improving ability pekerjaan teknisi, ilmuwan dan insinyur
7 Kemampuan Inovasi
inovating ability Pekerjaan tidak baku, keputusan tidak rutin, usaha
fisik rendah, usaha mental tinggi sekali, tingkat pendidikan tinggi keatas, pelatihan sangat tinggi,
kategori pekerjaan teknisi ilmuwan dan insinyur.
Pengukuran kompetensi dengan menggunakan model derajat kecanggihan UNESCAP 1989 sangat cocok diterapkan di industri karena menyangkut
kemampuan teknis seseorang hard competency dalam menangani pekerjaan di industri dan langsung berkaitan dengan proses produksi di industri.
2.3 . Pengaruh Kompetensi terhadap Kinerja
Setiap orang yang bekerja diharapkan mencapai kinerja yang tinggi. Kinerja sebagai hasil dari kegiatan unsur-unsur kemampuan yang dapat diukur dan
terstandarisasi. Keberhasilan suatu kinerja akan sangat tergantung dan ditentukan oleh beberapa aspek dalam melaksanakan pekerjaan. Agar mencapai kinerja yang
optimal hendaknya pengaruh dari faktor-faktor kompetensi diupayakan semaksimal mungkin sesuai dengan area pekerjaan yang dibebankan kepada karyawan.
Dengan demikian kompetensi sebagai karakteristik individual diperlukan untuk mencapai kinerja efektif dalam pelaksanaan tugas pekerjaan. Kompetensi dapat
dihubungkan dengan kinerja dalam sebuah model alir sebab akibat yang menujukkan bahwa tujuan, perangai, konsep diri, dan kompetensi pengetahuan dibangkitkan oleh
suatu keadaan, dapat memprakirakan perilaku-perilaku cakap, yang kemudian memprakirakan kinerja. Aplikasi kompetensi dalam kinerja dapat dilakukan pada
Universitas Sumatera Utara
berbagai kegiatan dalam organisasi, seperti manajemen kinerja, proses kerja dan perencanaan karir karyawan.
Menurut Spencer and Spencer 1993:15, bahwa pada saat ini banyak organisasi menjadi tertarik dalam manajemen untuk menilai kompetensi ”bagaimana”
kinerja dilakukan at present, many organizations are becoming interested inmanagement and appraisal of competence the ”how” of performance. Kompetensi
dapat dihubungkan dengan kinerja dan mencakup niat, tindakan, dan hasil akhir, seperti terlihat pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2. Hubungan Sebab Akibat Kompetensi
2.4. Analitic Hirearchy Process AHP
Metode Analitic Hirearchy Process AHP dikembangkan oleh Thomas L. Saaty 2008. Metode AHP sering digunakan untuk masalah yang kompleks dan tidak
terstruktur sehingga mempermudah proses pengambilan keputusan dan penilaian. Penelitian dengan AHP tidak membutuhkan jumlah sampel besar tapi cukup orang-
orang kunci key person yang mempunyai peranan dan mengetahui dengan baik
Universitas Sumatera Utara
tentang bidang yang jadi objek penelitian. Tahapan-tahapan pengambilan keputusan dalam metode AHP pada dasarnya adalah sebagai berikut Pardian, 2010:
1.
Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.
2.
Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan kriteria-kriteria dan alternaif-alternatif pilihan yang ingin di
rangking.
3.
Membentuk matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing
tujuan atau kriteria yang setingkat diatasnya. Perbandingan dilakukan berdasarkan pilihan atau judgement dari pembuat keputusan dengan
menilai tingkat tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya.
4.
Menormalkan data yaitu dengan membagi nilai dari setiap elemen di dalam matriks yang berpasangan dengan nilai total dari setiap kolom.
5.
Menghitung nilai eigen vector dan menguji konsistensinya, jika tidak konsisten maka pengambilan data preferensi perlu diulangi.
6.
Mengulangi langkah 3, 4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki.
7.
Menghitung eigen vector dari setiap matriks perbandingan berpasangan. Nilai eigen vector merupakan bobot setiap elemen. Langkah ini untuk
mensintesis pilihan dalam penentuan prioritas elemen-elemen pada tingkat hirarki terendah sampai pencapaian tujuan.
Universitas Sumatera Utara
8.
Menguji konsistensi hirarki. Jika tidak memenuhi dengan consistency ratio CR atau inconsistency 0, 100 maka penilaian harus diulang
kembali.
Kriteria skala tingkat kepentingan penilaian perbandingan berpasangan dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2. Kriteria Skala Tingkat Kepentingan Perbandingan Berpasangan Intensitas
Kepentingan Definisi
Keterangan
1 Sama pentingnya
Dua aktivitas memberikan kontribusi yang sama terhadap sebuah tujuan.
3 Agak lebih
penting daripada Suatu aktivitas terbukti lebih penting
dibandingkan aktivitas lainnya, tetapi kelebihan tersebut kurang meyakinkan
atau tidak signifikan.
5 Lebih penting
daripada Terdapat bukti yang bagus dan kriteria
logis yang menyatakan bahwa salah satu aktivitas memang lebih penting
daripada aktivitas lainnya.
7 Jauh lebih penting
daripada Salah satu aktivitas lebih penting
dibandingkan aktivitas lainnya dapat dibuktikan secara meyakinkan.
9 Mutlak lebih
penting daripada Suatu aktivitas secara tegas memiliki
kepentingan yang paling tinggi. 2,4,6,8
Nilai tengah diantara dua
pendapat yang berdampingan
Dibutuhkan kesepakatan untuk menentukan tingkat kepentingannya.
Langkah-langkah dalam menyusun AHP adalah: 1. Menyusun matriks banding berpasangan pairwise comparison.
2. Perhitungan rata-rata pembobotan untuk masing-masing elemen dan unsur.
Universitas Sumatera Utara
3. Perhitungan bobot parsial dan konsistensi matriks. Perhitungan bobot parsial dan konsistensi matriks merupakan perhitungan
rasio konsistensi menggunakan rumus-rumus yang disajikan secara jelas sebagai berikut:
a. Perhitungan Rasio Konsistensi. Rasio Konsistensi = Matriks Perhitungan Rata-rata Pembobotan
Vektor Bobot tiap baris b. Perhitungan Konsistensi Vektor.
Konsistensi Vektor = Rasio Konsistensi Bobot Parsial tiap baris c. Rata-rata entri
maks
λ
.
maks
λ
= n
iVektor Konsistens
n 1
i
∑
=
………………. 2.1 d. Consistency Index CI.
1 −
− =
n n
CI
maks
λ
………………. 2.2 e. Consistency Ratio CR
Index y
Consistenc Random
CI CR
= ………………. 2.3
dimana jawaban responden akan konsisten jika CR ≤ 0,1.
2.7. Jurnal Review