Sirup xanthone yang dihasilkan selanjutnya akan mengalami pengujian secara kimia dan organoleptik. Pengujian secara kimia dilakukan
untuk mengetahui komposisi yang ada dalam sirup xanthone yang meliputi kadar air, kadar abu, kadar serat, kadar protein, kadar xanthone, kadar
vitamin C, total gula, pH, total mikroba, dan kadar alkohol. Uji organoleptik dilakukan dengan cara menyajikan sirup dengan perbandingan sirup:air
sebesar 1:3.
2. Uji Organoleptik
Uji organoleptik merupakan salah satu parameter pengujian produk pangan yang bertujuan untuk menilai mutu atau sifat-sifat sensorik dari suatu
komoditi. Uji organoleptik tergolong ke dalam uji yang bersifat subyektif dengan menggunakan panelis berdasarkan tingkat kesukaan dan kepekaan
yang bervariasi. Sekelompok orang panelis akan menilai mutu atau memberikan kesan berdasarkan prosedur yang diujikan. Uji organoleptik
yang dilakukan pada penelitian ini adalah uji hedonik kesukaan dengan menggunakan 30 orang panelis tidak terlatih.
Pengujian akan dilakukan terhadap 3 jenis produk yaitu A1, A2, dan A3 berdasarkan kriteria aroma, rasa, dan warna dengan skala penilaian antara
1-7. Pernyataan sangat suka bernilai 7, pernyataan suka bernilai 6, pernyataan agak suka bernilai 5, pernyataan netral bernilai 4, pernyataan agak tidak suka
bernilai 3, pernyataan tidak suka bernilai 2, dan pernyataan sangat tidak suka bernilai 1.
a. Aroma Kriteria aroma merupakan salah satu uji hedonik yang dilakukan
pada penelitian ini. Aroma adalah bau yang ditimbulkan oleh rangsangan kimia yang tercium oleh syaraf-syaraf olfaktori yang berada dalam rongga
hidung ketika makanan masuk ke dalam mulut Peckam, 1969. Hasil penilaian berdasarkan kriteria aroma dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11 Hubungan antara perbandingan ethanol:air dengan tingkat kesukaan aroma sirup
Respon yang diberikan panelis terhadap produk sirup xanthone menunjukkan bahwa produk A2 produk dengan penggunaan konsentrasi
ethnol dan air sebesar 1:3 pada proses ekstraksi xanthone memiliki nilai rata-rata kesukaan yang paling tinggi yaitu sebesar 5.43. Produk lain yang
cukup disukai panelis berikutnya adalah A3 produk dengan penggunaan konsentrasi ethanol dan air sebesar 1:4 pada proses ekstraksi xanthone
dengan rata-rata nilai kesukaan yaitu 5.27, sedangkan produk sirup yang memiliki nilai kesukaan terkecil yaitu A1 produk dengan penggunaan
konsentrasi ethanol dan air sebesar 1:2 pada proses ekstraksi xanthone dengan rata-rata nilai sebesar 4.90.
Pada umumnya bau yang diterima oleh hidung dan otak lebih banyak merupakan berbagai aroma ramuan atau campuran empat bau
utama yaitu harum, asam, tengik, dan hangus. Bau dari suatu produk makanan atau minuman harus menentukan kelezatan dari makanan atau
minuman tersebut. Oleh karena itu, suatu zat harus bersifat mudah menguap dan larut dalam air sehingga dapat menghasilkan bau yang baik
dalam penilaian aroma Winarno, 1997. Berdasarkan hasil analisa sidik ragam pada
taraf α= 0.05 Lampiran 8 diketahui bahwa tingkat kesukaan panelis terhadap aroma
dari sirup xanthone tidak menunjukkan perbedaan yang nyata diantara ketiga produk sirup. Hal ini dapat disebabkan oleh jumlah penggunaan
konsentrasi flavor blackcurant pada A1, A2 dan A3 adalah sama yaitu
1 2
3 4
5 6
7
A1 1:2 A2 1:3
A3 1:4 Perbandingan Ethanol:Air
S k
o r
K es
u k
aa n
sebesar 1 dari total campuran sirup sehingga dengan ini panelis tidak merasakan perbedaan yang signifikan terhadap aroma dari produk yang
dihasilkan. b. Rasa
Rasa adalah kriteria lain yang menjadi penilaian terhadap tingkat kesukaan sirup xanthone. Agar suatu senyawa dapat dikenali rasanya,
senyawa tersebut harus dapat larut dalam air liur sehingga dapat mengadakan hubungan dengan mikrovilus dan impuls yang terbentuk
kemudian mengirimnya melalui syaraf ke pusat susunan syaraf. Hasil penilaian uji hedonik terhadap rasa dari sirup xanthone
menunjukkan bahwa sirup dengan kode A2 memiliki nilai rata-rata kesukaan yang paling tinggi yaitu sebesar 5.23. Sirup dengan kode A1
memiliki nilai rata-rata kesukaan sebesar 4.90 dan sirup dengan kode A3 memiliki nilai rata-rata kesukaan sebesar 4.63. Berdasarkan hal ini maka
sirup dengan penggunaan pelarut ethanol dan air sebanyak 1:3 pada proses ekstraksi kulit manggis A2 paling disukai dibandingkan dengan
kedua produk sirup lainnya. Hasil uji hedonik untuk kriteria rasa dapat dilihat pada Gambar 12.
