Faktor Iklan Tinjauan Pustaka

13 sakit. 2. wKWkWwkWkwK, hAhAHahaHA, xixixi, ckckckck, hhehee, hihihihi: Bisa menggantikan ekspresi bahwa sedang tertawa.

3. hiiKKszS: Yaitu ekspresi sedang menangis atau bersedih. 4. hmMp: Yaitu ekspresi sedang bingung.

5. bWEe: Adalah ekspresi mengejek 6. ZzZzZzzZ: Menandakan bahwa sedang atau ingin tidur

7. Ha: Menandakan ekspresi sedang kaget. 8. Hoaamp: Pengganti kata untuk menandakan bahwa sedang menguap. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Bahasa Alay Pada Anak Remaja Fanayun, 2010 :

a. Faktor Pergaulan

Pergaulan remaja saat ini bisa dikatakan luas karena banyaknya media sosial dunia maya yang menghubungkan mereka satu sama lain. Facebook misalnya, pada media inilah muncul dan berkembang bahasa Alay yang dituliskan pada status yang kemudian akan dibaca oleh remaja lain dan akan mengikuti pemakaian bahasa Alay sehingga semakin marak digunakan oleh para remaja. Bahasa ini berkembang di kalangan remaja, namun dalam pergaulan media jejaring sosial paling sering digunakan. Semakin lama bahasa ini kian berkembang sehingga telah dianggap wajar pada kalangannya. Dalam bahasa Alay, remaja bebas menyingkat bahasa sesuai dengan keinginan mereka.

b. Faktor Gengsi

Banyak remaja yang berusaha ingin menjadi anak gaul yang tidak ketinggalan zaman, hal ini menuntut mereka mengikuti perkembangan zaman salah satunya mengggunakan bahasa Alay. Akronim dari anak lebay yakni, bahasa tulis berupa campuran bahasa gaul lisan, bahasa asing khususnya Inggris, singkatan, kode, angka, dan simbol. Alasan menggunakan bahasa ini karena tidak ingin disebut anak kampungan.

c. Faktor Iklan

Bahasa yang digunakan oleh para remaja dikarenakan oleh apa yang mereka dengarkan. Pada telivisi misalnya, banyak sinetron, film bahkan iklan yang telah Universitas Sumatera Utara 14 menggunakan dan ikut membantu mempopularkan bahasa Alay tersebut. Sehingga para remaja yang melihat akan mengikuti dan menggunakan bahasa Alay pada keseharian mereka sesama pengguna bahasa Alay agar dianggap gaul dan keren seperti para artis dan bintang iklan yang menggunakan bahasa Alay tersebut. Tanpa menyadari bahwa bahasa yang digunakan oleh publik figur itu hanya tuntutan skenario. Universitas Sumatera Utara 15

