Penetapan kadar air dalam serbuk teh hijau Ekstraksi polifenol teh hijau Penetapan kadar polifenol total dalam ekstrak kering polifenol teh hijau

kloroform teknis, etil asetat teknis, etanol teknis, aquadest, CMC farmasetis, propilen glikol farmasetis, metil paraben, asam sitrat farmasetis, aseton p.a. Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah glasswares Pyrex- Germany, shake, vakum evaporator, alat sentrifuge, vortex, Mixer Cuchina, viscometer seri VT 04 Rion-Japan, spektrofotometer UV-Vis seri Genesys TM 10, alat uji daya sebar

E. Tata Cara Penelitian

1. Penetapan kadar air dalam serbuk teh hijau

Penetapan kadar air serbuk teh hijau dilakukan dengan menggunakan metode Karl Fischer. Serbuk teh hijau ditimbang 1 gram, kemudian ditambahkan 10 mL metanol, lalu didiamkan selama 24 jam pada suhu kamar. Dilakukan pre-titrasi pada alat, lalu dilakukan uji kebocoran alat, hingga didapat angka drift 10-50 pada alat. Standardisasi dilakukan dengan cara spuit berisi air ditimbang, kemudian 1 tetes air dimasukkan ke dalam alat. Kemudian ditimbang kembali untuk menentukan berat air yang dimasukkan dan kesetaraan air dihitung. Masukkan 1 mL metanol dan dititrasi dengan alat blanko. Kadar air dihitung. Masukkan 1 mL sampel, titrasi dengan alat, kadar air dalam sampel dihitung. Kadar air dalam sampel dihitung dengan menggunakan rumus: Kadar air = 100 × − ditimbang yang berat blanko x ..............................................9 x = angka yang muncul pada alat mg. Replikasi penetapan kadar air dilakukan 3 kali.

2. Ekstraksi polifenol teh hijau

Metode ekstraksi polifenol dari teh hijau ini merupakan modifikasi dari Nagayama, Iwamura, Shibata, Hirayama, Nakamura, 2002. Proses ekstraksi polifenol dari teh hijau adalah sebagai berikut. Serbuk teh sebanyak 100 g kadar air kurang dari 10 dengan derajat halus 1220 diekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut metanol 500 mL menggunakan bantuan shaker 150 rpm selama 48 jam. Ekstrak metanol yang diperoleh, dipekatkan dengan vakum evaporator suhu 70 o C hingga volumenya 100 mL. Selanjutnya ditambahkan 100 mL kloroform, dan 100 mL aquadest. Lapisan atas dipisahkan, kemudian diekstrak dua kali dengan etil asetat masing- masing 150 mL. Fase etil asetat dikumpulkan dan diuapkan hingga kering.

3. Penetapan kadar polifenol total dalam ekstrak kering polifenol teh hijau

modifikasi dari Lindorst 1998 a. Pembuatan larutan stock kuersetin 1 mgmL. Sebanyak 0,05 g kuersetin standar dimasukkan dalam labu ukur 50 mL. Diencerkan dengan aseton 75 hingga tanda. b. Penetapan operating time. Dibuat larutan dengan konsentrasi 0,4 mgmL dengan mengambil 4 mL larutan stock dan diencerkan dengan aseton 75 hingga 10,0 mL. Diambil 0,5 mL larutan tersebut dan dimasukkan dalam labu ukur 50 mL. Ditambahkan pereaksi Folin-Ciocalteu sebanyak 2,5 mL didiamkan selama 2 menit, kemudian ditambahkan 7,5 mL larutan Na 2 CO 3 dan diencerkan dengan aquadest hingga tanda. Larutan divortex selama 30 detik. Larutan diukur serapannya pada panjang gelombang 726 nm. Dibuat kurva hubungan serapan dan waktu. Dicari operating time yang memberikan serapan yang stabil. c. Penetapan panjang gelombang maksimum. Dibuat larutan dengan konsentrasi 0,4 mgmL dengan mengambil 4 mL larutan stock dan diencerkan dengan aseton 75 hingga 10,0 mL. Diambil 0,5 mL larutan tersebut dan dimasukkan dalam labu ukur 50 mL. Ditambahkan pereaksi Folin-Ciocalteu sebanyak 2,5 mL didiamkan selama 2 menit, kemudian ditambahkan 7,5 mL larutan Na 2 CO 3 dan diencerkan dengan aquadest hingga tanda. Larutan divortex selama 30 detik kemudian didiamkan selama operating time. Sebelum diukur serapannya, larutan disentrifuse dengan kecepatan 4000 rpm selama 5 menit. Larutan diukur serapannya pada panjang gelombang antara 600-800 nm. Diperoleh kurva hubungan panjang gelombang dan serapan. Berdasarkan kurva tersebut, ditentukan panjang gelombang yang memberikan serapan maksimum. d. Penetapan kurva baku. Dibuat larutan dengan seri konsentasi 0,2; 0,3; 0,4; 0,5; 0,6 dan 0,7 mgmL dengan mengambil 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 mL larutan stock dan diencerkan dengan aseton 75 hingga 10,0 mL. Diambil 0,5 mL larutan tersebut dan dimasukkan dalam labu ukur 50 mL. Ditambahkan pereaksi Folin-Ciocalteu sebanyak 2,5 mL didiamkan selama 2 menit, kemudian ditambahkan 7,5 mL larutan Na 2 CO 3 dan diencerkan dengan aquadest hingga tanda. Larutan divortex selama 30 detik kemudian didiamkan selama operating time. Sebelum diukur serapannya, larutan disentrifuse dengan kecepatan 4000 rpm selama 5 menit. Larutan diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum. Replikasi dilakukan sebanyak 3 kali. e. Penetapan kadar polifenol dalam ekstrak kering polifenol teh hijau. Sebanyak 500 mg ekstrak kering polifenol teh hijau dilarutkan dengan aseton 75 hingga volumenya 25,0 mL. Sebanyak 1 mL larutan tersebut dimasukkan dalam labu ukur 50 mL dan diencerkan dengan aquadest hingga tanda. Diambil 0,5 mL larutan tersebut dan dimasukkan dalam labu ukur 50 mL. Ditambahkan pereaksi Folin- Ciocalteu sebanyak 2,5 mL dan didiamkan selama 2 menit. Ditambahkan 7,5 mL larutan Na 2 CO 3 kemudian diencerkan dengan aquadest hingga tanda. Larutan divortex selama 30 detik kemudian didiamkan selama operating time. Sebelum diukur serapannya, larutan disentrifuse dengan kecepatan 4000 rpm selama 5 menit. Larutan diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum. Replikasi dilakukan sebanyak 6 kali. Kadar polifenol dalam sampel dihitung menggunakan persamaan kurva baku.

4. Penentuan SPF ekstrak kering polifenol teh hijau secara in vitro