Proses Produksi GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

secara terus menerus. Lay out ini sangat baik digunakan pada proses produksi yang terus menerus Continious Process. 2. Lay Out by Process. Lay Out by Process adalah tata letak peralatan produksi berdasarkan prosesd produksinya. Pada lay out ini peralatan produksi dikelompokkan dalam tiap-tiap departemen, dimana setiap departemen tersebut mengerjakan proses yang berbeda-beda. 3. Lay Out by Stationary. Lay Out ini dipergunakan untuk produksi assembling yang besar, dimana peralatan kerjanya didekatkan pada material, jadi pada lay out ini peralatannya yang bergerak sementara materialnya tetap diam tidak bergerak. Adapun keuntungan dari lay out by Process ini adalah: 1. Cukup fleksibel, karena dapat menampung berbagai macam produk berdasarkan fluktuasi permintaan yang beragam. 2. Memungkinkan untuk menggunakan seluruh mesin produksi secara maksimal. Keburukan dari lay out by process adalah: 1. Memerlukan lokasi yang luas. 2. Sering terjadinya penumpukan produk sehingga terjadi keterlambatan delay dalam proses produksi.

3.5. Proses Produksi

Universitas Sumatera Utara Adapun proses produksi yang dilakukan di PT. Growth Sumatera Industry dapat dilihat pada Gambar 3.1. SCRAP EAF Laboratorium Test komposisi cairan Ladle Furnace Laboratorium Test komposisi cairan Continuous Casting Machine Billet Laboratorium Test komposisi billet Reheating Furnace Rolling Mill Round Bar, Deformed Bar, Angle Bar, WireRod Staff Produksi : Pengecekan Dimensi Besi Straightening QC : Pengecekan Ukuran, Bentuk, Panjang Besi, Kelurusan Bundling Labeling Ware House Customer TIDAK TIDAK YA Heat Number YA YA TIDAK QC : Pengecekan Produk yang akan dikirim Gambar 3.1. Alur Proses Produksi di PT. Growth Sumatera Industry Universitas Sumatera Utara Sedangkan diagram alir produksi di PT. Growth Sumatera Industry dapat dilihat pada Gambar 3.2. Gambar 3.2. Diagram Alir Proses Produksi di PT. Growth Sumatera Industry Adapun pembagian dari masing-masing stasiun kerja adalah sebagai berikut: 1. Electric Arc Furnace EAF. Prinsip kerja pembuatan baja dengan Electric Arc Furnace EAF adalah merubah energi listrik menjadi energi panas , melalui aliran listrik yang dialiri pada 3 buah elektroda , sehingga terjadi loncatan busur api yang mempunyai panas dan daya yang sangat tinggi. Energi panas diperoleh dari energi pln yang kemudian ditransfer melalui transformator sehingga tegangan naik dan arus yang tepat untuk proses peleburan dapat dicapai. Proses yang terjadi di Electric Arc Furnace EAF terdiri dari: a. Charging. Universitas Sumatera Utara Charging merupakan proses pengisian bahan baku scrap dan kapur ke dalam furnace melalui bucket scrap dengan menggunakan crane charging dan pengisian spons melalui continuous feeding system Conveyor. b. Penetrasi. Merupakan proses peleburan awal baja di dalam furnace dengan menggunakan 3 phasa Electrode arc furnace 3,7 kgtls dengan energi listrik 45 Kwhtls kilo watt hour per-ton liquid steel yang dapat menghasilkan panas sebesar 1610 – 1650 o C. Untuk mempercepat proses peleburan dilakukan injeksi oksigen O 2 c. Melting. di dalam furnace. Merupakan proses peleburan baja yang dapat melebur sebanyak 40 melting continuous feeding sponge iron dan scrap. Pada suhu ± 1400 o d. Refening. C material di dalam furnace akan melebur dan menghasilkan baja cair dan slag pengotor baja. Pada proses melting di dalam furnace akan terbentuk slag yang memiliki berat jenis lebih ringan dari baja cair sehingga slag akan berada diatas permukaan baja cair dan berfungsi untuk mempertahankan suhu di dalam furnace sehingga sponge iron dan scrap akan lebih cepat melebur menjadi baja cair. Refening merupakan proses pemurnian baja cair dari unsur-unsur pengotor yang tidak diinginkan slag. Secara otomatis slag akan keluar dari mulut furnace dan ditampung di slag pot deslaging yang berada di Universitas Sumatera Utara bawah furnace. Selain itu pada proses refening juga berfungsi untuk mengontrol kandungan fosfor dan sulfur. e. Pouring. Setelah baja cair mencapai komposisi yang ditentukan, kemudian dilakukan proses tapping yaitu penuangan baja cair hasil peleburan dari furnace ke ladle dengan bantuan crane ladle untuk diproses lebih lanjut di ladle furnace proses sekunder. 2. LF Leadle Furnace. Proses sekunder bertujuan untuk memenuhi persyaratan metalurgi komposisi kimia dan fisika baja sebelum baja dicetak di Continuous Casting Machine CCM. Proses yang terjadi di LF Leadle Furnace terdiri dari: a. Menurunkan kandungan oksigen dalam baja dengan menggunakan aluminium. b. Homogenisasi temperatur dan komposisi kimia dengan bubbling argon. c. Menambahkan alloy untuk mendapatkan spesifikasi yang diinginkan. Baja cair didalam ladle furnace LF dipanaskan dengan energi listrik sebesar 40 Kwhtls untuk menjaga suhu baja cair pada 1560 o 3. CCM Countinuous Casting Machine. C. Pada tahap ini dilakukan homogenisasi dengan cara pengadukan menggunakan gas argon argon bubbling. Dan menurunkan kandungan ksigen di dalam baja cair serta penambahan bahan aditif agar diperoleh karakteristik tertentu dari baja yang diinginkan. Universitas Sumatera Utara Countinuous Casting Machine adalah peralatan yang berfungsi untuk mencetak baja cair hasil akhir dari tanur listrik EAF, menjadi ingot baja jenis billet. Countinuous atau strand Casting pertama kali dikembangkan untuk pencetakan kawat loga nonferrous. Strand adalah jalur tempat billet keluar dari mould cetakan dimana billet akan terbentuk secara kontinyu. Tiap strand pada mesin memilik penampang mould dengan tebal 100 mm, lebar 100 mm, dan panjang 600 mm atau dapat pula dibuat billet sesuai dengan pesanan. 4. RF Reheating Furnace. Reheating furnace adalah sebuah tungku yang digunakan untuk memanaskan ulang billet yang telah dingin, sebelum dimasukkan ke dalam rolling mill. Jumlah dari reheating furnace disamakan dengan jumlah dari rollinng mill yang ada, dengan kata lain setiap rolling mill yang ada akan memiliki satu reheating furnace. 5. RM Rolling Mill. Pada bagian rolling mill inilah produk dihasilkan. Billet–billet hasil produksi continuous casting machine dipanaskan kembali pada reheating furnace agar billet menjadi panas dapat dibentuk kembali. Menurut Turner 1993, p 59 -60 rolling adalah operasi penekanan dimana logam terulur atau memanjang ketika melewati dua atau lebih roller, roller pembentuk sudah umum digunakan pada manufaktur dalam variasi bentuk yang berbeda. Billet–billet yang berpijar setelah dipanaskan kembali oleh reheating furnace akan di – rolling menjadi bentuk yang diinginkan seperti besi kanal atau bahkan begitu tipis hingga menjadi besi beton. Universitas Sumatera Utara

