektor pertanian sebesar Rp.100 akan menyebabkan
perubahan pada pendapatan daerah Gorontalo sebesar Rp.344,- pada tahun 2004 dan sebesar Rp. 389,- pada tahun 2006. Sedangkan Kabupaten Pohuwato
memiliki nilai koefisien pengganda jangka panjang sektor pertanian terendah pada tahun 2006 yaitu sebesar 2,34 dan tertinggi pada tahun 2005 yaitu sebesar 2,83.
Hal ini berarti bahwa setiap perubahan pendapatan pada sektor pertanian sebesar Rp.100,- akan menyebabkan perubahan pada pendapatan daerah Kabupaten
Pohuwato sebesar Rp. 234 pada tahun 2006 dan Rp. 283 pada tahun 2005. Komoditi Jagung sebagai komiditi unggulan daerah juga memiliki
kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian daerah meskipun mengalami kecenderungan yang menurun dimana nilai koefisien jangka panjang komoditi
jagung mencapai nilai tertinggi pada tahun 2003 yaitu sebesar 160,02 untuk Provinsi Gorontalo dan tahun 2004 yaitu sebesar 23,21 untuk Kabupaten
Pohuwato. Hal ini berarti bahwa setiap perubahan pendapatan pada komoditi jagung sebesar Rp. 100,- akan menyebabkan perubahan pada pendapatan daerah
Provinsi Gorontalo sebesar Rp. 16.002,- dan Rp.2.321,- untuk Kabupaten Pohuwato.
Kecenderungan penurunan koefisien pengganda pendapatan ini dapat dipahami karena belum maksimalnya kinerja dari aspek-aspek yang dapat
menunjang terkait dari sektor hulu sampai sektor hilir. Misalnya, Masih terbatas pengetahuan petani dan keterbatasan modal menyebabkan pemupukan belum
dilakukan sesuai dengan komposisi yang seharusnya. Hal ini akan berdampak pada belum maksimalnya produktivitas dari kemampuan optimum benih yang
seharusnya, yang pada akhirnya berdampak pada nilai tambah petani. 94
VII. DAMPAK AGROPOLITAN TERHADAP MASYARAKAT