46 Data parameter demografi untuk sistem ekstensif dan intensif sangat
terbatas. Oleh sebab itu, nilai laju pertumbuhan ditetapkan dengan menganalogikan nilai laju pertumbuhan yang diperoleh dari literatur, serta nilai
laju pertumbuhan terendah dan tertinggi pada sistem semi intensif yang diperoleh dari berbagai penangkaran, sehingga diperoleh nilai laju pertumbuhan untuk
sistem intensif sebesar 0, 25 dan untuk sistem ekstensif sebesar 0,13.
5.5.2 Kuota Panenan Berdasarkan Break Even Point
Penangkaran rusa timor di Hutan Penelitian Dramaga yang dikembangkan dengan tujuan menyediakan bibit rusa timor, memerlukan perencanaan
pemanenan seperti target dan kuota panenan. Target pemanenan terkait dengan karakteristik panenan, sedangkan kuota panenan terkait dengan jumlah rusa yang
akan dipanen. Kuota panenan dalam penelitian ini merupakan kuota panenan minimal yang ditetapkan dengan menggunakan analisis Break Event Point BEP.
Prinsip dasar BEP adalah total penerimaan sama dengan total pengeluaran. Dalam konteks pengelolaan penangkaran rusa, penerimaan yang diperoleh dari
penjualan produk harus sama dengan biaya yang dikeluarkan untuk mengelola penangkaran. Kondisi ini tercapai apabila jumlah produksi minimal dapat terjual.
Dengan demikian, pengelola harus menentukan jumlah penjualan minimal berupa kuota panenan minimal setiap tahun, sehingga kegiatan penangkaran dapat terus
terselenggara. Penentuan BEP berdasarkan pada asumsi bahwa penangkaran rusa
bertujuan menghasilkan bibit rusa timor untuk keperluan peningkatan jumlah populasi di habitat alamiah restocking dan memenuhi kebutuhan bibit rusa di
unit-unit usaha penangkaran. Sehingga penentuan BEP hanya didasarkan pada penjualan satu jenis produk single product yaitu bibit rusa. Selain itu BEP
ditentukan berdasarkan sistem penangkaran rusa yaitu sistem intensif, semi intensif dan ekstensif.
Perbedaan sistem penangkaran akan menyebabkan perbedaan komponen biaya investasi. Asumsi dalam penetapan biaya investasi untuk masing-masing
penangkaran tidak sama, karena mempertimbangkan kondisi wilayah Hutan Penelitian Dramaga. Untuk sistem ekstensif dan semi intensif diasumsikan bahwa
47 areal yang efektif digunakan sebagai areal penangkaran rusa adalah keseluruhan
lokasi I, II, III, dan IX seluas ± 6,5 ha. Hal ini didukung oleh kondisi fisik kawasan berupa tegakan hutan dan areal terbuka yang memungkinkan kegiatan
penangkaran dilakukan dengan sistem ekstensif dan semi intensif. Selain itu, sistem ekstensif dalam penelitian ini merupakan areal yang dikelilingi pagar,
sehingga dalam komponen biaya investasi terdapat biaya pemagaran sekeliling areal penangkaran. Pemagaran ini membutuhkan biaya yang cukup besar. Pada
sistem semi intensif, selain pemagaran diasumsikan juga terdapat beberapa kandang intensif yang berfungsi untuk pemeliharaan satwa sakit, bunting,
melahirkan, atau kondisi khusus lainnya. Untuk sistem intensif, areal yang digunakan lebih sempit dibandingkan
sistem semi intensif dan ekstensif. Hal ini disebabkan oleh karakteristik kandang, berupa bangunan permanen dengan semua fasilitas pendukung di dalamnya,
hanya dibangun pada sebagian areal penangkaran saja pada areal kurang dari 0,1 ha dengan kebun pakan seluas ± 3 ha. Terbatasnya areal yang digunakan tersebut
dipengaruhi oleh kondisi dan peruntukan kawasan sebagai koleksi berbagai pohon, yang tidak memungkinkan pembangunan fisik bangunan pada sebagian
besar areal tersebut. Perbedaan-perbedaan tersebut menyebabkan perbedaan dalam biaya investasi masing-masing sistem penangkaran. Rincian biaya investasi
pada masing-masing sistem penangkaran disajikan pada Lampiran 7. Analisis BEP diperhitungkan berdasarkan biaya tetap dan biaya variabel
yang dikeluarkan setiap tahun. Biaya tetap dalam pengelolaan penangkaran rusa timor di Hutan Penelitian Dramaga merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan
untuk mendukung terselenggaranya kegiatan penangkaran tetapi tidak langsung berhubungan dengan volume penjualan. Komponen biaya tetap yang digunakan
meliputi: biaya pemeliharaan bangunan dan alat, biaya operasional perkantoran dan kegiatan penangkaran, serta gaji dan upah karyawan. Komponen biaya