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

Dokumen yang terkait

Pengaruh Audit Sumber Daya Manusia Terhadap Efektivitas Organisasi Pada Pegawai PT. Perkebunan Nusantara III (Persero)

16 125 115

Pengaruh Pelaksanaan Audit Manajemen Terhadap Produktivitas Sumber Daya Manusia (Studi Kasus pada PT. Bank Sumut Pusat)

3 76 96

Efektivitas Implementasi Program Sistem Pengembangan Sumber Daya Manusia Terhadap Kinerja Staf Proyek (Studi Kasus Pada Divisi Gedung PT Waskita Karya (Persero) Tbk)

2 106 125

Pengaruh Perencanaan Strategis Sumber Daya Manusia Terhadap Kepuasan Kerja pada Karyawan PT. Bank Bukopin Cabang Medan

9 99 58

Pengembangan Sumber Daya Manusia Dalam Meningkatkan Produktivitas Kerja pada PT.Eastern Sumatera Indonesia Pematang-Siantar

2 34 47

Manajemen Kinerja Berbasis Kompetensi Studi Kasus Di Divisi Sumber Daya Manusia PT. Bank Sumut Kantor Pusat Medan

0 26 68

Strategi Bank Muamalat Indonesia Di Bidang Sumber Daya Manusia Dalam Menghadapi Globalisasi (Studi Kasus Pada BMI Cabang Medan)

1 30 85

Pendidikan Luar Sekolah Sebagai Suatu Upaya Pengembangan Sumber Daya Manusia Dan Wilayah (Kasus Pada Lulusan Kursus Keterampilan Di Kota Medan)

0 28 146

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja - Perancangan Model Pengukuran Kinerja Sumber Daya Manusia (SDM) berbasis Kompetensi Pada Industri Pengecoran Logam (Studi Kasus Produk Baja Billet Pada PT. Growth Sumatera Industry)

0 0 16

Perancangan Model Pengukuran Kinerja Sumber Daya Manusia (SDM) berbasis Kompetensi Pada Industri Pengecoran Logam (Studi Kasus Produk Baja Billet Pada PT. Growth Sumatera Industry)

0 2 16