2.5 Tinjauan Pustaka

Penelitian mengenai sosiolinguistik maupun mengenai bahasa alay bukanlah baru pertama kali ini dilakukan, sudah ada penelitian terdahulu tentang masalah tersebut. Penelitian yang pertama, menurut Anna Revi Nurutami 2011 dalam karya ilmiahnya yang berjudul Pengaruh Bahasa Gaul Remaja Terhadap Perkembangan Bahasa Indonesia menyatakan dewasa ini pemakaian bahasa Indonesia baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dunia film mulai bergeser digantikan dengan pemakaian bahasa anak remaja yang dikenal dengan bahasa gaul. Interferensi bahasa gaul kadang muncul dalam penggunaan bahasa Indonesia dalam situasi resmi yang mengakibatkan penggunaan bahasa tidak baik dan tidak benar. Bahasa gaul merupakan salah satu cabang dari bahasa Indonesia sebagai bahasa untuk pergaulan. Istilah ini mulai muncul pada akhir tahun 1980-an. Pada saat itu bahasa gaul dikenal sebagai bahasanya para bajingan atau anak jalanan disebabkan arti kata prokem dalam pergaulan sebagai preman. Sehubungan dengan semakin maraknya penggunaan bahasa gaul yang digunakan oleh sebagian masyarakat modern, perlu adanya tindakan dari semua pihak yang peduli terhadap eksistensi bahasa Indonesia yang merupakan bahasa nasional, bahasa persatuan, dan bahasa pengantar dalam dunia pendidikan. Penelitian yang kedua, Sukmi 2006, dalam skripsinya yang berjudul Bahasa Gaul, menganalisis penggunaan bahasa gaul yang terdapat di dalam Kamus Bahasa Gaul Kamasutra Bahasa Gaul; 2003 yang disusun oleh Debby Sahertian. Dalam penelitiannya, dia membagi bahasa gaul menjadi dua bagian, yaitu bahasa gaul umum bahasa yang sering digunakan muda-mudi di perkotaan untuk bergaul, dan bahasa gaul khusus bahasa yang sering dipakai para waria. Selanjutnya dia menyatakan bahwa bahasa yang terdapat di dalam Kamus Bahasa Gaul merupakan bahasa gaul khusus, sehingga pembentukan kata dan makna bahasa gaul lebih dikhususkan pada bahasa gaul khusus yang terdapat dalam kamus tersebut. Penelitian yang akan dilakukan ini memiliki persamaan dengan penelitian- penelitian diatas dalam hal topik besar yang mengangkat tentang bahasa Alay akan tetapi, penelitian ini berbeda dalam beberapa hal: Universitas Sumatera Utara 16 Pertama, penelitian ini akan terfokus pada bentuk penggunaan bahasa Alay pada anak remaja Kedua, penelitian ini akan menunjukan faktor-faktor penyebab terjadinya bahasa Alay pada anak remaja. Dari keterangan di atas, jelaslah tampak perbedaan penelitian yang dilakukan masing-masing peneliti. Hal tersebut tentu saja berbeda dengan penelitian yang dilakukan penulis. Dalam hal ini penulis akan melakukan penelitian Tinjauan Sosiolinguistik Bahasa Alay Pada Anak Remaja Dalam Konstelasi Kebahasan Saat Ini. Universitas Sumatera Utara 17

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.1.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di kota Medan. Berdasarkan kesepakatan antara peneliti dengan informan, penelitian ini kerap berlangsung di Plaza Medan Fair jln. Jendral Gatot Subroto No.30. Selain itu, penelitian juga berlangsung di obrolan chatting.

3.1.2 Waktu penelitian

Waktu yang penulis pergunakan dalam melakukan penelitian ini memakan waktu selama satu bulan. Pelaksanaannya dimulai dari tanggal 25 Juni 2014 sampai 26 Juli 2014.

3.2 Sumber Data

Data bersumber dari tuturan lisan dan tulisan pengguna bahasa Alay pada anak SMA dan SMP yang berumur 15 – 17 tahun. Penelitian ini berlangsung di Plaza Medan Fair jln. Jendral Gatot Subroto No.30. Selain itu, penelitian juga berlangsung di obrolan chatting. Informan dalam Penelitian ini berjumlah 5 orang yaitu 2 laki-laki dan 3 perempuan.

3.2 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode adalah cara yang harus dilakukan dalam melakukan penelitian, sedangkan teknik adalah cara melaksanakan metode Sudaryanto, 1993:9. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data ini adalah metode wawancara. Wawancara marupakan wawancara yang dilakukan untuk memperoleh informasi dari seseorang mengenai suatu hal secara rinci dan menyeluruh. Kuswarno, 2008:170 . Wawancara dilakukan dengan tujuan mengumpulkan keterangan atau data mengenai objek penelitian yaitu komunikasi informan dalam kesehariannya di suatu lingkungan. Wawancara dilakukan dengan situasi yang tidak formal, artinya wawancara dapat dilakukan dengan ngobrol santai agar suasana wawancara tidak kaku dan tidak ada jarak antara peneliti dengan informan. Jenis data pada penelitian ini menggunakan data kualitatif. Data kualitatif adalah suatu pendekatan investigasi dalam mengumpulkan data dengan cara bertatap muka langsung dan berinteraksi dengan orang-orang yang berada di tempat penelitian Mc Millan dan Schumacher, 2003. Data kualitatif dibagi menjadi data primer dan sekunder, sementara yang Universitas Sumatera Utara