1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penyakit infeksi merupakan penyakit yang mempunyai insidensi tinggi di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Menurut Dirjen Bina Upaya
Kesehatan, Kementrian Kesehatan RI, penyakit infeksi menduduki peringkat atas dalam 10 besar penyakit terbanyak yang diderita oleh pasien rawat inap
dan rawat jalan di rumah sakit seluruh Indonesia pada tahun 2009 dan 2010. Penyakit infeksi ini meliputi infeksi saluran pernafasan, diare dan penyakit
kulit. Gibron 1991 dalam Simanjuntak 2014 menjalaskan bahwa infeksi karena bakteri masih mendominasi potensi terjadinya infeksi barat, sepsis,
syok septic dan disfungsi organ. Kematian pasien karena infeksi bakteri di ruang perawatan intensif di Amerika sebanyak 40 disebabkan oleh bakteri
gram positif dan 60 oleh bakteri gram negatif Nasronuddin, 2007. Pada penelitian ini akan digunakan Escherichia coli yang merupakan bakteri gram
negatif dan Bacillus cereus yang merupakan bakteri gram positif. Diare merupakan salah satu penyakit infeksi yang sering menjadi
permasalahan di negara kita. Gurrant 2001 dalam Zein dkk 2004 mendefinisikan diare sebagai buang air besar defekasi dengan tinja
berbentuk cair atau setengah cair setengah padat, kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 g atau 200 ml24 jam. Definisi lain
memakai kriteria frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air besar encer tersebut dapattanpa disertai lendir dan darah.
Kasus diare banyak ditemukan sebagai akibat infeksi mikrobia. Ada banyak mikrobia yang dapat menyebabkan diare, antara lain Escherichia
coli,Staphylococcus aureus, Salmonela typhi, Shigella dysentriae, Vibrio cholerae,
Vibrio fulnificus,
Vibrio parahaemolyticus,
Clostridium perfringens, Helicobacter pylori, Bacillus cereus,
dan lain-lain Radji, 2010. Pengobatan penyakit infeksi bakteri dapat diatasi dengan penggunaan
antibiotik. Antibiotik diharapkan mampu menghambat maupun membunuh bakteri penyebab infeksi tersebut. namun seiring meningkatnya penggunaan
antibiotik yang salah di kalangan masyarakat, kemampuan bakteri untuk bertahan hidup menjadi lebih kuat sehingga menyebabkan resistensi terhadap
antibiotik tertentu. Hal ini akan menjadi masalah kesehatan bagi dunia Simanjutak, 2014. Oleh karena itu penelitian-penelitian terkait eksplorasi
senyawa-senyawa baru yang bersifat antibakteri terus dilakukan, terutama yang berasal dari alam. Senyawa antibakteri banyak diisolasi dari tanaman
atau ganggang. Siswoyo 2004 dalam Paribasa 2007 mengungkapkan bahwa Indonesia mempunyai kurang lebih 30.000 spesies tanaman obat
dengan 1000 spesies yang sudah diketahui memiliki zat aktif dan 800 spesies sudah menjadi ramuan dan telah menunjukkan khasiatnya sebagai obat suatu
penyakit. Pengetahuan tentang khasiat dan keamanan tanaman obat di Indonesia biasanya hanya berdasarkan pengalaman empiris yang biasanya
diwariskan secara turun temurun dan belum teruji secara ilmiah. Meniran merupakan salah satu tanaman yang dikenal mempunyai banyak
khasiat dan telah digunakan sebagai obat tradisional. Penggunaan meniran sebagai obat tradisional antara lain untuk menurunkan demam, melindungi
hati dari racun, antidiare, pereda batuk, antiradang, antivirus, peluruh batu
saluran kemih, peluruh dahak, serta menurunkan kadar glukosa darah Noorhamdani, 2006. Penggunaan meniran sebagai obat diare dipaparkan
oleh Latief 2012, yaitu dengan cara merebus 17 herba meniran seluruh bagian tanaman meniran digunakan, mulai dari akar, batang, daun dan buah
atau bunga menggunakan 3 gelas air 600 ml hingga tersisa separuhnya saja. Air rebusan ini kemudian disaring dan diminum. Formula inilah yang
kemudian dijadikan acuan banyaknya herba meniran yang akan digunakan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini akan digunakan dua metode
ekstraksi herba, yaitu dengan cara merebus dan menumbuk tanaman meniran. Pelarut yang digunakan merupakan aquades. Pelarut air merupakan pelarut
universal yang dapat melarutkan hampir sebagian besar komponen senyawa yang terkandung dalam tanaman. Hal ini dikarenakan aquades air bersifat
polar, sehingga diharap mampu menyari senyawa metabolit skunder terutama flavonoid dan tanin yang juga bersifat polar.
Khasiat tanaman meniran diduga berasal dari kandungan berbagai senyawa kimia hasil metabolit sekunder tanaman meniran. Senyawa
metabolit skunder yang sudah berhasil diidentifikasi antara lain alkaloid sekurinin, flavonoid kuersetin, kuersitrin, isokuersitrin, astragalin, nirurin,
niruside, rutin, leukodelfinidin, dan galokatekin, lignan filantin dan hipofilantin dan tanin Mangunwardoyo, 2009.
Pengobatan penyakit infeksi menggunakan obat tradisional telah banyak dilakukan oleh masyarkat, begitu juga dengan penyakit diare. Salah satu
tanaman yang telah banyak dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai obat diare yaitu tanaman jambu biji Psidium guajava. Telah banyak pula
penelitian yang dilakukan mengenai kemampuan jambi biji sebagai antidiare.
Bagian tanaman jambu biji yang dapat digunakan sebagai obat diare antara lain buah, daun, ranting muda dan akar, namun yang paling banyak dikenal
dalam pengobatan diare secara tradisional adalah daun jambu biji. Salah satu cara pengguanaan jambu biji yaitu merebus seganggam daun jambu muda
dalam tiga gelas air sampai tersisa separuhnya. Air rebusan ini di minum selagi hangat sebagai obat diare Arianingrum, 2004.
Daun jambu biji banyak mengandung kuersetin salah satu jenis flavonoid yang merupakan antidiare, selain itu tanin, minyak atsiri eugenol,
minyak lemak, damar, zat samak, tanin, triterpenoid, asam malat dan asam apfel Arianingrum, 2004. Jambu biji dan meniran sama-sama memiliki
kandungan metabolit sekunder yang diduga sebagai agen antibakteri penyebab diare, yaitu tanin dan flavonoid. Maka dapat diperkirakan meniran
juga dapat digunakan sebagai antibakteri terutama bakteri penyebab diare, khususnya bakteri Bacillus cereus dan Escherichia coli.
Dalam upaya untuk mendapat bukti secara ilmiah mengenai kemampuan herba meniran dalam menghambat atau bahkan membunuh bakteri patogen
penyebab diare, maka dilakukan penelitian dengan judul ‘Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Herba Meniran Phyllanthus niruri terhadap
Pertumbuhan Bakteri Bacillus cereus dan Escherichia coli ’. Sejauh
pengamatan penulis, penelitian dengan judul ini belum pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian mengenai aktivitas antibakteri tanaman meniran
memang sudah banyak dilakukan, namun tidak ada yang menggunakan metode ekstraksi dan bakteri uji yang sama dengan yang dilakukan penulis
pada penelitian ini.
B. Rumusan Masalah