15
Keterangan: N
t
= ukuran populasi pada waktu ke-t N
= ukuran populasi awal K
= kapasitas daya dukung lingkungan r
= laju
pertumbuhan t
= waktu
ke-t e
= bilangan euler e = 2,718281… Menurut Tarumingkeng 1992, model logistik dibangun berdasarkan
asumsi-asumsi: 1 populasi akan mencapai keseimbangan dengan lingkungan sehingga memiliki sebaran umur stabil stable age distribution, 2 populasi
memiliki laju pertumbuhan yang secara berangsur-angsur menurun secara tetap dengan konstanta r, 3 pengaruh r terhadap peningkatan kerapatan karena
bertumbuhnya populasi merupakan respon yang instantaneous atau seketika itu juga dan tidak terpaut penundaan atau senjang waktu time lag, 4 sepanjang
waktu pertumbuhan keadaan lingkungan tidak berubah, 5 pengaruh kerapatan adalah sama untuk semua tingkat umur populasi, dan 6 peluang untuk
berkembangbiak tidak dipengaruhi oleh kerapatan.
2.4 Daya Dukung
Sharkey 1970 mendefinisikan daya dukung sebagai bobot satwa dari satu atau gabungan populasi yang dapat disokong secara permanen pada area tertentu.
Pengertian yang hampir sama diberikan oleh Bailey 1984 yang menyatakan bahwa daya dukung adalah jumlah individu satwaliar dengan kualitas tertentu
yang dapat didukung oleh habitat tanpa menimbulkan kerusakan terhadap sumberdaya habitat. Menurut Alikodra 2002, besarnya nilai daya dukung
ditentukan oleh kondisi potensi makanan dan ruang. Selain itu nilai daya dukung tidak berlaku umum melainkan spesifik bagi suatu spesies tertentu pada waktu dan
lokasi tertentu, sehingga kondisi habitat yan berbeda akan menyebabkan perbedaan daya dukung habitat. Menurut Syarief 1974, besarnya daya dukung
suatu areal dapat dihitung melalui pengukuran salah satu faktor habitat, misalnya produkstifitas hijauan. Untuk menghitung produktivitas hijauan berupa padang
16 rumput dapat dilakukan dengan cara pemotongan hijauan pada suatu luasan
sampel savanal, menimbang dan dihitung produksi per unit luas per unit waktu. Beberapa ahli membagi daya dukung atas dua kategori yaitu daya dukung
ekologis dan daya dukung ekonomis. Daya dukung ekologis adalah kepadatan maksimum satwa yang masih dapat hidup secara lestari tanpa pemanenan dan
rekayasa terhadap vegetasi, sedangkan daya dukung ekonomis adalah kepadatan satwa yang memungkinkan pemanenan maksimal secara lestari dan selalu lebih
rendah dari daya dukung ekologis Caughley 1976. Daya dukung ekologis terdiri dari tingkat kepadatan subsisten, tingkat kepadatan toleran, dan tingkat kepadatan
aman. Sedangkan daya dukung ekonomis terdiri dari tingkat kepadatan pemanenan maksimum, dan tingkat kepadatan yang dampaknya minimum
terhadap satwa lain dan habitatnya.
2.5 Pemanenan
Pemanenan merupakan salah satu komponen penting dalam program pengelolaan populasi satwa khususnya yang bernilai ekonomis, seperti rusa.
Pengelolaan akan sangat menentukan tujuan dan target yang akan dicapai dalam pemanenan Evans et al. 1999. Prinsip pemanenan dalam pengelolaan populasi
adalah menyediakan panenan lestari, yaitu sejumlah hasil yang dapat diambil dari tahun ketahun tanpa menyebabkan penurunan populasi. Jumlah panen lestari
tertinggi yang mungkin diperoleh disebut sebagai panen lestari maksimum maximum sustainable yield, sedangkan panen lestari yang dapat diperoleh tanpa
menyebabkan kerusakan disebut dengan panen lestari optimum optimum sustainable yield
Caughley 1977. Pada pengelolaan Ungulata untuk tujuan pemanenan umumnya digunakan
konsep tingkat kepadatan pemanenan maksimum, yaitu jumlah satwaliar yang mampu ditampung oleh suatu habitat pada kondisi hasil pemanenan yang
maksimum. Kondisi ini dapat dicapai dengan cara mengatur faktor-faktor kesejahteraan, dengan demikian, keadaan pemanenan maksimum memerlukan
pengelolaan secara intensif. Selain itu, juga diperlukan data dasar untuk menetapkan jumlah satwaliar maksimum yang dapat dipanen, dan memelihara
populasi agar mencapai jumlah yang maksimum. Untuk mendapatkan jumlah hasil pemanenan maksimum yang tepat diperlukan berbagai fakta seperti model
17 populasi yang dapat disusun berdasarkan respon pertumbuhan populasi terhadap
berbagai macam ukuran populasi dan kondisi produktifitas habitat Adams 1971, Anderson 1971.
2.6 Analisis Break Even Point