pemeliharaan dan operasional ditetapkan berdasarkan biaya investasi. Dalam hal ini persentase biaya pemeliharaan diasumsikan sebesar 4 untuk pemeliharaan
sarana, prasarana, dan fisik bangunan, serta 7 untuk pemeliharaan peralatan dan sarana nonfisik bangunan. Untuk biaya operasional dihitung tersendiri
48 berdasarkan kebutuhan setiap komponen untuk selanjutnya digabungkan dengan
biaya pemeliharaan. Biaya variabel merupakan biaya yang dikeluarkan untuk mendukung
terselenggaranya kegiatan penangkaran dan langsung berhubungan dengan volume penjualan. Biaya variabel turut berubah jika terjadi perubahan volume
penjualan. Komponen biaya variabel meliputi biaya pembelian pakan tambahan, konsentrat dan vitamin, biaya perawatan kesehatan dan obat-obatan, serta biaya
penangkapan dan pengangkutan rusa. Rincian biaya tetap dan biaya variabel disajikan pada Lampiran 8-9. Berdasarkan biaya tetap, biaya variabel, dan harga
jual, maka diperoleh kuota panenan pada masing-masing sistem penangkaran sebagaimana disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6 Biaya tetap, biaya variabel, dan kuota panenan rusa timor pada tiga sistem penangkaran
Sistem penangkaran Jenis Biaya
Intensif Semi intensif
Ekstensif Biaya Tetap Rpth
185.238.831 167.123.486 114.302.236
Biaya Variabel Rpth 6.680.100
2.446.500 147.000
Harga jual per individu Rp. 7.500.000
7.500.000 7.500.000
BEP Kuota panenan 226
33 16
Biaya tetap paling tinggi terdapat pada sistem intensif, dan terendah pada sistem ekstensif. Hal ini dapat dipahami karena pengelolaan yang semakin intensif
membutuhkan komponen pengelolaan tertentu yang mengakibatkan tingginya biaya tetap. Biaya variabel dalam perhitungan ini merupakan biaya yang
berhubungan langsung dengan segala keperluan yang dibutuhkan untuk memelihara satu individu rusa, sehingga perbedaan sistem penangkaran
menyebabkan perbedaan besarnya biaya variabel pada masing-masing sistem. Biaya variabel pada sistem ekstensif merupakan yang terendah dibandingkan dua
sistem lainnya. Hal ini disebabkan tidak adanya komponen biaya penyediaan atau pengolahan pakan pada sistem ekstensif, dimana seluruh kebutuhan pakan rusa
diperoleh satwa dari areal penangkaran tanpa campur tangan manusia. Harga jual per individu rusa ditetapkan dengan mempertimbangkan harga
jual rusa di pasaran. Berdasarkan penelusuran dari berbagai sumber, harga jual satu individu berumur minimal satu setengah tahun berkisar antara Rp.
49 3.500.000,- sampai dengan Rp. 5.000.000,-. Bahkan untuk satu rusa betina dewasa
dalam keadaan bunting ditawarkan dengan harga Rp. 15.000.000,-. Dalam perhitungan BEP ini digunakan harga jual Rp. 7.500.000,- dengan pertimbangan
bahwa pada harga jual tersebut telah diperoleh sejumlah keuntungan. Berdasarkan hasil perhitungan BEP sebagaimana disajikan pada Tabel 6, maka diperoleh kuota
panenan minimal pada ketiga sistem penangkaran masing-masing adalah 226 individu pada sistem intensif, 33 individu pada sistem semi intensif, dan 16
individu pada sistem ekstensif. Perbedaan BEP, yang merepresentasikan kuota panenan, pada ketiga
sistem penangkaran selain ditentukan oleh biaya tetap juga ditentukan oleh unit contribution margin
atau selisih antara harga jual dengan biaya variabel per unit produk pada masing-masing sistem penangkaran. Unit contribution margin
menggambarkan besarnya kontribusi terhadap biaya operasional, sehingga semakin besar unit contribution margin maka semakin kecil nilai BEP Martin et
al . 1991. Dengan kata lain, semakin besar penerimaan maka semakin sedikit
kuota panenan yang dapat ditetapkan. Pengaruh biaya tetap dan unit contribution margin terhadap nilai BEP
diperkuat oleh hasil penelitian Teddy 1998 di penangkaran Jonggol yang menggunakan sistem semi intensif. Biaya yang digunakan adalah biaya tetap
sebesar Rp. 86.836.000,- untuk areal seluas 3 ha, biaya variabel per unit sebesar Rp. 1.317.500,-, dan harga jual sebesar Rp. 1.750.000,-. Berdasarkan nilai-nilai
tersebut maka BEP diperoleh pada nilai 201 individu. Nilai tersebut lebih besar dari nilai BEP pada penelitian ini yaitu 33 individu.
5.5.3 Ukuran Populasi