Gambar 12 Hubungan antara perbandingan ethanol:air dengan tingkat kesukaan rasa sirup
Hasil analisis sidik ragam pada taraf α=0.05 Lampiran 10 menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata diantara ketiga
produk sirup dengan A2 merupakan produk yang paling disukai. Hal ini
1 2
3 4
5 6
7
A1 1:2 A2 1:3
A3 1:4 Perbandingan Ethanol:Air
S k
o r
K es
u k
aa n
dapat disebabkan oleh penambahan pemanis berupa madu pada pembuatan sirup xanthone terhadap produk A1, A2 dan A3 adalah sama
yaitu sebesar 40, sehingga dengan ini panelis tidak merasakan perbedaan yang nyata dari ketiga produk.
c. Warna Warna merupakan salah satu karakteristik yang menentukan
penerimaan atau penolakan suatu produk oleh konsumen. Kesan pertama yang didapat dari bahan pangan adalah warna. Menurut Winarno 1997,
penilaian mutu bahan makanan umumnya sangat bergantung pada beberapa faktor antara lain cita rasa, warna, tekstur, dan nilai gizinya,
namun dari faktor-faktor tersebut warna dari suatu produk adalah hal yang secara visual akan sangat berpengaruh terhadap penerimaan. Hasil
penilaian uji hedonik berdasarkan kriteria warna dapat dilihat pada Gambar 13.
Hasil penilaian uji hedonik berdasarkan kriteria warna dari sirup xanthone menunjukkan bahwa produk dengan kode A3 memiliki
nilai rata-rata kesukaan yang paling tinggi yaitu sebesar 5.47. Sirup dengan kode A1 memiliki tingkat kesukaan tertinggi setelah A2 dengan
nilai rata-rata kesukaan sebesar 4.53 dan sirup dengan kode A3 mendapatkan nilai rata-rata kesukaan terkecil yaitu sebesar 4.2.
Gambar 13 Hubungan antara perbandingan ethanol:air dengan tingkat kesukaan warna sirup
1 2
3 4
5 6
7
A1 1:2 A2 1:3
A3 1:4 Perbandingan Ethanol:Air
S k
o r
K es
u k
aa n
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam pada taraf α=0.05
Lampiran 12 diketahui bahwa terdapat perbedaan yang nyata diantara ketiga produk tersebut. Melalui hasil uji lanjut Duncan diketahui bahwa
sirup dengan kode A1 tidak berbeda nyata dengan sirup A3, sedangkan sirup dengan kode A2 berbeda nyata terhadap sirup A1 dan A3. Hal ini
dapat dipengaruhi oleh kadar antosianin yang terkandung pada ekstrak kulit manggis yang digunakan. Semakin tinggi kadar antosianin yang ada
pada hasil ekstraksi kulit manggis maka warna sirup yang dihasilkan akan semakin merah pekat karena penambahan ekstrak rosela pewarna alami
untuk ketiga produk adalah sama yaitu 10. Nilai kadar antosianin tertinggi dimiliki oleh ekstrak kulit
manggis dengan penggunaan pelarut ethanol dan air sebanyak 1:2 A1, kemudian diikuti oleh ekstrak kulit manggis dengan penggunaan ethanol
dan air sebanyak 1:3 A2 dan ekstrak kulit manggis dengan pengunaan ethanol dan air sebanyak 1:4 A3. Oleh karena itu, sirup dengan kode A1
akan memiliki warna yang paling merah dibandingkan dengan sirup pada kode A2 dan A3. Pada penilaian sirup terhadap kriteria warna, umumnya
panelis akan lebih menyukai sirup dengan warna yang tidak merah pekat, namun tidak pula merah pucat. Sirup dengan kode A1 lebih menghasilkan
warna yang merah pekat, sedangkan sirup dengan kode A3 memiliki warna yang merah pucat. Berdasarkan hal ini, maka panelis cenderung
menyukai sirup dengan kode A3 yang memiliki warna dengan tingkat kemerahan yang lebih baik.
3. Karakteristik Sirup Xanthone